Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Malang

Viral Pengemis di Malang Pura-pura Cacat, Dosen UMM Ingatkan Bahaya Beri Uang ke Pengemis

Viral Pengemis di Malang Pura-pura Cacat, Dosen UMM Ingatkan Bahaya Beri Uang ke Pengemis, jadi ketergantungan

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Samsul Arifin
Pexels
Ilustrasi pengemis - Dosen UMM ingatkan bahaya beri uang ke pengemis 

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Viral di media sosial ada pengemis di Malang yang pura-pura cacat dengan membawa kruk. Padahal ia bisa berjalan biasa.

Dari video yang dibagikan netizen, ia nampak berjalan biasa dengan kruk di tangan kanan dan kiri.

Menurut Eko Rizqi Purwo Widodo MSW, dosen prodi Kesejahteraan Sosial (Prodi Kesos) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Ia mengingatkan kepada masyarakat akan adanya aturan dari dinas-dinas terkait termasuk dinas sosial, bahwa masyarakat dilarang memberikan uang pada pengemis.

Hal itu membuat si pengemis menjadi ketergantungan. Sehingga menjadikan itu sebagai  pekerjaan.

Baca juga: Rupanya Segini Penghasilan Pengemis di Ponorogo, Lebihi UMK 2024 Per Bulan, Bawa Uang Rp 4,5 Juta

Apalagi perolehan dari mengemis cukup banyak dan bisa jadi melebihi UMR.

“Jika kita ingin menyalurkan jiwa filantropi atau kedermawanan, tidak harus memberikan uang kepada pengemis,” ujar dia.

Dikatakan, pemberian sumbangan atau bantuan melalui lembaga atau yayasan resmi yang telah diakui pemerintah membuat penyaluran jiwa filantropi kita lebih tepat sasaran. 

Seperti lembaga Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS), panti-panti asuhan, tempat ibadah, dan lembaga sosial lainnya. Menurutnya, fenomena pengemis menjadi permasalahan sosial yang tidak mudah diselesaikan.

Maka semua pihak memiliki tanggungjawab untuk hal tersebut. Pemerintah dipandangnya kurang tegas melakukan penindakkan hukum pada pengemis dan pemberi. 

“Agar populasi pengemis bisa berkurang atau hilang, aturan yang dibuat seharusnya dijalankan dengan baik dan benar. Orang yang memberi uang kepada pengemis, harus diberikan sanksi tegas sesuai dengan aturan agar merasakan efek jera. Jika pemberi jera terhadap kelakuannya, maka hal ini akan mengurangi populasi dari pengemis yang ada, “ katanya dalam rilis humas UMM.

Hadirnya pengemis merupakan dampak dari faktor kemiskinan. Kemiskinan sendiri disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya pendidikan.

Maka dari itu pendidikan menjadi trisula untuk menyelesaikan permasalahan kemiskinan ini.

Namun tidak mudah untuk mengurangi populasi pengemis di jalan.

Walaupun dinas sosial telah melakukan rehabilitasi kepada para pegemis dan mencoba untuk mengurangai populasinya, akan tetap muncul orang-orang baru yang menggantikan.

“Jika memungkinkan, para pengemis ini diberikan lapangan pekerjaan oleh pemerintah yang sesuai dengan kemampuan mereka. Jadi mereka benar-benar bisa menghasilkan dari pekerjaan-pekerjaan itu. Sehingga oada akhirnya bisa mengurangi bahkan menghilangkan aktivitas mereka di jalanan,” harapnya. 

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved