Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Mengenal Fenomena Badai Matahari, Diprediksi Ilmuwan Terjadi Akhir 2023, Siklus Maju Awalnya 2025

Para ahli memperingatkan fenomena badai Matahari berpotensi terjadi pada akhir 2023. Lantas apa itu badai Matahari?

European Space Agency via KOMPAS.com
Ledakan Matahari yang terjadi pada 15 Februari 2022 lalu berhasil terekam secara utuh oleh Solar Orbiter ESA. 

TRIBUNJATIM.COM - Para ahli memperingatkan fenomena badai Matahari berpotensi terjadi pada akhir 2023.

Dikutip dari Live Science, Rabu (12/7/2023) via Kompas.com, awalnya para ilmuwan memperkirakan siklus matahari saat ini akan mencapai puncaknya pada 2025.

Matahari merupakan bola gas yang 'hidup dan bernapas', yang terus aktif.

Seperti dari kebanyakan proses alami di Bumi, aktivitas Matahari bersifat siklus atau berulang dalam jangka waktu tertentu.

Para ilmuwan menyebut siklus ini sebagai 'siklus Matahari' atau solar cycle, dikutip dari situs resmi NASA Jet Propulsion Laboratory.

Lantas, apa itu fenomena badai Matahari dan bagaimana dampaknya?

Baca juga: Awalnya Tidak Bermakna Negatif, Ternyata Inilah Arti Kata Klitih, Jadi Fenomena yang Marak di Jogja

Fenomena badai Matahari adalah lonjakan pelepasan energi Matahari melalui titik-titik tertentu karena terjadinya gangguan magnetik seiring tidak seragamnya kecepatan rotasi bagian-bagian permukaan Matahari dan antara permukaan dengan interior Matahari.

Ketidakseragaman kecepatan rotasi ini menyebabkan garis-garis gaya magnetik Matahari bisa saling berbelit dan membentuk busur yang menjulur keluar dari fotosfera.

Busur tersebut akhirnya memerangkap plasma Matahari, yang pada satu saat busur ini akan putus dan menghasilkan dua fenomena, yang keduanya bisa menjadi penyebab terjadinya badai matahari.

Aktivitas di permukaan Matahari, di antaranya seperti jilatan api (solar flares) atau ledakan massa korona (CME), yang dapat meningkatkan energi yang dibawa oleh angin Matahari dan kecepatannya.

Selain itu, aktivitas Matahari tersebut juga dapat memengaruhi intensitas medan magnet antar planet (IMF).

Kendati magnetosfer atau salah satu lapisan atmosfer Bumi dapat membelokkan sebagian besar aktivitas Matahari yang dibawa oleh angin matahari, namun beberapa partikel yang dilontarkan oleh CME tetap dapat memasuki Bumi.

Ilustrasi badai matahari.
Ilustrasi badai matahari. (Instagram)

Partikel-partikel energik ini kemudian yang menyebabkan gangguan magnetik, yang selanjutnya diklasifikasikan sebagai fenomena badai geomagnetik atau sub-badai Matahari.

Badai Matahari yang memancarkan gelombang geomagnetik ini juga dapat menciptakan fenomena langit yang cantik, yakni yang dikenal dengan cahaya aurora di daerah kutub Bumi.

Akan tetapi, fenomena badai Matahari juga dapat sangat merusak dan berbahaya, yakni dapat menyebabkan cuaca antariksa yang merusak, terutama menyebabkan gangguan satelit hingga jaringan internet.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved