Berita Viral
Siswa Sekolah di China Pakai Chat GPT untuk Garap PR, Simak 3 Dampak Buruk Ketergantungan Menyontek
Berikut 3 dampak buruk ketergantungan menyontek dengan menggunakan Chat GPT, mengingat siswa sekolah di China pakai Chat kecerdasan buatan OpenAI.
TRIBUNJATIM.COM - Dunia pendidikan di Indonesia bereaksi terhadap kecenderungan perilaku menyontek menggunakan Chat GPT.
Kemunculan alat berbasis kecerdasan buatan milik OpenAI ini disinyalir memunculkan perilaku atau gaya menyontek baru hingga godaan melakukan plagiarisme.
Apalagi jika kebiasaan itu dilakukan ketika ujian atau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan melatih kemandirian berpikir siswa.
Menyontek merupakan bentuk kecurangan yang dilakukan pada saat tes dengan cara - cara yang bertentangan dengan peraturan guna memperoleh keuntungan, misalnya mendapat nilai bagus atau menguasai pelajaran dengan baik.
Banyak faktor yang mempenguruhi seseorang untuk menyontek, faktor tersebut terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri sendiri.
Lantas bagaimana dengan penggunaan Chat GPT di China, terlebih bagi para siswa?
Anak-anak sekolah di China mulai beralih ke Chat GPT, chatbot berbasis AI ( Artificial Intelligence /kecerdasan buatan), untuk memangkas waktu pekerjaan rumah mereka.
Para murid ini meloloskan diri dari "Great Firewall" China untuk menggunakan Chat GPT dalam menulis laporan buku dan meningkatkan kemampuan bahasa.
Dengan kemampuannya yang dapat menghasilkan esai, puisi, dan kode pemrograman kelas A dalam hitungan detik, Chat GPT telah menjadi perhatian dunia.
Namun, program itu juga menimbulkan kekhawatiran para guru atas kemungkinan kecurangan dan plagiarisme.
Di China, yang untuk mengakses Chat GPT hanya bisa dilakukan dengan VPN, lebih dari 12 murid mengatakan kepada AFP bahwa mereka menggunakannya untuk menulis esai, memecahkan soal sains dan matematika, serta membuat kode komputer.
Esther Chen (11) mengaku, Chat GPT bisa memangkas separuh waktu belajarnya di rumah, sedangkan saudara perempuannya yaitu Nicole menggunakannya untuk belajar bahasa Inggris.
Esther, yang sekolah di kota besar Shenzhen, biasanya menghabiskan empat hingga lima jam setiap hari untuk mengerjakan pekerjaan rumah sebelum ada Chat GPT.
"Ibuku akan begadang sampai aku menyelesaikan semua pekerjaan rumahku dan kami akan terus bertengkar," katanya.
Chat GPT
OpenAI
China
Artificial Intelligence
kecerdasan buatan
chatbot berbasis AI
Tribun Jatim
anak-anak sekolah di China
TribunJatim.com
jatim.tribunnews.com
berita Jatim terkini
Bahasa Inggris
dampak buruk menyontek menggunakan Chat GPT
| Satu Tahun Menikah, Helwa Bachmid Cerita Penderitaannya jadi Istri Siri Habib Bahar: Sesulit itu |
|
|---|
| Boim Bisa Dapat Rp400 Ribu Sehari Lewat Jasa Suruh, Pernah Diminta Pelanggan Jadi Intel Dadakan |
|
|---|
| Mobil Innova Lindas Sekumpulan Anak Kecil yang Main Sambil Jongkok, Pengakuan Sopir Terungkap |
|
|---|
| Tak Terima Disalahkan usai Laporkan 2 Guru Gegara Uang Rp20 Ribu, Faisal Tanjung LSM: Saya Ditantang |
|
|---|
| Rizki Dapat Tawaran Direkrut SSB, Kiper Muda itu Malah Terdampar di Kamboja, Keluarga Khawatir |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/ilustrasi-aplikasi-Microsoft-Word.jpg)