Berita Magetan
Nasib SMPK Garuda Magetan, Pernah Berjaya di Era 80 an, Kini Berjuang di Tengah Kemajuan Era
Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK) Garuda, terletak di Kelurahan/Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan.
Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Samsul Arifin
TRIBUNJATIM.COM, MAGETAN - Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK) Garuda, terletak di Kelurahan/Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan.
Sekolah yang berdiri sejak tahun 1957 atau 67 tahun silam ini makin terpinggirkan, dan enggan dilirik oleh para orang tua, seiring menjamurnya sekolah sekolah negeri, maupun swasta lainnya.
Kepala Sekolah Gunarti (54), menceritakan, SMPK Garuda pernah berjaya di era 80 an, sebagai tempat rujukan para siswa yang tidak tertampung di sekolah-sekolah negeri.
Menurutnya, kala itu jumlah siswanya luar biasa. Setiap jenjang ada tiga kelas, jika di total sudah mendekati seribu siswa yang lulus dari sekolah tersebut.
“Dulu muridnya banyak karena jumlah sekolah tidak banyak seperti sekarang. Sebelum jadi kepala sekolah, saya juga pernah sekolah di sini,” ujarnya, Jumat (3/5/2024).
Namun, dengan berjalannya waktu, satu persatu sekolah mulai muncul hingga tersebar di Kota Kaki Gunung, mengakibatkan penurunan murid.
Bahkan pernah tercatat tidak mendapatkan murid sama sekali. Ditambah lagi, stigma SMPK sebagai sekolah berbasis Katolik, jadi ditinggalkan oleh orang tua ataupun wali murid.
“Padahal kami bebas siswa, yang beragama apa saja boleh sekolah. Bagi yang agama Islam akan memperoleh pendidikan agama sesuai haknya," ucapnya.
Gunarti mengungkapkan, untuk tahun ini jumlah murid ada tiga kelas sebanyak 21 siswa-siswi dari NTT. Mereka diberikan asrama, peralatan belajar, hingga makan minum.
Baca juga: Tembus 16.000 Orang, Lulusan SMK Penyumbang Angka Pengangguran Terbuka di Magetan
Soal operasional, pihaknya mengandalkan BOS dan donatur. Kendati jumlahnya tidak seberapa, namun tetap bertekad ikut serta mencerdaskan anak bangsa.
Disisi lain, Gunarti bersama 8 guru dan pengurus lainnya, juga melihat peluang pendidikan di Indonesia Timur, tepatnya Nusa Tenggara Timur (NTT) belum merata.
“Tak sedikit anak-anak di Indonesia Timur putus sekolah, hanya sampai tingkat SD kemudian tidak melanjutkan sekolah. Berkat bantuan semua pihak, kami ajak mereka agar terus bisa bersekolah di sini," terangnya.
Dirinya berharap, dalam suasana Hari Pendidikan Nasional, mendapat perhatian dari pemerintah. Supaya kepentingan anak-anak selama proses belajar mengajar, berjalan lancar.
“Kami berharap di fasilitasi anak-anak di Indonesia Timur bisa tetap terus bisa bersekolah," pungkasnya.
4 Warga Magetan Tewas Tertimbun Tanah Longsor di Denpasar Bali, Baru 10 Hari Bekerja |
![]() |
---|
Diterjang Angin Kencang, 3 Warung di Telaga Sarangan Magetan Rusak Tertimpa Pohon, Begini Kondisinya |
![]() |
---|
Kasus PMK di Jawa Timur Capai Ratusan di Awal 2025, Terbanyak Ada di Jember |
![]() |
---|
Padahal Diparkir di depan Rumah, Pria Magetan Syok Mobil Pikapnya Raib, Rekaman CCTV Jadi Petunjuk |
![]() |
---|
Jajal Lintasan Sirkuit Parang, Khofifah Janji Bakal Tuntaskan Pembangunan Infrastruktur Pelengkap |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.