Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Madura

Nasib Mbok Ti Pedagang Buah di Madura Tertipu Uang Palsu, Pasrah Dagangan Merugi, Disobek

Nasib Mbok Ti Pedagang Buah di Madura Tertipu Uang Palsu, Pasrah Dagangan Merugi, Disobek

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Samsul Arifin
TribunJatim.com/Ahmad Faisol
Nenek berusia senja, Mbok Ti penjual buah salah dan rambutan di Pasar/Desa Jaddih, Kecamatan Socah hanya bisa meratapi kegundahan hatinya usai menjadi korban peredaran uang palsu pecahan Rp 50 ribu, Kamis (4/12/2024) 

TRIBUNJATIM.COM, BANGKALAN – Dalam sepekan terakhir, keresahan menyelimuti wajah-wajah masyarakat pengunjung dan pedagang pasar polowijo Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan atas peredaran uang palsu.

Beberapa pedagang kecil menjadi korban transaksi uang palsu mulai pecahan Rp 100 ribu,Rp 50 ribu, bahkan Rp 10 ribu.  

Addoooh, pesse palsunah le depak kannak” (Aduh, uang palsunya sudah tiba di sini). Begitulah ungkapan keresahan yang terlontar dari mulut seorang perempuan paruh baya, Ny Siti ketika baru saja keluar dari pasar, Kamis (4/1/2024).

Petugas Pasar Desa Jaddih, Yanto tampak sibuk menempelkan beberapa lembar kertas putih bertuliskan imbauan, ‘Waspada !!! Peredaran Uang Palsu’. Yanto menempel di depan pintu masuk pasar hingga di sejumlah sudut pasar.

Menjelang waktu siang, suasana pasar mulai berangsur sepi. Satu per satu para pedagang mulai mengemasi barang-barang dagangannya.

Baca juga: Beli Pertalite, Warga Ketahuan Pakai Uang Palsu Rp5 Ribuan, Selama Ini Dipakai untuk Kembalian

Seorang perempuan berusia senja di seberang jalan, depan pasar menyita perhatian Tribun Madura. Ia akrab disapa Mbok Ti, penjual buah salak dan rambutan.

Guratan halus keriput di wajah dan kedua telapak tangan Mbok Ti seolah mempertegas, tenaganya sudah tidak mampu mengangkat buah-buahan dalam keranjang-keranjang berukuran besar. Ia dibantu seorang perempuan untuk mengemasi barang dagangannya.

Mirisnya, Mbok Ti disebut para pedagang di Pasar Jaddih sebagai  korban pertama atas peredaran uang palsu pecahan Rp 50 ribu. Namun ia tampak kesulitan untuk sekedar mengingat kapan peristiwa yang menimpanya terjadi. Mbok Ti hanya duduk sambil mengiris bawang milik penjual gado-gado di belakang lapaknya.

Olle semingguen jiyah ngara, e sebbit’ (sekitar semingguan mungkin, uang palsu disobek),” ungkap Mbok Ti dalam Bahasa Madura.

Keresahan dan perasaan trauma juga tergambar dari wajah, Ibu Maimuna (55), penjual rujak, gado-gado, dan soto. Ibu dengan empat orang anak itu tampak berhati-hati ketika menerima uang dari pembelian beberapa lontong.

“Kemarin ada perempuan membeli dua bungkus rujak, nilai belanja total Rp 12 ribu. Dia membayar dengan uang Rp 50 ribu dan Rp 2.000. Jadi saya memberi kembalian Rp 40 ribu,” ungkap Ibu Muna.

Ibu Muna baru mengaku baru tersadar bahwa uang yang diterimanya adalah palsu setelah ia hendak membelanjakan bahan baku untuk kebutuhan berjualan. Ia kemudian mengeluarkan tiga lembar uang pecahan Rp 50 ribu dari dalam buntelan plastik bening.

Tiga lembar uang palsu itu disebut Muna masing-masing diterima oleh penjual bumbu dan penjual kelapa di dalam pasar. Sementara satu lembar uang palsu lainnya adalah miliknya yang ia terima dari seorang pembeli perempuan.

“(Perempuan) orangnya pendek, berkulit hitam, dan matanya sipit,” pungkas Ibu Muna memaparkan ciri pengedar uang palsu.  

Selain Mbok Ti dan Ibu Muna, seorang pedagang di pasar itu juga menunjukkan selembar uang palsu pecahan Rp 100 ribu. Beberapa lembar uang palsu pecahan Rp 100 ribu juga ditunjukkan bahkan hingga disobek oleh petugas toko.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved