Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Pantas Pemilik Ogah Jual Burungnya Rp 1,2 M, Beber Rahasia Buat Cendet Pintar: Sedikit Demi Sedikit

Keputusan pria pemilik burung cendet tak mau peliharaannya dijual Rp 1,2 miliar tengah menjadi sorotan. Diketahui, burung cendet itu bernama Rama.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TikTok @alhaqi07
Pantas Pemilik Ogah Jual Burungnya Rp 1,2 M, Beber Rahasia Buat Cendet Pintar: Sedikit Demi Sedikit 

TRIBUNJATIM.COM - Keputusan pria pemilik burung cendet tak mau peliharaannya dijual Rp 1,2 miliar tengah menjadi sorotan.

Pria asal Jawa Timur bernama Haqi itu akhirnya membeberkan alasan burungnya bisa pintar.

Diketahui, burung cendet itu bernama Rama.

Haqi sering membuat konten bersama Rama di TikTok lewat akun @alhaqi07.

Kepintaran Rama si burung cendet viral membuat banyak orang takjub.

Saking jernihnya cuitan burung cendet tersebut, suaranya yang indah terdengar seperti suara rekaman. 

Saat ditanya oleh netizen bagaimana cara pemilik merawat burung cendet tersebut, Haqi hanya menjawab kalau semua butuh proses.

"Gimana cara ngerawatnya mas, apakah beli dari masih bayi?" tanya akun @johan_1984.

"@johan_1984 semua butuh proses" jawab Haqi.

Baca juga: Malu ke Tetangga, Ibu Ancam Bunuh Diri karena Anak Nikah, Kini Menyesal Lihat Rumah Tangga Putranya

Kendati begitu, Haqi juga tidak pelit membagikan saran dan masukan.

Termasuk saat ada netizen yang bertanya mengenai burung cendetnya yang stres. 

"Bang cara sembuhin burung cendet stres gimana, semoga dijawab," tanya akun @yunitulungagung.

Haqi pun menjawab kalau penyebab burung cendet stres beragam, apalagi yang baru adaptasi dengan tempat baru. 

Beberapa hal yang harus dilakukan, menurut Haqi adalah melakukan metode kerodong atau sering juga disebut dengan tudung, penutup, atau kerudung untuk sangkar burung. 

Setelah menutup sangkar burung, Haqi juga menyarankan untuk mengurangi interaksi.

"Biarkan dia tenang dengan sendirinya, makan cukup, minum cukup," jelas Haqi, melansir dari SuryaMalang ( grup TribunJatim.com ).

Baca juga: Telanjur Pesan Tempat Nikahan, Pengantin Undang 10 Tamu Justru Tak Datang, Minta Uang Denda: Mahal

Menurut Haqi, proses kerodong memakan waktu yang cukup lama. 

"Proses kerodong makan waktu sekitar 2-3 minggu, secukupnya lah, dia siul-siul, baru sedikit demi sedikit kita buka," papar Haqi.

Bentet kelabu atau masyarakat sekitar sering menyebutnya cendet, adalah jenis burung kicau dengan suara merdu.

Burung cendet mampu menirukan suara burung lain bahkan suara binatang lain atau suara–suara di dekatnya yang sering diperdengarkan.

Di habitat aslinya, burung cendet termasuk hewan aktif serta ganas karena binatang ini tergolong dalam kelompok predator.

Sehingga ketika hewan ini dipelihara, maka akan kehilangan keagresifan serta performanya.

Burungnya Ditawar Rp 1,2 M hingga Barter Alphard, Pria Menolak dan Ngaku Sayang, akan Beri ke Artis
Burungnya Ditawar Rp 1,2 M hingga Barter Alphard, Pria Menolak dan Ngaku Sayang, akan Beri ke Artis (TikTok @alhaqi07)

Sementara itu, lantaran suaranya yang begitu merdu bak suara rekaman, burung cendet tersebut mendapat penawaran untuk ditukar dengan mobil pajero.

"Tukeran sama Pajero warna putih gelem ora gak mas?" tanya seorang warganet.

Selain memiliki suara merdu, burung cendet tersebut juga tampak cerdik. 

Meski dilepaskan sang pemilik, burung cendet tersebut tetap anteng berdiri di pundak dan tak mencoba untuk terbang.

Lantaran keunikannya, banyak warganet menyebut bahwa satu mobil pajero terlalu murah untuk burung tersebut.

Tawaran pun kian berdatangan mulai ditukar dengan jet bus, 2 buah mobil Alphard, hingga Innova dan Avanza keluaran terbaru.

Yang lebih mencengangkan, seorang warganet sampai menawar burung cendet tersebut dengan harga Rp 1,2 miliar.

"Saya tawar Rp 1,2 M lepas gak? kalo iya gas sekarang," tawar seorang warganet, melansir dari BanjarmasinPost ( grup TribunJatim.com ).

Baca juga: Dapat Upah Rp5000, Mbah Semi Utang Beras Demi Makan, Dinsos Sebut Hidupnya Sangat Tidak Kekurangan

Meski mendapat beragam penawaran mulai dari mobil mewah hingga uang miliaran rupiah, pemilik burung cendet itu masih enggan untuk melepas hewan peliharaannya.

"Terimakasih atas semua komentarnya tentang si rama, ditawar ini itu gak tau sebenernya becanda atau asli saya gak tau, tapi Insha Allah saya akan merawat burung ini karena saya sayang sama burung ini," jelasnya.

Namun pemilik burung tersebut mengaku hanya akan melepas burung cendet miliknya jika dibeli oleh Irfan Hakim.

"Saya berikan kepada Mas Irfan Hakim, karena publik figur yang saya ketahui dia soalnya punya aviary yang besar," paparnya lagi.

Ia pun mengaku mempunyai keinginan untuk suatu saat berkunjung ke aviary milik Irfan Hakim.

Kisah Sukses dari Pelihara Burung

Bisnis budidaya burung murai batu impor atau murai batu ekor panjang yang dilakoni I Nyoman Susila, mampu menghasilkan keuntungan besar.

Berawal dari sekadar hobi, ayah tiga anak itu bisa menyekolahkan anak hingga jenjang kuliah di jurusan kedokteran salah satu universitas negeri di Bali.

Hobi memelihara burung telah dilakoni Susila sejak kecil.

Hingga pada tahun 2009, ia mencoba membudidayakan sejumlah burung. Mulai dari Kenari, Love Bird hingga Murai Batu lokal. 

Namun berkat kejeliannya melihat peluang pasar, Susila akhirnya mengubah haluan pada tahun 2011.

Ia fokus memelihara murai batu impor saja hingga saat ini. Alasannya karena budidaya murai batu impor lebih mudah dibandingkan jenis burung lain.

Di samping juga tinggi peminat.

Baca juga: Meski Burungnya Ditawar Uang Rp12 M, Pria Sang Pemilik Ogah Jual, Ungkap Keistimewaan Peliharaan

Perbedaan murai batu lokal dengan impor itu terletak pada panjang ekornya.

Murai batu lokal, panjang ekornya maksimal 18 hingga 20 sentimeter. Sedangkan murai impor panjang ekornya 30 hingga 40 sentimeter.

Bahkan bisa lebih dari 40 sentimeter.

"Kalau di tempat saya panjang ekornya 36 sampai 37 sentimeter," ujarnya ditemui Minggu (15/10/2023). 

Pemilik peternakan Murai Batu Ekor Panjang Mahottama BF ini menyebut, harga murai batu impor lebih tinggi dibandingkan yang lokal. Kata dia, harga burung murai batu lokal anakan usia 1 hingga 2 bulan berkisar Rp1 juta hingga Rp2,5 juta.

"Sedangkan untuk murai batu lokal juara, harganya berkisar Rp5 juta sampai Rp10 juta," sebutnya, melansir dari TribunBali.


Lanjut Susila, di usia yang sama yakni 1 sampai 2 bulan, harga murai batu ekor panjang/impor justru lebih mahal. Pada saat pandemi Covid-19, harganya berkisar Rp5 juta sampai Rp25 juta.

"Bahkan pada saat Covid-19, saya pernah jual anakan di harga Rp39 juta. Itu usia 2 bulan. Kalau harga sekarang, itu harga anakan Rp5 juta sampai Rp15 juta," ungkapnya.

Penurunan harga pasca pandemi ini, dikarenakan pola hidup masyarakat yang berubah.

Kata Susila, pada saat pandemi di mana ada pembatasan aktivitas, banyak masyarakat memilih memelihara burung sebagai hiburan. 

Sebaliknya karena saat ini aktivitas masyarakat sudah kembali normal, permintaan pasar saat ini lebih banyak ke murai batu impor dewasa, yakni usia 6 sampai 7 bulan.

Baca juga: Mau Beli Burung, Bocah 7 Tahun Malah Laporkan Ibunya ke Polisi, Akhirnya Disadarkan Kapolsek

Di usia ini, burung murai batu impor sudah mengeluarkan kicauan.

"Harganya juga cenderung lebih stabil. Rata-rata berkisar Rp10 juta hingga Rp15 juta. Tergantung panjang ekornya," kata dia.

Walaupun tergolong mudah membudidayakan burung ini, Susila tak menampik ada kendala. Misalnya pada musim kemarau, di mana terjadi penurunan produksi.

"Kalau dulu 10 sampai 20 ekor sebulan. Sekarang hanya 7 ekor sebulan," ucapnya.

Saat ini Susila memiliki 16 pasang indukan murai batu impor. Biasanya burung murai impor bertelur selama setahun, dengan masa jeda selama empat bulan. 

Baca juga: Pemburu Burung di Jember ini Tersengat Listrik dan Jatuh saat Memanjat Pohon, Tewas Seketika di TKP

Selama 12 tahun berkecimpung di budidaya murai batu impor, Susila mengaku sudah menghasilkan lebih dari 700 ekor anakan murai batu, yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan hingga ke luar negeri. Bahkan tak jarang murai batu hasil budidaya Mahottama BF memenangi lomba. 

"Kebanyakan pembeli biasanya datang langsung kesini. Ada juga pengepul dari Jawa yang secara khusus beli di sini."

"Selanjutnya dia jual lagi ke wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, bahkan ke Malaysia hingga Singapura. Kalau saya hanya fokus membudidayakan saja," kata Pria asal Banjar Antugan, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Bangli itu. 

Berkat kejeliannya melihat peluang, Susila mampu menambah penghasilan rata-rata Rp10 juta per bulan, di luar penghasilan tetapnya sebagai Kepala Sekolah SMKN 1 Bangli.

Ia juga mampu membiayai pendidikan anaknya hingga jenjang perkuliahan di jurusan kedokteran salah satu universitas negeri di Bali.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved