Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tokoh Jatim

Biodata Tokoh Islam Jatim KH Asep Saifuddin Chalim, Sosok Kiai Miliarder yang Dermawan dan Sederhana

Inilah biodata tokoh Islam Jatim KH Asep Saifuddin Chalim, sosok kiai miliarder tapi dermawan, pendiri dan pemimpin Pondok Pesantren Amanatul Ummah.

Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNJATIM.COM/SOFYAN ARIF CANDRA
Sosok dan biodata KH Asep Saifuddin Chalim, kiai miliarder yang dermawan dan sederhana. 

Setiap hari, ia hidup untuk bersedekah. Inilah kisah hidup Kiai Asep Saifuddin Chalim dalam buku Kiai Miliader Tapi Dermawan.

Kemurahan hatinya berbagi datang dari niat yang tulus dan pemasukan yang memang banyak.

Kiai Asep Saifuddin Chalim adalah pemilik pesantren terkenal yaitu Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Surabaya dan Mojokerto.

Total santri dari dua pesantren itu hingga 12.000 santri aktif. Dari bisnis yang ia kelola, Kiai Asep bisa mendapatkan pendapatan Rp 9 Miliar setiap bulannya.

Kiai Asep percaya, rezeki tidak pernah berkurang jika disedekahkan.

Setiap berpergian, Kiai Asep akan selalu membawa tas besar. Isinya? uang berjumlah ratusan juta rupiah. Semua uang itu ia habiskan untuk memberi orang-orang yang ia temui.

Sering kali ia tetap merasa kurang dalam memberi. Pribadinya yang ringan tangan tercermin dalam perilakunya sehari-hari.

Awal mula hidup Kiai Asep tidak begitu mulus. Ia adalah anak dari salah satu pendiri NU, Kiai Haji Abdul Chalim.

Dalam didikan abahnya, Kiai Asep bersekolah di SMA sekaligus pesantren. Namun naas, Kiai Asep harus menerima kepergian abahnya di usia 16 tahun.

Kepergiaan KH Abdul Chalim tak hanya meninggalkan luka yang mendalam, namun kenyataan pahit tak bisa melanjutkan sekolah.

Asep remaja terpaksa meninggalkan sekolahnya dan hanya mengikuti pendidikan di pesantren.

Tak punya uang untuk membeli makanan, ia sampai harus mengais nasi-nasi kering dari tungku yang sudah digunakan.

Meski putus asa, semangat juangnya tetap bertahan. Asep remaja menyambi kerja menjadi kuli bangunan.

Selepas lulus dari pesantren, ia pun menjadi guru honorer di beberapa sekolah.

Gajinya tak seberapa, hanya Rp 50 perak sekali ngajar.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved