Berita Viral
Kisah Pilu Remaja Makan Lauk Jantung Pisang, Ayahnya yang Depresi Kerap Diolok, Bermimpi Jadi Guru
Kisah pilu remaja makan lauk jantung pisang viral di media sosial, ternyata ayahnya yang depresi sering diolok.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Sosok remaja bikin konten makan nasi cuma lauk jantung pisang dan dedaunan yang dipetik dari belakang rumahnya, jadi sorotan di media sosial.
Remaja tersebut diketahui bernama Putri Ayu dan kerap membuat konten TikTok berisi kegiatannya memasak dan makan dengan bahan-bahan seadanya.
Putri Ayu merekam momen saat ia memasak di dapurnya yang terbuat dari kayu, mulai dari jantung pisang hingga dedaunan.
Di balik hidupnya yang sederhana, Putri Ayu sendiri menyimpann kisah pilu karena ibu bunuh diri dan ayah depresi.
Baca juga: Siswa SMK Jadi Pemulung Sepulang Sekolah, Soleh Eko Wibowo Rela Tempuh 15 Km Naik Sepeda: Tidak Malu
Meski begitu, Putri Ayu tak mengeluh.
Sambil memakan hasil masakannya dengan lauk seadanya, Putri Ayu tampak selalu tersenyum.
"Enak," ucap remaja tersebut, melansir Tribun Jakarta.
Konten memasak dan makan Putri Ayu kemudian viral di media sosial TikTok.
Hingga kini VT Putri Ayu sudah ditonton lebih dari 4,8 juta kali.
Siapa sangka, di balik keceriaan sosok Putri Ayu, dia memiliki kehidupan yang sangat menyedihkan.
Di salah satu kontennya, Putri Ayu bercerita kalau ibunya sudah meninggal dunia.
Ibunda Putri Ayu meninggal dunia karena bunuh diri.
Setelah ibunya meninggal dunia, ayah Putri Ayu mengalami depresi.
"Punya ayah dengan penyakit mental karena ibu pergi," tulis Putri Ayu.
Lalu Putri Ayu tinggal bersama sang nenek.
Untuk menyambung hidupnya, Putri Ayu yang seharusnya sekolah, terpaksa bekerja.
Nenek Putri Ayu kemudian jatuh sakit.
Remaja tersebut bersusah payah merawat sang nenek.
"Membersihkan kotoran nenek dan menyampingkan rasa jijik dan kelamaan aku pun terbiasa
Membersihkan badan beliau dan menyuapi beliau," tulis Putri Ayu.
Baca juga: Kisah Bu Anastasia Tinggal di Gubuk Reyot Beratap Daun Bareng 4 Anak, Nyaris Ambruk, Ingin Dibantu
Tak lama, nenek Putri Ayu meninggal dunia.
Kini remaja tersebut sebatang kara hidup bersama ayahnya yang depresi.
Gadis asal Bali ini pernah membagikan video kalau dia tinggal sendirian di rumahnya.
Sang ayah enggan tinggal di rumah bersama Putri Ayu.
Ayah Putri Ayu memilih tinggal di sebuah gubuk yang cuma terbuat dari seprai lusuh.
"Dia enggak mau tinggal bareng, dia buat gubuk sendiri," jelas Putri Ayu.
Tanah di gubuk tersebut sebetulnya punya orang lain, namun warga tersebut maklum.
"Sebenarnya itu tanahnya orang, warga sudah memaklumi ayah," imbuhnya.
Penderitaan Putri Ayu yang berusia 18 tahun ini tak cuma sampai di situ.
Ayahnya yang depresi rupanya kerap diejek oleh anak-anak di sekitar rumahnya.
"Banyak anak-anak yang suka ngejek Bapak bahkan sampai dilemparin batu
Aku juga ingat waktu aku SD bapak pernah dilemparin petasan," tulis Putri Ayu.
Meski hidupnya sangat tidak mudah, Putri Ayu rupanya masih punya mimpi.
Putri Ayu bermimpi bisa kuliah dan menjadi seorang guru.
"Kuliah itu impian aku, pengin jadi guru," ucap Putri Ayu.
"Jujur aku iri-iri lihat teman aku yang bisa kuliah, tapi enggak apa-apa mungkin ke depannya aku bisa," imbuhnya.
Sementara itu kisah hidup seorang siswa SMK di Gunungkidul yang bernama Soleh Eko Wibowo menuai pujian.
Pasalnya siswa SMK tersebut tak malu bekerja menjadi pemulung, memunguti sampah usai pulang sekolah.
Kegiatan yang dilakoni Soleh Eko Wibowo karena keadaan ekonomi ini membuatnya viral di media sosial.
Lantas bagaimana cerita perjalanan hidup Soleh Eko Wibowo tersebut?
Soleh Eko Wibowo sengaja bekerja menjadi pemulung untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membiayai kebutuhan sekolah.
Sepulang sekolah, Soleh Eko Wibowo tak langsung pulang ke rumah.
Ia justru menuju ke belakang sekolah untuk mencari barang bekas, seperti botol dan gelas bekas minuman ringan.
Satu persatu sampah dia singkirkan untuk mencari barang bekas pilihannya.
Setelah satu kantong besar penuh, dirinya mengambil sepeda berwarna putih pemberian salah seorang guru sekolahnya.
Soleh Eko Wibowo lalu menempuh perjalanan sekitar 15 km menuju rumahnya.
Dia sempat berhenti untuk mengambil gelas minuman ringan dan dimasukkan ke wadah plastik.
Saat jalan menanjak, Soleh Eko Wibowo mengayuh sepedanya sambil berdiri agar lebih ringan.
Sejumlah ibu-ibu yang sedang duduk di pinggir jalan sempat menyapa Soleh Eko Wibowo.
Tepatnya saat dia mengayuh sepedanya menuju ke rumah di Padukuhan Jeruklegi, Kalurahan Katongan, Kapanewon Nglipar.
Baca juga: Ketimbang Main, Siswa SMK Dagang Timun hingga Gambas, Sebulan Omzet Rp100 Juta dan Bisa Beli Motor
Awal sekolah, Soleh Eko Wibowo lakoni dengan berjalan kaki.
Hingga kemudian sejak dua tahun lalu, ia diberi sepeda oleh guru dan warga.
"Tidak malu, nanti barang bekas ini dikumpulkan di rumah, lalu setelah banyak dijual."
"Biasanya dapat antara Rp15.000 sampai Rp25.000, kadang lebih, kadang kurang," tutur dia.
Tak hanya sepulang sekolah, siswa kelas XII Jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran ini menghabiskan waktu libur untuk memulung sampah.
Bahkan sampai ke wilayah Kapanewon Ngawen.
Meski tidak banyak hasil yang didapatkan, hal ini cukup membantu untuk biaya jajan dan kebutuhan sekolah.
Tumbuh dalam keluarga dengan keterbatasan ekonomi tak membuatnya menyerah.
Ibunya bekerja sebagai tukang kebun, serta menjual makanan jika ada pesanan, dan ayah sambungnya buruh bangunan.
"Ya untuk jajan dan beli kuota," kata Soleh Eko Wibowo.
Soleh Eko Wibowo tak memiliki cita-cita yang muluk.
Setelah lulus, dirinya ingin menjadi kreator konten atau berjualan angkringan.
Saat ini dirinya sudah merintis membuat akun media sosial yang berisi tentang animasi dan komik.
"Dulu YouTube saya sudah 500 pengikut, tapi hilang. Sekarang mulai lagi, baru 70-an pengikut," kata dia.

Kepala Sekolah SMK Teruna Jaya 1 Gunungkidul, Supater Murbo Prihadi mengatakan, Soleh Eko Wibowo berasal dari keluarga yang kurang mampu.
Soleh Eko Wibowo tergolong siswa biasa, tetapi memiliki ketekunan.
Ia membenarkan bahwa siswanya tersebut sering mengambil barang bekas untuk dijual sepulang sekolah.
Untuk meringankan pembiayaan sekolah, Soleh Eko Wibowo sudah mendapatkan bantuan dari donatur.
Selain itu, lanjut Supater, siswa kelahiran 27 September 2003 ini terlebih dahulu menghabiskan waktu sekitar satu jam memanfaatkan WiFi sekolah untuk mengedit animasinya.
Pihak sekolah mendukung hobinya tersebut, diharapkan hobinya tersebut dapat menambah pendapatannya sebagai kreator konten.
"Dia betah di sekolah, pas sudah jam pulang dia manfaatin WiFi dulu untuk buat animasi dan komik," kata Supater.
Dia berharap, anak didiknya ini bisa sukses dan membantu perekonomian keluarganya.
Gerobak Dagangan Penjual Cilok sampai Pecah, Korban Mengaku Dianiaya Preman |
![]() |
---|
Kronologi Ribuan Mahasiswa Kompak Balik Badan saat Wagub Pidato, Kampus Sengaja Undang Pejabat |
![]() |
---|
Tukang Becak Pasrah Rumahnya Rata Tanah yang Ditinggali Selama 51 Tahun, Semua Harta Lenyap |
![]() |
---|
Rombongan 14 Moge Viral Terobos Jalur TransJakarta, Polisi Tegas Beri Tilang ETLE: Tidak Ada Bedanya |
![]() |
---|
Sindiran Ustaz Dasad Latif usai Rekening Isi Dana Masjid Diblokir PPATK: Apa Gunanya Kalian Sekolah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.