Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Mahasiswi Naik Lamborghini Meski Kuliah di Universitas Buat Kalangan Tak Mampu, Banjir Hujatan

Mahasiswi Pamer Naik Lamborghini Meski Kuliah di Universitas Buat Kalangan Tak Mampu, Banjir Hujatan

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
OhMyMedia
Mahasiswi kuliah di universitas buat kalangan tak mampu, naik mobil Lamborghini ke kampus 

Terkenal cantik, Ghisca Debora Aritonang juga ternyata dihapal sebagai tukang bohong di Universitas Trisakti, tempatnya berkuliah.

Sebelum diringkus oleh Polres Metro Jakarta Pusat, Ghisca Debora Aritonang kerap pamer gaya hidup hedon di media sosial.

Ghisca Debora Aritonang kerap foto selfie menggunakan berbagai produk fashion dari brand ternama.

Di usianya yang baru menginjak 19 tahun, Ghisca Debora Aritonang terlihat mengenakan sandal Hermes.

Tak cuma itu, Ghisca Debora Aritonang juga tampak menggunakan berbagai tas dengan harga fantastis, mulai dari Chanel hingga Bottega.

Selain tas dan sandal, Ghisca Debora Aritonang ternyata turut memamerkan alat makeup-nya bermerek Dior hingga Yves Saint Laurent (YSL).

Ghisca Debora Aritonang, penipu tiket konser Coldplay yang raup cuan senilai Rp 5,1 miliar, bergaya hedon sebelum masuk penjara
Ghisca Debora Aritonang, mahasiswi penipu tiket konser Coldplay yang raup cuan senilai Rp5,1 miliar, bergaya hedon sebelum masuk penjara

Kini koleksi tas dan tas mewah merek Ghisca Debora Aritonang dihadirkan saat konfrensi pers di Mapolres Metro Jakarta Pusat, Senin (20/11/2023) siang.

Diketahui barang-barang mewah seharga puluhan hingga ratusan juta tersebut dibeli Ghisca Debora Aritonang dari hasil menipu ribuan orang.

Kepada para pelanggannya yang notabene reseller tiket konser, dia mengaku kenal dengan seseorang dari pihak promotor Coldplay.

Bahkan dia menawarkan harga miring bagi pembeli yang melakukan transaksi dalam jumlah besar.

Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Susatyo Purnomo Condro mengungkapkan, klaim tersebut tidak benar.

"Yang bersangkutan meyakinkan kenal dengan perantara atau promotor."

"Padahal dari bulan Mei sampai dengan November tidak ada komunikasi dengan pihak perantara atau promotor," lanjut dia.

Apabila diakumulasikan, total kerugian yang ditimbulkan bagi para pelanggannya mencapai Rp5,1 miliar atau setara 2.268 tiket.

"Pelapor pertama atas nama FVS (sebanyak) Rp1,35 miliar untuk 700 tiket."

"Kedua AS Rp1,03 miliar untuk 600 tiket. Ketiga MF Rp1,3 miliar untuk 500 tiket," tutur Susatyo.

"Kemudian yang keempat, pelapor SG itu Rp73 juta atau 58 tiket. Lalu, korban AR ini Rp1,3 miliar atau 400 tiket. Terakhir, pelapor CL ini Rp230 juta," sambung dia.

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved