Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Pengakuan Nakes Kasus Istri Meninggal Setelah Lahiran, Suami Curiga Ditinggal, Kepala Dinas: Miskom

Pengakuan nakes dalam kasus istri meninggal dunia setelah melahirkan di Puskesmas akhirnya terungkap, kepala dinas kesehatan turut angkat bicara.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Instagram, TribunSumsel.com
Pengakuan nakes di Puskesmas Pauh terkait kasus meninggalnya istri yang melahirkan, suami curiga ditinggal tidur dan diabaikan. 

TRIBUNJATIM.COM - Berawal dari curhatan pilu seorang suami yang harus mengikhlaskan istrinya yang meninggal dunia setelah melahirkan di Puskesmas Pauh.

Di media sosial kemudian curhatan itu dipenuhi komentar dari netizen.

Tak sedikit netizen yang pro dan kontra hingga membully sosok si nakes (tenaga kesehatan) di Puskesmas Pauh itu.

Suami memviralkan kelakuan seorang nakes kepada istrinya, dan mencurigai kelalaian pihak perawat di puskesmas.

Peristiwa memilukan itu dialami seorang pria bernama Lika Santosa, warga Desa Pauh 1, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan.

Berdasarkan ceritanya, sang istri yang hendak melahirkan di Puskesmas Pauh, diduga tidak mendapat pelayanan dengan baik oleh tenaga kesehatan di sana.

Hingga akhirnya istri dan calon bayinya yang masih dalam kandungan meninggal dunia.

Padahal, itu adalah anak pertamanya, dari buah pernikahan mereka pada tanggal 13 Maret 2022 lalu.

Lika Santosa pun curhat di medsos Facebook milik pribadinya hingga viral di jagat maya.

Dia memposting curhatannya itu di medsos, Minggu (28/5/2023) malam.

Baca juga: Sosok Pria Dikira Gembel Ternyata Berharta Rp 62 Triliun, Hobi Mandi Es dan Puasa 1 Kali Sehari

Sampai Senin (29/5/2023), postingannya menjadi viral dan ramai perbincangan orang.

Sementara menurut Lika Santosa, kejadian tersebut terjadi 20 hari yang lalu, pada Selasa 9 Mei 2023.

Dilansir TribunJatim.com dari TribunSumsel, Lika Santosa mengungkapkan alasannya baru curhat di medsos setelah 20 hari pascakejadian.

Selain masih dalam suasana berduka, dia juga menunggu tindak lanjut dari pimpinan Puskesmas Pauh terhadap dugaan kelalaian anak buahnya.

Curhat pilu seorang suami yang istrinya meninggal di Puskesmas Pauh
Curhat pilu seorang suami yang istrinya meninggal di Puskesmas Pauh (Instagram)

"Karena saya masih menunggu, itu sudah dilapor kepada pimpinannya, tapi sampai sekarang tidak ada tindak lanjut, itulah makanya saya viralkan," ujar Lika Santosa dihubungi TribunSumsel.com, Senin (29/5/2023).

Dia mengaku sangat kesal dan menyayangkan lambannya pihak Puskemas Pauh memutuskan untuk memberikan rujukan ke rumah sakit.

Hingga akhirnya Lika Santosa harus kehilangan istri dan calon bayinya itu untuk selama-lamanya.

"Yang membuat kesal saya itu kenapa dari jam satu setengah pecah ketuban itu sampai jam lima baru ngasih rujukan kalau memang kesusahan. Harusnya mereka cepat-cepat ngasih rujukan kalau satu jam saja sudah pecah ketuban belum lahir, ini malah lari ke ruangan katanya mau tidur dulu," kata Lika Santosa.

Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Muratara belum bisa menjelaskan duduk perkara dari permasalahan tersebut karena pihaknya masih akan melakukan investigasi terlebih dahulu.

"Kami hari ini turun ke lapangan, ke Puskesmas langsung, kita melakukan investigasi, bagaimana cerita sebenarnya," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Muratara, Tasman Majid, melalui Kabid Pelayanan Kesehatan, Mirwan.

Baca juga: Curiga Motor Tergeletak, Warga di Madiun Kaget Temukan Tubuh Kaku di Tepi Waduk, Fakta Dikuak Polisi

Kepada TribunSumsel.com, Senin (29/5/2023), Lika Santosa menceritakan istrinya hendak melahirkan di Puskesmas Pauh.

Istrinya masuk Puskesmas pada Selasa 9 Mei 2023 atau 20 hari yang lalu sekitar pukul 22.00 WIB malam.

Malam itu, istrinya yang bernama Agustika langsung mendapat pelayanan dari petugas Puskesmas dengan dipasangkan oksigen.

"Dipasang oksigen, nunggu, katanya nanti, nanti. Sekitar jam satu setengah air ketubannya pecah. Jam dua belum juga lahir," kata Lika Santosa.

Di ruangan persalinan tersebut, ada dua bidan dan seorang perawat yang menangani istrinya.

Lika Santosa bersama ibu mertuanya atau orangtua dari istrinya juga turut mendampingi.

Hingga dini hari itu sekitar pukul 03.00 WIB, istrinya belum juga melahirkan.

Kemudian, istrinya ditinggal di ruangan persalinan oleh bidan dan perawat tadi dengan alasan hendak tidur dulu sebentar.

"Sekitar jam tiga itu, dia ngomong ngantuk, mau tidur sebentar, mereka ke ruangan depan, bertiga itu lari semua, tidak ada satu pun yang jaga istri saya. Di ruangan persalinan itu cuma ada saya, ibu mertua saya, sama bidan kampung. Saya lihat kondisi istri saya agak melemah terus," kata Lika Santosa.

Dia kemudian keluar dari ruangan persalinan itu menuju tempat bidan dan perawat yang mengatakan hendak tidur dulu tadi.

Lika Santosa menggedor pintu ruangan bidan dan perawat itu untuk menanyakan keseriusan mereka menangani istrinya.

"Saya tanya kenapa, apa tidak mau ngurus, apa tidak mau ngasih rujukan, saya cemas lihat kondisi istri saya. Apalagi dari jam satu tadi sudah pecah ketuban sampai jam tiga belum lahir. Harusnya mereka cepat-cepat ngasih rujukan kalau satu jam saja sudah pecah ketuban belum lahir, ini malah lari ke ruangan mau tidur dulu tadi," ujar Lika Santosa.

Usai dia menggedor sambil sedikit emosi karena panik, dua bidan dan seorang perawat tadi kembali ke ruangan persalinan istrinya.

Kata Lika Santosa, mereka mengusir ibu mertuanya karena dianggap tidak bisa membantu persalinan, padahal itu orangtua kandung istrinya yang seharusnya tetap mendampingi.

"Ibu mertua saya diusirnya, dia ngomong ibu tidak bisa bantu di dalam, ibu keluar saja. Terus saya mau masuk ke dalam ruangan itu ternyata dikunci dari dalam, saya pasrah saja," katanya.

Lika Santosa menyayangkan lambannya pihak Puskemas Pauh memberikan rujukan ke rumah sakit.

Baru sekitar pukul 04.00 subuh, bidan dan perawat tadi menghubungi bidan senior di Puskesmas Pauh untuk konsultasi.

"Jam empat itu baru dia nanya ke bidan senior apa mau dilakukan tindakan rujukan. Bidan senior itu ada di rumah. Baru setelah jam lima itu berangkat dirujuk ke rumah sakit AR Bunda (di Kota Lubuklinggau)," cerita Lika Santosa.

Kisah memilukan itu tak cukup sampai di situ, di tengah perjalanan ke Kota Lubuklinggau, ambulans yang membawa istrinya mengalami kendala.

Sebagaimana diketahui perjalanan dari Puskesmas Pauh ke Kota Lubuklinggau membutuhkan waktu lebih kurang 4 jam kendaraan mobil.

"Di jalan ada masalah, mobil ambulans tersiring, kami meminjam mobil pribadi orang desa. Kondisi istri saya makin parah, kami mampir di Puskesmas Karang Jaya," kata Lika Santosa.

Istrinya sempat ditangani petugas kesehatan di Puskesmas Karang Jaya, lalu langsung dilarikan menggunakan ambulan Puskesmas tersebut.

Nahas, saat tiba di rumah sakit AR Bunda Lubuklinggau setelah diberikan pertolongan dengan berbagai cara, nyawa istrinya dan bayi dalam kandungan tak bisa diselamatkan.

"Pas keluar dari ambulans itu istri saya kumat lagi, tangannya kejang-kejang, matanya menjelit, dibawa masuk ke ruangan IGD AR Bunda, dipasang oksigen, dibantu dengan segala cara, tidak sampai lima menit (meninggal)," cerita Lika Santosa. 

Suami di Sumatera Selatan curhat istri meninggal saat melahirkan karena ditelantarkan bidan puskesmas.
Suami di Sumatera Selatan curhat istri meninggal saat melahirkan karena ditelantarkan bidan puskesmas. (Instagram/palembanginside)

Kini, pengakuan akhirnya disampaikan oleh nakes bersangkutan.

Bidan dan perawat di Puskemas Pauh akhirnya memberikan pengakuan terkait kabar seorang ibu meninggal setelah akan melahirkan.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Muratara, Tasman Majid menjelaskan berdasarkan pengakuan Bidan dan Perawat ada kesalahan penjelasan kepada keluarga pasien atau miskomunikasi.

"Kami tidak membela diri, kata bidan dan perawatnya tadi mereka mengakui ada salahnya juga, salah komunikasi dengan keluarga pasien malam itu, ada mis komunikasi, bercampur suasana panik juga," kata Tasman kepada Tribunsumsel.com, Senin (29/5/2023).

Kendala lain yang dihadapi mereka malam itu saat hendak merujuk pasien adalah mendapat masalah di perjalanan karena mobil ambulans terjebak di jalan rusak dan tak bisa bergerak.

Baca juga: SOSOK Wanita Baru 2 Hari Melahirkan Tancap Gas Kampanye, Jadi Kandidat Favorit, Ungkap Rahasia Kuat

Bahkan mereka terpaksa meminjam mobil warga untuk mengantar pasien dari Puskesmas Pauh menuju Kota Lubuklinggau dengan menempuh perjalanan mencapai waktu 3-4 jam.

"Jarak dari Puskesmas Pauh ke Lubuklinggau juga lumayan jauh, mobil ambulans mereka juga mengalami kendala, tersiring, menunggu mobil lain untuk mengantar, jadi mereka lamanya di situ," jelas Tasman.

Sementara itu, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Muratara, Zharifa menambahkan pihaknya ingin meluruskan soal dugaan pasien ditelantari bahwa dikabarkan ditinggal tidur oleh bidan.

"Sebenarnya mereka bukan mau tidur, mereka mau istirahat saja, karena bukaannya masih lama, mereka tahu perkiraan jamnya, nah salahnya dia bilang mau tidur, jadi emosi lah suaminya, dan itu wajar," katanya.

Zharifa yang juga merupakan seorang bidan menjelaskan bahwa tidak semua kondisi ibu hamil ketika pecah ketuban akan langsung melahirkan.

Katanya, ada banyak kasus persalinan yang jarak pecah ketuban dengan waktu melahirkannya cukup lama hingga berjam-jam.

"Tidak harus pecah ketuban itu langsung lahir, kadang memang ada yang berjam-jam, karena menunggu sampai pembukaan lengkap," jelasnya.

Terkait pertimbangan bidan belum memutuskan untuk dirujuk seperti yang dikesalkan oleh suami pasien, Zharifa mengatakan bidan mengacu pada partograf persalinan.

Sementara dari partograf persalinan pasien menunjukkan bahwa belum menyentuh garis waspada sehingga dianggap masih aman dan terkendali.

"Mereka (bidan) mengacu pada partograf, di partograf itu ada semua, apakah masih aman, kapan harus dirujuk, jadi mereka mengacunya di situ, dan itu sudah baku," jelas Zharifa.

Petugas dinas kesehatan yang mengungkapkan pengakuan nakes di Puskesmas Pauh
Petugas dinas kesehatan yang mengungkapkan pengakuan nakes di Puskesmas Pauh (TribunSumsel.com)

Dinas Kesehatan setempat bergegas turun ke lapangan karena mereka mengaku baru mengetahui ada kejadian itu meski telah 20 hari yang lalu.

Dinas Kesehatan melakukan investigasi untuk mengetahui duduk perkara dari peristiwa tersebut.

"Kami menemui keluarga yang mendapat musibah, kami menyampaikan belasungkawa dan permintaan maaf, kami juga investigasi ke Puskesmas Pauh," kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Muratara, Tasman Majid didampingi Kabid Kesehatan Masyarakat, Zharifa pada TribunSumsel.com, Senin (29/5/2023) petang.

Pihaknya hingga kini masih menunggu penjelasan secara tertulis dan lengkap dari manajemen Puskesmas Pauh untuk disampaikan kepada bupati selaku pimpinan mereka.

Dari situ barulah nantinya bisa disimpulkan apakah ada kelalaian yang disengaja oleh bidan dan perawat yang menangani pasien di sana saat itu atau mereka sudah bekerja sesuai standar operasional prosedur (SOP) persalinan.

"Kita masih menunggu penjelasan secara tertulis kronologi dari bidan koordinatornya, dari manajemen Puskesmas. Nah kebenaran kepala puskesmasnya ini orangtuanya sedang sakit, masih dirawat di Palembang, jadi menunggu dia pulang dulu," kata Tasman Majid.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved