Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ramadan 2024

Tips Tetap Sehat selama Ramadan dengan Rutin Berlari, Pilih Waktu dan Jarak yang Tepat Jadi Kunci

Tips tetap sehat selama Ramadan 2024 dengan rutin olahraga berlari, pilih waktu dan jarak yang tepat menjadi kunci.

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Dwi Prastika
Dok Pribadi
Era Bhekti, anggota Komunitas Indo Runners Gresik, saat berlari, 2024. 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Nur Ika Anisa

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Berlari saat puasa memang memiliki tantangan tersendiri.

Dalam kondisi berpuasa, masih diperbolehkan berlari dengan beberapa pertimbangan.

Pemilihan jarak dan durasi tentunya menjadi pertimbangan utama.

Tidak ada salahnya untuk mengurangi jarak dan durasi, sehingga bisa menjaga kondisi tubuh dalam berlari, meski sedang berpuasa.

“Saya pribadi tetap ada kegiatan lari selama bulan puasa. Cuma jaraknya tidak seperti biasanya. Biasanya hari-hari 10 kilometer, tapi kalau bulan puasa tiga sampai lima kilometer cukup,” ungkap Era Bhekti, anggota Komunitas Indo Runners Gresik, saat ditemui di Surabaya, Minggu (24/3/2024).

Berlari di waktu yang kurang tepat seperti siang hari dikhawatirkan dapat mempengaruhi kondisi tubuh yang sedang minim cairan.

Beberapa pilihan waktu yang tepat saat berlari adalah jelang waktu buka puasa. 

Kebiasaan yang dipilih Era untuk berlari saat bulan puasa adalah satu jam sebelum berbuka puasa.

Sebab, dengan begitu, bisa memperhatikan kondisi cairan di tubuh.

Baca juga: Tips Olahraga agar Tidak Lemas saat Puasa Ala Instruktur Senam di Ponorogo, Perhatikan Menu Sahur

Dalam rentang waktu tersebut, ia manfaatkan dengan berlari jarak pendek dengan kecepatan 8 hingga 9 pace.

Berlari dengan menyesuaikan kondisi tubuh saat berpuasa juga dapat meminimalisir kecepatan detak jantung (heart rate).

“Jam 17.00 WIB jelang buka puasa baru mulai dengan pace ringan, pelan-pelan. Antara pace 8-9 soalnya puasa kan kita sudah kekurangan cairan, mungkin cuaca lagi panas itu gampang buat heart rate naik,” ungkap perempuan yang pernah mengikuti half marathon tersebut.

Era menyebut, jika di luar Ramadan dapat berlari tujuh hari dalam seminggu, maka selama bulan puasa cukup dua hari sekali dalam satu minggu.

Jika waktu berlari jelang buka puasa belum cukup, seseorang yang memiliki hobi lari dapat mencoba night run atau memilih waktu malam hari.

Sama halnya saat olahraga lainnya, streatching atau peregangan diperlukan di awal dan di akhir lari.

“Bulan puasa justru jangan sampai jarang latihan lari. Cuma yang beda durasi dan jarak yang tidak terlalu panjang, kecuali ketika halangan berpuasa, baru saya ambil long run,” ungkap Era.

Perempuan berusia 47 tahun ini mengaku, awal suka olahraga lari sejak pandemi Covid-19.

Hobi baru yang ditemuinya ini digeluti dengan pelan-pelan sembari mengatur napas saat berlari.

Secara bertahap, dengan aktivitas latihan yang intens, Era meningkatkan kemampuan berlarinya.

Bahkan setiap bulan, ia mengaku dapat mengikuti event lari di berbagai daerah.

Long run 21 hingga 30 kilometer di Jalan Ir Soekarno MERR Surabaya disebut menjadi lintasan latihannya.

Prinsip harus konsisten latihan dengan memperhatikan kondisi tubuh adalah kunci utama bagi para pelari.

“Harus konsisten latihan. Tidak boleh langsung kencang, karena nanti bisa engap bahkan blank. Nikmati saja, lari kecil, mengatur kecepatan, jangan sampai heart rate kita terlalu tinggi,” ungkapnya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved