Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

1 Keluarga Pindah ke Hotel karena Lebih Murah dari Tinggal di Rumah, Sehari Bayar Rp2,1 Juta: Senang

Terungkap satu keluarga pindah ke hotel karena anggap lebih hemat daripada tinggal di rumah.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
Oddity Central
1 Keluarga Pindah ke Hotel karena Lebih Murah dari Tinggal di Rumah, Sehari Bayar Rp2,1 Juta: Senang 

TRIBUNJATIM.COM - Terungkap satu keluarga pindah ke hotel karena anggap lebih hemat daripada tinggal di rumah.

Kehidupan satu keluarga itu menuai pro dan kontra.

Mereka mengaku membayar Rp 2,1 juta per hari untuk delapan anggota keluarga.

Diketahui, satu keluarga itu tinggal di China.

Dilansir Oddity Central pada 11 Januari 2024 via TribunStyle, keluarga beranggotakan delapan orang ini telah tinggal di sebuah hotel mewah di Nanyang, Provinsi Henan, China, selama 229 hari.

Mereka tidak memiliki rencana untuk pindah dalam waktu dekat.

Setelah mendapatkan tarif khusus 1.000 yuan atau Rp2,1 juta per hari untuk suite mewah dengan dua kamar tidur dan ruang tamu besar.

Berdasarkan lama menginap mereka, keluarga tersebut kini berencana untuk tetap di hotel tanpa batas waktu.

Karena harga harian suite juga sudah termasuk listrik, pemanas, air, dan parkir, keluarga yang tidak disebutkan namanya ini mengaku sebenarnya menghemat uang dengan tinggal di hotel dan hidup mereka jauh lebih nyaman.

Baca juga: Pantas Kerap Apes Sejak Pindah Rumah? Wanita ini Temukan Rahasia di Bawah Lantai, Ada Pesan Kematian

“Kami merasa senang tinggal di sini, jadi kami berencana untuk tinggal di hotel selama sisa hidup kami,” kata Mu Xue, salah satu anggota keluarga dalam video viral.

“Harga kamar 1.000 yuan per hari.

Keluarga kami yang terdiri dari delapan orang hidup dengan sangat baik.

Saya tidak pernah berpikir cara hidup seperti ini akan membantu menghemat uang.

Saya hanya merasa itu membuat segalanya menjadi nyaman.”

Baca juga: 1 Keluarga Sakit-sakitan setelah Pindah Rumah, Fakta Jorok Diungkap Tukang, Kini Tuntut Rp 21 Juta

Keluarga Mu Xue memiliki kondisi keuangan yang baik.

Mereka memiliki setidaknya enam properti, tetapi mereka lebih suka tinggal di hotel.

Untuk membuktikan bahwa mereka telah tinggal di Hotel Nanyang selama lebih dari 200 hari, keluarga tersebut menunjukkan beberapa uang jaminan ke hotel sebesar ratusan ribu yuan.

Kisah ini memicu perdebatan sengit di media sosial Tiongkok.

Banyak orang menyatakan diri mereka terpesona dengan cara hidup keluarga tersebut.

Mereka juga akan tinggal di hotel penuh waktu jika mereka mampu membayarnya.

Sementara itu, yang lain bertanya-tanya seberapa nyaman sebenarnya kamar suite hotel untuk keluarga beranggotakan delapan orang.

Sementara itu dalam kisah yang lain, seorang pemilik kontrakan harus gigit jari bayar Rp 70 juta gara-gara penyewa menunggak tagihan listrik.

Mempunyai kontrakan sering dianggap bisnis yang menjanjikan karena memiliki penghasilan bulanan.

Namun faktanya, ada banyak risiko yang harus dihadapi pemilik kontrakan.

Terutama jika mendapat penyewa yang jorok dan ceroboh soal pembayaran.

Seperti yang dialami pemilik kontrakan berikut, ia harus gigit jari karena penyewa lalai dalam membayar tagihan listrik, sehingga mengakibatkan tunggakan sampai ribuan ringgit.

Tagihan listrik sebesar RM21,894 setara Rp 70 juta rupiah menjadi viral karena penyewanya tidak membayar sepanjang masa sewanya.

Baca juga: Dulu Diusir Pak RT, Nasib Kamar Kos Dibakar Pacar, Pelaku Sebut Kurang Perhatian Hingga Dendam

Kejadian tersebut membuat netizen memberikan pendapatnya masing-masing.

Ada yang merekomendasikan agar tagihan utilitas diubah menjadi nama penyewa sehingga jika tak membayar akan masuk daftar hitam.

Namun, ada pula netizen yang punya pandangan berbeda ketika ia menjelaskan bahwa pemilik rumah kontrakan tidak boleh menjadikan rumahnya sebagai sumber penghasilan.

“Semua itu tidak akan terjadi jika rumah tidak dijadikan sebagai bentuk usaha".

“Rumah adalah rumah, belilah tempat berteduh dari hujan, panas dan ketenangan pikiran", ujarnya.

Ia juga menyatakan bahwa hal tersebut merupakan kifarah bagi pemilik rumah kontrakan yang dituduh melakukan penindasan dengan memanipulasi sistem.

“Pemiliknya pasti bangga bisa membeli rumah tapi orang lain yang membayar".

“Namanya bisnis pasti ada ruginya, jadi siapkan biaya darurat,” imbuhnya.

Baca juga: Cantik dan Rapi saat Keluar, Kamar Mahasiswi ini Ternyata Penuh Sampah, Ibu Kos Istighfar: Gak Risih

Pandangan yang diungkapkan warganet tersebut mendapat banyak perhatian dan memicu perdebatan di kalangan netizen.

Sebagian besar setuju dengan pandangannya dan berharap pemerintah membatasi pembelian rumah untuk membantu lebih banyak orang memiliki rumah.

"Itu benar! Jika saya menjadi pemerintah, saya akan membatasi rumah setiap orang... satu nama per rumah. Ketika menjadi bisnis, banyak yang menjadi tunawisma".

“Orang yang berbisnis dengan beli rumah lalu dikontrakan yang membuat pasar jebol. Saya masih culture shock tinggal di Kuala Lumpur karena harga kontrak seperti cicilan rumah".

“Beli banyak rumah untuk dikontrakan, bukan untuk tempat tinggal sendiri. Padahal banyak orang yang tidak punya rumah karena dibeli tuan tanah".

“Rumah adalah suatu kebutuhan, saya selalu berpikir bahwa investasi real estat adalah salah satu bentuk kapitalisme,” kata beberapa warganet.

Sebagai catatan, Tenaga Nasional Berhad (TNB) juga menyarankan pemilik kontrakan mengganti nama untuk tagihan listrik jika tempat tinggal disewakan.

Viralnya tagihan listrik yang menunggak hingga puluhan ribu ringgit terjadi pada periode penerapan Movement Control Order (MCO) dimana tindakan pemotongan langsung tidak dapat dilakukan karena ditutup pada Oktober 2022.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved