Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Malang

Tertarik Teliti Cabai Rawit, Sahruni Indramara Jadi Wisudawan Termuda di Universitas Brawijaya

Salmanina Hapsari, S.Psi termasuk wisudawati Universitas Brawijaya (UB) Periode 18 yang digelar Minggu (30/07).

Editor: Sudarma Adi
ISTIMEWA/TRIBUNJATIM.COM
Sahruni Indramara (kiri) dan Salmanina Hapsari (kanan) 

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Salmanina Hapsari, S.Psi termasuk wisudawati Universitas Brawijaya (UB) Periode 18 yang digelar Minggu (30/07).

Mahasiswa dari Departemen Psikolog, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) ini lulus dengan pujian (Cumlaude) setelah mempertahankan skripsinya berjudul Peran Online Social Support Terhadap Social Media Addiction dengan Loneliness sebagai Mediator pada Emerging Adulthood.

Salma mengatakan dukungan sosial online berpotensi meningkatkan keinginan seseorang untuk terus-menerus menggunakan media sosial (medsos) yang mengarah pada adiksi/kecanduan. Perasaan kesepian yang dirasakan pengguna medsos juga berperan di dalam peningkatan adiksi.

"Ibaratnya, orang yang kesepian akan terus berusaha mendapat dukungan sosial online dari medsos dan berujung pada adiksi," kata Salma.

Kecanduan medsos dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental seseorang, seperti pusing, mata rabun. Kecanduan medos juga bisa menimbulkan perasaan negatif, seperti sedih, murung, cemas jika tidak bermain medsos, sampai dapat terjadi konflik sosial dengan orang sekitar atau diri sendiri.

Baca juga: Semarak HUT RI ke-78, Pemkot Surabaya Ajak Pengusaha Ikut Sukseskan Gerakan Berbagi 10 Juta Bendera

Salma mengangkat tema ini karena tertarik dengan cyberpsychology atau psikologi dalam internet.

Selama ini Salma kerap menemukan berbagai fenomena unik dalam penggunaan internet, terutama medsos yang terkait dengan psikologi manusia.

Gadis asli Malang ini berharap penelitiannya dapat menambah pengetahuan masyarakat, khususnya generasi muda usia 18-29 tahun yang masuk ke dalam fase emerging adulthood terkait penggunaan medsos dan kondisi psikologis mereka.

"Penggunaan medsos jangan sampai mengganggu aktivitas yang lebih berguna. Perlu lebih bijak supaya terhindar dari kecanduan. Durasi penggunaan medsos juga perlu diperhatikan. Kalau bisa, medsos digunakan untuk kepentingan positif, seperti jual beli, diskusi, membaca berita, atau penunjang pendidikan," terangnya.

Salma menyelesaikan masa studi di UB selama tiga tahun tujuh bulan, dan berhasil meraih IPK 3,83.

"Alhamdulillah saya sangat senang dan bersyukur menjadi salah satu wisudawan terbaik. Selama saya kuliah, niat saya adalah membanggakan orang tua saya. Saya merasa ini bisa jadi hadiah untuk papa, mama, dan kakak yang selama ini selalu ada untuk saya. Tanpa mereka, saya tidak mungkin bisa melangkah sejauh ini," ungkap Salma.

Saat ini Salma mengisi waktu dengan menjadi freelancer editor artikel jurnal universitas swasta di Malang, dan membuka jasa desain. Selepas wisuda, Salma ingin lanjut ke jenjang S2 atau bekerja.

Baca juga: Nasib Pria ini Tersesat di Wisata Budug Asu Malang Gegara Drone Jatuh, ini Kondisi saat Ditemukan

“Saya sedang mencoba apply beasiswa S2 dan juga dalam tahap rekrutmen kerja. Saya akan berusaha dan berdoa, semoga bisa mendapat hasil yang memuaskan,” terangnya.

 

Dari Ekstrak Cabai Rawit, Jadi Wisudawan Termuda UB

Sahruni Indramara, S.Biotek termasuk lulusan terbaik sekaligus termuda yang diwisuda hari ini Minggu (30/07).

Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian pada Departemen Bioteknologi angkatan 2019 ini berhasil menamatkan masa studinya dalam waktu 3 tahun 6 bulan, dan meraih Indeks Prestasi Kumulatif di angka 3,65.

Dara kelahiran Waipo, Maluku Tengah meneliti ekstrak cabai hijau atau cabai rawit sebagai tugas akhirnya.

Ketertarikannya terhadap teknologi edible coating diawali sejak menjadi peserta Program Permata Pangan tahun 2021, dalam mata kuliah Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen.

"Tema edible coating ini pernah disinggung dalam mata kuliah. Peluangnya sangat besar, termasuk sebagai teknologi baru dalam proses pengawetan buah, sayur atau produk hewani di Indonesia”, jelasnya.

Sahruni mendapat peluang untuk bergabung dalam proyek penelitian dosen yang juga membahas tentang edible coating dengan penambahan antimikroba pada Maret 2022.

"Zat antimikroba ini bisa didapat dari ekstrak tanaman, salah satunya adalah rawit hijau," ujar Sahruni.

Sahruni menyelesaikan tugas akhirnya dalam waktu tiga bulan.

"Bahkan hari Sabtu dan Minggu tetap berangkat untuk penelitian, kadang sampai jam delapan malam," imbuhnya.

Sahruni membagi proses pembuatan edible coating dalam tiga tahap, yaitu pembuatan eksrtak cabai, pembuatan larutan edible coating, serta aplikasinya pada produk pertanian.

Sahruni mengambil stroberi dan pisang sebagai bagan uji coba, dengan menggunakan metode teknik celup.

"Kemudian buah ini dianalisis fisiknya selama 10 hari, di suhu ruang dan lemari pendingin," imbuhnya.

Pelapis ini terdiri dari tiga bagian. Ada matriks yang terdiri dari gelatin dan kitosan dari ekstrak ekstrak
kulit udang, plasticizer dari gliserol dan agen tambahan.

"Saya menggunakan agen tambahan dari ekstrak cabai sebagai agen anti mikroba untuk memperpanjang masa penyimpanan, dari yang awalnya empat hari menjadi 8 hari," terangnya.

Ada kemungkinan hasil ini diaplikasikan ke produk lain.

"Larutan ini dapat diaplikasikan pada produk non buah, seperti sayur atau produk hewani," terang mahasiswi kelahiran 2002 ini.

Penggunaan ekstrak cabai rawit hijau memegang kunci keunikan tersendiri.

Pengujian yang dilakukan Sahruni menyebutkan, ada gelembung udara yang dihasilkan dari penambahan cabai.

"Ini dapat meningkatkan masa simpan buah ketika diberi lapisan larutan ini," urainya.

Di tengah kepadatan jadwal kuliahnya di FTP, Sahruni juga aktif di organisasi KM Plat R Malang, forum mahasiswa yang berasal dari Eks Karesidenan Banyumas. Sahruni juga memiliki usaha buket bunga yang masih aktif berproduksi dan dikembangkan sampai saat ini.

Hal yang paling menarik selama kuliah adalah bertemu dengan orang baru.

"Saya suka bertemu dengan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda, dari gaya, sikap, cara bicara dan lainnya. Selain itu, saya juga menyukai tantangan. Ketika ada peluang, kenapa tidak diambil?" ujar Sahruni.

Gadis berjilbab ini ingin kuliah di UB sejak duduk di bangku SMA. ADV

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved