Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Bandingkan Harga Beras Sama Skincare, Dedi Mulyadi Jadi Sorotan, 'Giliran Naik Ribut Semuanya'

Bandingkan harga beras yang alami kenaikan sama skincare, ucapan Dedi Mulyadi jadi sorotan.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TribunJabar.id/Ahya Nurdin
Dedi Mulyadi memanggul sekarung beras saat kegiatan Budaya Ruwat Jagat Mapag Hujan di Lembur Pakuan Subang, Jumat (27/10/2023). 

TRIBUNJATIM.COM - Bandingkan harga beras sama skincare, ucapan Dedi Mulyadi jadi sorotan.

Calon anggota DPR RI dari Partai Gerindra tersebut berharap pola pikir masyarakat bisa diubah.

Ia pun membandingkan kebutuhan antara beras dan skincare.

Hingga kini kenaikan harga beras memang masih menjadi topik perbincangan masyarakat.

Meski stoknya disebut dalam kondisi aman, harga untuk beras premium saja saat ini mencapai Rp18.000 per kg.

Menurut Dedi Mulyadi, kenaikan harga beras kali ini seharusnya bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak agar lebih menghargai keberadaan sawah.

Dia mengatakan, berkurangnya luas lahan sawah akan menurunkan jumlah produksi sehingga berdampak pada harga beras di pasaran.

"Setiap hari makan nasi dari beras, tapi tidak pernah menghargai sawah dan buruh tani.

Beras harus murah terus, tapi setiap hari perumahan, pabrik, ruko dibangun dengan menggusur sawah," kata Dedi Mulyadi dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kompas.com pada Kamis (29/2/2024).

Dedi Mulyadi menilai, pola pikir masyarakat juga perlu diubah agar bisa mengalokasikan keuangan secara baik dan tidak terjebak dalam konsumerisme.

"Harga skincare, rokok, HP, motor, baju naik diam saja, tetap beli.

Giliran harga beras yang naik ribut semuanya, seperti dunia mau kiamat," ujar Dedi.

Dia mencontohkan, satu kali membeli paket skincare, seseorang rela mengeluarkan uang minimal Rp150.000 per bulan.

Atau, lanjutnya, orang rela membayar setidaknya Rp20.000 demi membeli satu bungkus rokok per hari.

Baca juga: Dedi Mulyadi Soroti Menu Uji Coba Makan Siang Gratis, Pilih Uang Rp15 Ribu Diberi ke Orang Tua Siswa

Padahal, tambah Dedi Mulyadi, uang yang dikeluarkan demi membeli rokok atau skincare bisa digunakan untuk membeli minimal 10 kg beras.

Berdasarkan data BPS dan Kementan, pada tahun 2022, rata-rata orang Indonesia mengkonsumsi beras sebanyak 0,222 kg per hari atau 10 kg beras untuk sekitar 40-45 hari.

"Jadi yang diutamakan itu bukan yang dipakai, tapi yang dimakan. Kita itu suka terbalik, mending makan hanya pakai sambal daripada tidak pakai gelang," ucap Dedi.

Menurutnya, tugas pemerintah selanjutnya tidak hanya memastikan ketersediaan dan meningkatkan produktivitas pangan tetapi juga memperbaiki pola pikir masyarakat.

Selain itu, Dedi Mulyadi menjelaskan, petani juga tidak boleh dirugikan, caranya, pemerintah harus membeli gabah ke petani dengan harga yang layak.

"Di negara lain, petani itu tidak berpikir apa pun, infrastruktur sudah baik, obat-obatan dan pupuk (tanaman padi) disiapkan negara, hasil produksinya dibeli, lalu disimpan di gudang, karena di gudang terlalu penuh, dikirimlah ke negara kita," tutur Dedi kepada wartawan, sebagaimana dalam video yang diunggah di akun Instagram-nya, Kamis (29/2/2024).

"Kalau ingin harga gabah standar, pemerintah harus membeli hasil produksi rakyat. Kemudian, pemerintah bisa menjualnya dengan harga standar, tidak boleh meningkat lagi," sambungnya.

Menurutnya, petani adalah kelompok masyarakat yang tidak pernah mengeluh meski dalam kondisi sulit.

Padahal mereka memberikan sumbangsih bagi ketahanan pangan negara.

"Mereka (petani) tidak pernah mengeluh, menanam lagi, dan tetap tidak berutang," pungkasnya.

Sementara itu seorang ibu rela gendong bayi seharian dan antre sejak pagi demi dapat beras murah.

Hal itu terjadi saat gelaran pangan murah di Kelurahan Dayeuhlur, Kecamatan Warudoyong, Sukabumi.

Tampak ratusan ibu-ibu mengikuti antrean untuk mendapatkan beras harga murah.

Melansir Tribun Jabar, momen tersebut terlihat di lokasi gelar pangan murah di Kelurahan Dayeuhluhur, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi.

Terlihat ada seorang wanita yang menggendong bayinya.

Ia mengaku sudah antre sejak pukul 07.30 WIB, demi mendapatkan beras dengan harga murah, Senin (26/2/2024).

Terlihat juga emak-emak dan mama muda yang lain tengah mengantre sambil menggendong bayi untuk mendapatkan beras harga murah.

Emak-emak antre beli beras harga murah di Kelurahan Dayeuhluhur, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, Senin (26/2/2024).
Emak-emak antre beli beras harga murah di Kelurahan Dayeuhluhur, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, Senin (26/2/2024). (TribunJabar.id/Dian Herdiansyah)

Diketahui harga beras saat ini sudah naik dan mahal hingga menyentuh angka Rp18 ribu per kilogramnya.

Jenis beras yang dijual dalam pasar pangan murah oleh Pemerintah Kota Sukabumi, merupakan jenis Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog seharga Rp53 ribu per lima kilogramnya.

Seorang warga, Kiki Supianti (43) mengatakan, ia rela mengantre mendapatkan beras murah, karena harganya berbeda jauh dari yang di pasar.

"Alhamdulillah sangat membantu bagi kita mah rakyat biasa," kata Kiki.

"Beli di pasar Rp75 ribu (5 kg). Ini Rp53 ribu, jadi lumayan ada pengurangan, sisanya cukup buat beli minyak," ujarnya, kepada Tribun Jabar.

Selain beras, ada telur, gula pasir, tepung terigu yang harganya juga agak miring dengan di warung.

"Telur di warung sekarang Rp31 ribu. Harga di sini Rp27 ribu. Lumayan lah, selisih lumayan Rp4 ribu," ungkap Kiki.

Tentunya dengan pangan murah, kata Kiki sangat membantu.

Namun ia berharap harga di pasaran juga bisa turun.

"Ya kita pengin harga-harga normal lagi, standar," ucap Kiki.

"Kalau harga naik terus sedangkan pendapatan kita segitu aja kan kejepit. Apalagi anak-anak pada sekolah," tukas Kiki.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved