Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Dulu Dijuluki Manusia Kayu, Kini Wanita Asa Sragen Meninggal Dunia, Sampaikan Wasiat ke Adiknya

Masih ingat manusia kayu asal Sragen? Dulu manusia kayu tersebut pernah menarik perhatian publik.

Editor: Januar
TRIBUNJATIMSOLO
Sebelum meninggal, Sulami sempat ungkap permintaan terakhir, yakni ingin dimakamkan dekat makam neneknya 

TRIBUNJATIM.COM-Masih ingat manusia kayu asal Sragen?

Dulu manusia kayu tersebut pernah menarik perhatian publik.

Kini kabar duka datang dari sang manusia kayu.

Kabar duka, Sulami perempuan yang dijuluki manusia kayu asal Sragen, Jawa Tengah, meninggal dunia pada Senin (12/6/2023).

Sulami menghembuskan napas terakhirnya di usia 42 tahun.

Dilansir dari TribunStyle, sebelum tutup usia, Sulami rupanya sempat mengucapkan permintaan terakhir.

Masih ingat dengan Sulami, perempuan yang dijuluki manusia kayu karena badannya kaku dan tak bisa digerakan?

Perempuan asal Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen ini meninggal dunia, Senin (12/6/2023).

Saat dikonfirmasi TribunSolo.com, Susilowati, adik Sulami, membenarkan kabar tersebut.

"Iya benar, (kabar Sulami meninggal dunia)," kata Susilowati, kepada TribunSolo.com.

Susilowati mengatakan almarhumah meninggal dunia pukul 10.30 WIB.

Dia mengatakan, almarhumah meninggal dunia di rumahnya.

Perempuan 42 tahun tersebut rupanya memiliki sebuah permintaan perihal lokasi pemakamannya.

Dia ingin dimakamkan dekat dengan neneknya tercinta.

Baca juga: KABAR DUKA - Jemaah Haji asal Madiun Wafat di Arab Saudi, Terkuak Sebabnya, Dimakamkan di Madinah

Permintaan itu diungkapkan Sulami kepada pihak keluarganya beberapa tahun lalu.

Termasuk diungkapkan kepada adik Sulami, Susilowati.

"(Makamnya) tidak jauh dari rumah, dimakamkan di tempat yang sudah diminta mbak Sulami dari beberapa tahun lalu," terang Susilowati kepada TribunSolo.com.

"(Sulami dimakamkan) di sebelah makam nenek juga kembarannya," tambahnya.

Mendiang Sulami meninggal dunia di rumahnya pukul 10.30 WIB .

Dia langsung dimakamkan pemakaman di daerah Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen.

Pemakaman dilangsungkan sore hari.

"Jenazah almarhumah sudah dimakamkan sebelum pukul 15.00 WIB," tutur Susilowati.

Kabar duka lainnya juga pernah datang dari sosok fenomenal lainnya, beberapa waktu lalu.

Fotografer difabel asal Banyuwangi yang inspiratif Achmad Dzulkarnain alias Bang Dzoel, meninggal dunia, Rabu (24/8/2022). 

Kabar meninggalnya Bang Dzoel beredar di kalangan fotografer Banyuwangi. "Innalillahirojiun. Ya Allah, InsyaAllah khusnul khotimah. Kamu orang baik Zul," kata Zulfan Triadji, salah satu fotografer Banyuwangi yang juga sahabat Bang Dzoel. 

Zulfan mengatakan berdasarkan informasi yang dia dapat, sebelum meninggal Bang Dzoel sempat sakit dan dirawat di rumah sakit. 

Bang Dzoel sangat terkenal di Banyuwangi. Dia merupakan sosok yang inspiratif. Bahkan foto pertama Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dan Wakil Bupati Sugirah mengenakan pakaian dinas resmi untuk upacara besar (PDUB), yang dipotret di hari pelatikan, 26 Februari 2021, merupakan karya  Bang Dzoel. 

Foto tersebut lantas dipajang di kantor Pemkab Banyuwangi dan seluruh kantor Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Banyuwangi. 

Bupati Ipuk sendiri juga terinspirasi oleh kisah perjuangan Bang Dzoel. 

”@bangdzoel_ menunjukkan, meski kamera awalnya hasil mengangsur dan hanya belajar otodidak sembari bekerja sebagai penjaga warnet, pada akhirnya kerja keras dan doa mengubah segalanya: dia sukses sebagai fotografer. Dan saya bangga bisa dipotret olehnya dengan pakaian dinas untuk kali pertama, jelang pelantikan hari ini. Hasilnya pun mantap-mantap,” tulis Ipuk di Instagramnya kala itu. 

Sosok yang sangat inspiratif itulah yang membuat Ipuk memilih Bang Dzoel untuk memotret pertama kali mengenakan pakaian dinas resmi. 

Harian Surya (Tribun Jatim Network) sempat menulis riwayat singkat Bang Dzoel. Bang Dzoel dikenal sebagai fotografer disabilitas yang telah memberi inspirasi banyak orang. 

Dia dulunya adalah petugas penjaga warung internet (warnet), menjadi petugas foto untuk KTP, kemudian bekerja di kantor advokat hingga menjadi fotografer profesional. 

"Saya belajar fotografi secara otodidak. Beli kameranya dengan cara mengangsur. Uang gaji saya sisihkan untuk melunasi kamera," ceritanya.

Meski demikian, Bang Dzoel mampu menunjukkan kualitasnya. Lambat laun karyanya pun mulai diakui. Bahkan, dia diundang ke luar negeri karena karya fotografinya.

"Alhamdulillah, banyak orang yang menilai karya saya tak kalah dengan fotografer lainnya. Ini membuktikan bahwa keterbatasan bukan menjadi halangan," ujarnya.

Keterbatasan, menurut dia, sejatinya tercipta dari pemikiran diri sendiri. Untuk melawan keterbatasan itu, harus mengubah pikiran itu sendiri. 

“Saya hanya ingin menyampaikan kepada dunia bahwa diskriminasi tidak berawal dari orang lain. Diskriminasi tercipta oleh pikiran kita sendiri," ungkapnya. 


Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved