Berita Blitar
Kisah Perajin Batik Tutur Khas Blitar, Berawal dari Kegiatan PKK, Kini Jadi Sumber Penghasilan
Eni Setiawati (49), warga Desa Tlogo, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, ini hampir tiap hari memperingati Hari Batik.
Penulis: Samsul Hadi | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Samsul Hadi
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Eni Setiawati (49), warga Desa Tlogo, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, ini hampir tiap hari memperingati Hari Batik. Sudah hampir 11 tahun, ibu tiga anak itu menggeluti kerajinan batik di rumahnya.
"Kami memperingati Hari Batik tiap hari. Karena tiap hari berurusan dengan batik," kata Eni ditemui di rumah bertepatan dengan Hari Batik Nasional, Senin (2/10/2023).
Eni terlihat sedang menyelesaikan pembuatan batik di teras samping rumah. Ia sedang mengoleskan cairan pada kain batik yang sudah diwarna.
"Ini namanya proses penguncian warna, agar tidak pudar. Warnanya saya olesi dengan cairan water glass," ujarnya.
Eni mulai menekuni kerajinan batik sejak 2012. Ia mengenal dunia batik setelah mengikuti kelompok membatik ibu PKK di lingkungan tempat tinggalnya.
Eni merasa ada kecocokan dengan dunia batik. Sebenarnya, ia sudah memiliki usaha bordir sebelum mengenal batik.
Namun, usaha bordirnya semakin lama semakin surut kalah dengan produk pabrikan.
"Sejak ikut kelompok batik ibu PKK itu, akhirnya saya menekuni kerajinan batik sampai sekarang dan menjadi sumber penghasilan," katanya.
Baca juga: Intip Penampilan Artis Pakai Batik, Titi Kamal hingga Aurel Atta Ameena di Panggung Istana Berbatik
Dua tahun awal menekuni kerajinan batik, Eni belum mendapatkan hasil secara ekonomi. Ia menganggap, itu sebagai proses penyempurnaan kerajinan batik miliknya.
Baru pada 2014, kerajinan batik milik Eni mulai dikenal masyarakat. Kerajinan batik miliknya dipesan oleh kepala SMK se-Kabupaten Blitar.
"Dari situ, rasa ingin berkarya semakin tinggi. Akhirnya saya mengurus legalitas kerajinan batik milik saya," ujarnya.
Eni terus mengembangkan kualitas kerajinan batik miliknya. Ia juga mulai mendapat program pelatihan batik dari pemerintah.
Sekarang, ia mengembangkan kerajinan batik mulai jenis batik tulis, batik cap dan batik kombinasi cap dan tulis.
Untuk motif, ia menonjolkan sejarah dan kekhasan Blitar pada karya batik miliknya.
Baca juga: Peragaan Batik Merah Putih, Cara Kreatif Remaja Kediri Tumbuhkan Semangat Nasionalisme
Ia menganggap kerajinan batik merupakan literasi, sebuah karya seni berupa desain yang bisa dikemas cerita sejarah, doa dan harapan.
Belakangan, Eni mulai mengembangkan batik tutur yang menjadi khas Blitar. Batik tutur ini sudah ada di Blitar sejak era penjajahan Belanda.
Ia mendapatkan contoh motif batik tutur dari seorang teman. Menurutnya, motif batik tutur khas Blitar yang terdiri atas binatang dan alam penuh dengan filosofi.
Ia mencontohkan motif merak pada batik tutur menunjukkan sebuah kesombongan. Lalu, motif singa pada batik tutur melambangkan sebuah kekuasan.
Baca juga: Bisa Jadi Peluang Bisnis Emak-emak di Sumenep, Mak Ganjar Kenalkan Teknik Membatik Ramah Lingkungan
"Batik juga bisa jadi media mengenalkan sejarah kepada anak-anak. Saat ini, anak mulai malas membaca sejarah. Di situ saya tergugah ingin mengenalkan sejarah kepada anak-anak lewat batik," katanya.
Karena menjadi sebuah literasi, Eni lebih mengutamakan karya batik tulis. Namun, proses pembuatan batik tulis butuh waktu lama.
Satu kerajinan batik tulis, proses pembuatannya kadang membutuhkan waktu minimal satu bulan.
"Untuk batik cap sebagai alternatif bagi pelanggan yang butuh cepat dan harganya terjangkau," ujarnya.
Eni dibantu sekitar 13 pekerja untuk memproduksi batik. Namun, untuk ide desain, semua dibuat sendiri oleh Eni.
Dalam sebulan, ia bisa memproduksi sekitar 125 lembar batik cap, 75 lembar batik kombinasi cap dan tulis dan satu lembar batik tulis.
"Kalau produksi batik tulis minimal satu dalam sebulan. Batik tulis itu istilahnya karya eksklusif," katanya.
Harga batik cap milik Eni dijual mulai Rp 100.000 sampai Rp 250.000 per lembar. Sedang harga batik kombinasi cap dan tulis dijual mulai Rp 300.000 sampai Rp 500.000 per lembar.
"Kalau harga batik tulis mulai Rp 500.000 sampai Rp 2 juta per lembar," ujarnya.
Menurutnya, permintaan kerajinan batik miliknya paling banyak dari pelanggan lokal Blitar.
Biasanya, kerajinan batik milik Eni banyak dipesan oleh instansi pemerintahan.
"Pelanggan dari luar kota juga sudah ada, dari Jawa Barat. Tapi kebanyakan pelanggan masih lokal. Tahun ini, juga mulai ada pesanan dari pekerja migran di Hongkong," ujarnya.
Eni berharap masyarakat semakin mencintai produk kerajinan batik. Selain melestarikan warisan budaya, dengan memakai batik, masyarakat ikut membantu ekonomi perajin batik
Pemkab Lumajang Siapkan Dana BTT untuk Jika Diminta Dukung Program Makan Siang Gratis |
![]() |
---|
Tebing Sungai di Perum Grand Family Kota Blitar Longsor Satu Rumah dan Musala Terancam |
![]() |
---|
Perumahan Pakunden Permai Kota Blitar Terendam Banjir, Diguyur Hujan Seharian |
![]() |
---|
Kapolda Jatim Luncurkan Benih Jagung Bhayangkara di Blitar, Bisa Hasilkan 10 Ton per Hektar |
![]() |
---|
Kapolda dan Pj Gubernur Jatim Kompak Tanam Jagung Serentak di Lahan 1 Juta Hektare di Blitar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.