Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

SOSOK AH Nasution, Jenderal Besar TNI yang Selamat dari G30S/PKI, Pernah Jadi Guru di Bengkulu

Inilah sosok AH Nasution yang selamat dari sasaran penculikan dalam peristiwa G30S/PKI. Abdul Haris Nasution ternyata pernah jadi guru di Bengkulu.

Editor: Elma Gloria Stevani
Repro Kompas TV
Foto keluarga Jenderal AH Nasution bersama istri dan kedua anaknya. Putri bungsunya, Ade Irma Suryani turut tewas dalam peristiwa G30S. Saat itu Ade baru berusia 5 tahun. 

Ayahnya merupakan pedagang dan guru pesantren, sementara sang kakek adalah guru silat yang dihormati di kampungnya.

Nilai akademik Nasution juga menonjol kala itu.

Nasution kecil kala itu berhasil diterima di sekolah dasar unggulan yang didirikan Belanda, Hollandse Inlandse School (HIS).

Naik ke jenjang sekolah menengah, ia melanjutkan ke Holandsche Indische Kweekschool (HIK) di Bandung.

Kala itu, ia bertemu dengan Van der Werf, guru Belanda yan gjuga pemimpin partai Katolik di Bandung.

Sejak itulah ia tertarik dengan dunia politik dan militer.

Usai lulus dari HIK, ia pergi ke Algemeene Middlebare School (AMS).

Ia berhasil lulus ujian AMS B di Jakarta dan diterima menjadi guru di daerah Bengkulu.

Nasution dan keluarga kecilnya. Putri bungsunya, Ade Irma Suryani (dua dari kiri), tewas terkena tembakan pasukan Senopati yang mendobrak rumah Nasution.
Nasution dan keluarga kecilnya. Putri bungsunya, Ade Irma Suryani (dua dari kiri), tewas terkena tembakan pasukan Pasopati yang mendobrak rumah Nasution. (Wikipedia/Military Collection of Indonesia)

Di situ ia bertemu dengan Soekarno. Setelah berkali-kali bertukar sapa, Soekarno menyarankan Nasution untuk bergabung dengan organisasi pemuda bernama Indonesia Muda.

Namun, tidak lama kemudian ia dipindahkan ke Palembang, Sumatera Selatan untuk menjadi kepala sekolah.

Kendati demikian, AH Nasution masih menyimpan mimpinya untuk bergabung di militer.

Ia lantas memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya sebagai guru dan lanjut menempuh pendidikan militer di Jawa, tepatnya di Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO).

Prestasi Nasution di militer terbilang gemilang. Beberapa bulan sejak masuk CORO, Nastuion diangkat menjadi kopral dan naik pangkat ke sersan usai tiga bulang berselang.

Karier AH Nasution di militer semakin naik seiring berjalannya waktu. Belum setahun setelah Proklamasi Kemerdekaan, tepatnya pada Maret 1946 AH Nasution diangkat menjadi Panglima Divisi III/Priangan.

Tak lama kemudian, ia kembali diangkat sebagai Panglima Regional Divisi Siliwangi yang bertugas di Provinsi Jawa Barat. Selama menjabat ia banyak terlibat dengan peristiwa perang pasca-kemerdekaan.

AH Nasution melepas masa lajangnya satu tahun kemudian. Ia bertemu dengan Johana Sunarti, seorang mahasiswi Universitas Gajah Mada (UGM). Ia merupakan putri dari R.P. Gondokusumo, seorang tokoh pergerakan sekaligus petinggi Sarekat Islam.

Ia merupakan tokoh yang disegani kala itu, termasuk oleh Belanda dan dijuluki sebagai 'Jago Tua'. Pernikahan antara Sunarti dan AH Nasution berlangsung di Ciwidey, Jawa Barat pada 30 Mei 1947.

Dari pernikahan tersebut, ia dikaruniai dua orang anak. Anak pertamanya bernama Hendrianti Shara Nasution, sedangkan anak kedua adalah Ade Irma Nasution.

Nasution menjadi saksi sejarah mencekam peristiwa G30S/PKI di Indonesia. Dia tutup usia pada 6 September 2000 di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
Sebelum tutup usia, tepatnya pada 1997, AH Nasution mendapat gelar kehormatan Jenderal Besar.

Hanya ada dua perwira lain yang mendapatkan gelar tersebut, yaitu Jenderal Soedirman dan Soeharto.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dan TribunMadura.com

Berita Jatim lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Sumber: Kompas.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved