Sosok Anak Petani Brebes Diterima di 13 Kampus Top Luar Negeri, Dulu Dibully Kini Justru ke Kanada
Inilah sosok anak petani Brebes yang diterima di 13 kampus top luar negeri, dulu di-bully kini malah ke Kanada.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
"Saya enggak pengin jurusan akuntansi sebenarnya, penginnya matematika. Cuma karena pas SMA saya dari jurusan IPS, waktu itu enggak bisa," tutur dia.

Mai mengatakan, masih tertarik untuk melanjutkan kuliah di jurusan yang dahulu diinginkan.
Namun ia harus mengurungkan niat karena masalah ekonomi.
Saat ini, Mai pun sibuk mengurus anaknya yang berusia tujuh tahun di sela-sela pekerjaannya sebagai pedagang minuman.
Mai lahir di Jakarta.
Orang tuanya pun sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta.
Namun masih banyak saudara dan teman Mai yang tinggal di Medan.
Beberapa tahun usai berhenti kuliah, tepatnya pada 2014, Mai sempat kembali ke Medan untuk urusan keluarga.
Ia tinggal di sana hingga 2019.
Selama berada di Medan, Mai mencoba peruntungan dengan membantu keluarganya berdagang sayur di pasar.
Mai mulai bersiap-siap pukul 24.00 WIB untuk mengambil dagangan di pasar induk.
Ia mulai berjualan pukul 04.00 WIB-12.00 WIB.
Ragam sayuran yang Mai jual antara lain cabai dan tomat.
"Waktu jualan di pasar dulu, sehari bisa raup ratusan ribu sih, sekitar Rp500.000-an."
"Itu pendapatan bersih kalau tidak ada potongan untuk bayar utang," ungkap Mai.
Baca juga: Sosok Siswi Boyolali Jadi Rebutan 10 Kampus Top Luar Negeri, Ungkap Usahanya, Punya Suara Merdu Juga
Namun karena suatu hal, Mai tidak lagi membantu keluarganya berdagang sayur.
Jika nekat ingin menjual sayur sendiri pun, Mai harus melakukannya di pasar lain.
"Makanya saya pindah lagi ke Jakarta. Di sini enggak jualan sayur karena harus beradaptasi," ucap Mai.
"Pendatang kalau enggak kenal siapa-siapa aja di pasar ya agak sulit buat jualan. Belum lagi tahu ambil barangnya di mana," imbuh dia.
Sejak kembali ke Jakarta pada tahun 2019, Mai membantu menjaga warung milik orang tuanya.
Di sela-sela kesibukannya, Mai berprofesi sebagai pedagang minuman di sekitar TMII.
Mai berdagang setiap hari, mulai sekitar pukul 15.00 WIB-22.00 WIB, pada hari biasa.
Sementara pada akhir pekan dan hari libur Nasional seperti Lebaran, Mai sudah menggelar lapak sejak pukul 08.00 WIB.
"Sebelum pandemi, pendapatan di hari biasa kisaran Rp300.000-Rp500.000.
Kalau hari libur, per hari kisaran Rp1 juta.
"Makanya, lumayan kalau jualan pas hari libur dan momen liburan kayak Lebaran," ujar Mai.
Sementara selama pandemi, yakni sepanjang 2020-2021, ia bertahan dengan mengandalkan pemasukan dari toko kelontong milik orang tuanya.
Mulai tahun 2022, Mai kembali menggelar lapak minuman di sekitar TMII.
Pendapatan hariannya berkurang menjadi Rp100.000-Rp200.000.
Akan tetapi, pendapatan saat akhir pekan dan hari libur nasional tetap berada pada kisaran Rp1 juta.
"Kalau tahun ini, pendapatan hari biasa dan libur nasional balik lagi kayak sebelum pandemi, malah sedikit lebih bertambah," Mai berujar.
"Kalau liburan kayak Lebaran, pembeli paling ramai pagi sampai siang. Sore juga masih ada pembeli."
"Kalau sore menjelang malam, cuma beberapa aja pembelinya," imbuh dia.
anak petani
Brebes
Jawa Tengah
kampus top luar negeri
M Khaidar Khamzah
Amerika Serikat
Kanada
Australia
Singapura
Inggris
University of Toronto
Desa Jatimakmur
Kecamatan Songgom
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Penghulu Kaget Tarman Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun dengan Mahar Rp 3 M, Ada Hadiah Mobil |
![]() |
---|
JATIM TERPOPULER: Pernikahan Beda Usia 50 Tahun di Pacitan - Polisi Jember Tewas Tabrak Dump Truk |
![]() |
---|
'Hukuman' untuk Ari Jika Tak Mau Bongkar Jalan Umum yang Ditutupnya, Ketua RW: 9 Tahun Dia Ketua RT |
![]() |
---|
Ketahuan, HP Disembunyikan dalam Bungkusan Makanan Saat Kunjungan di Lapas Tulungagung |
![]() |
---|
Penyebab 20 Anak Tewas karena Minum Sirup Obat Batuk, Terungkap Ada Kandungan Beracun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.