Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Jatim

Situs Candi Gedog Kota Blitar Diperkirakan Tersusun 3 Halaman, Para Ahli Terus Lakukan Penggalian

Tim Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI memperkirakan bangunan Situs Candi Gedog, Kota Blitar, tersusun dalam tiga halaman.

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Januar
TribunJatim.com/ Samsul Hadi
Kondisi struktur pagar halaman tiga di Situs Candi Gedog, Kota Blitar, Rabu (15/3/2023). 

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Samsul Hadi

TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Tim Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI memperkirakan bangunan situs Candi Gedog, Kota Blitar, tersusun dalam tiga halaman.

Perkiraan itu muncul setelah tim menemukan struktur bata yang diduga pagar luar di sebelah barat atau di bagian bawah bangunan candi induk dalam pelaksanaan ekskavasi tahap keempat pada hari ke-9, Rabu (15/3/2023).

"Kami mencoba menggali di sisi bawah atau di sebelah barat, karena ada indikasi susunan bata yang masih masif. Setelah kami buka, hasilnya memang ada struktur yang kami perkiraan itu pagar luar," kata Arkeolog Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI, Nugroho Harjo Lukito.

Nugroho mengatakan, kalau boleh dibilang, temuan struktur di bagian bawah bangunan candi induk, itu merupakan pagar halaman kedua.

Karena posisinya posisi lebih rendah dari pagar halaman ketiga atau pagar bangunan candi induk.

"Struktur yang kami kupas pada bagian pilar pagar. Kalau itu benar pagar, kami sudah menemukan dua pagar berbeda, yaitu pagar halaman kedua dan pagar halaman ketiga. Pagar ketiga paling atas," ujarnya.

Tetapi, Nugroho belum tahu apakah ada pagar pertama atau tidak. Sebab, di sebelah barat atau di bawah pagar halaman kedua sudah ada sungai.

"Bisa jadi, sungai itu sebagai batas pagar yang terbuat dari alam, memanfaatkan alam," katanya.

Nugroho menjelaskan, konsep pembagian pola halaman menjadi tiga halaman pada bangunan candi berkembang pada masa Kerajaan Majapahit.

Baca juga: Ekskavasi Hari Ketiga, Tim Temukan Batu Ambang Pintu Masuk Candi Gedog Kota Blitar

Menurutnya, ada perubahan konsep kesucian pada bangunan candi di masa Majapahit yang awalnya vertikal diproyeksikan menjadi horizontal, dalam bentuk tiga halaman.

Pada prinsipnya, konsep horizontal dalam bentuk tiga halaman itu sama dengan konsep vertikal.

Artinya, pada halaman pertama atau paling bawah menjadi bagian profan (tidak suci), lalu halaman kedua menjadi bagian semi profan dan halaman ketiga menjadi bagian sakral (suci).

"Atau yang biasa disebut bhurloka, bhurvaloka, dan svarloka. Konsepnya seperti itu," ujarnya.

Dikatakannya, jarak antara pagar halaman kedua dengan pagar halaman ketiga sekitar 15 meter.

Biasanya, kata Nugroho, di halaman kedua juga ada bangunan atau struktur terbuka berupa teras. Struktur terbuka itu biasanya menggunakan umpak dengan atap genteng atau ijuk.

"Struktur terbuka di halaman kedua biasanya untuk persiapan umat sebelum melaksanakan ritual di halaman tiga," katanya.

Nugroho juga menemukan fragmen pecahan genteng yang posisi bertumpuk di dalam pagar halaman kedua.

Fragmen genteng yang ditemukan itu prototipe masa klasik, yaitu masa Majapahit seperti yang ditemukan di Trowulan.

"Artinya benar, genteng itu dari masa candi ini, bukan baru. Itu (genteng) bisa bagian pilar atau bagian tangga masuk berupa gapura beratap genteng," katanya.


Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved