Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Bocah Nangis Kelaparan Disuruh Ibunya Santap Garam, Kehidupan Pilu: Kalau Ayah Pulang Baru Makan

Bocah nangis kelaparan disuruh ibunya santap garam jadi sorotan, kehidupan pilu terbongkar.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TikTok/ahmadsaugi31
Viral bocah bernama Gibran nangis kelaparan disuruh ibunya makan garam saja 

TRIBUNJATIM.COM - Video bocah nangis kelaparan lalu disuruh ibunya makan garam viral beredar di media sosial.

Bocah yang nangis karena kelaparan minta makan tersebut histeris di depan rumahnya.

Kini terungkap kehidupan pilunya bersama ibu dan adik-adiknya di rumah.

Dalam video yang dibagikan, terlihat seorang anak kecil yang memakai baju kuning menangis histeris di depan rumahnya.

Bocah bernama Gibran (6) tersebut terdengar minta makan kepada ibunya yang berada di dalam rumah.

"Mau makan," kata Gibran sambil menangis.

Lalu tangisan Gibran tersebut dibalas dengan bentakan dari sang ibu.

"Mau makan, aku udah laper ma," ujar Gibran lagi.

Kemudian sang ibu terdengar kembali membentak Gibran.

Ibu tersebut nampak kesal karena tidak punya uang untuk memberi makan sang anak.

"Makan sendiri, kagak punya duit!" katanya.

Mendengar bentakan sang ibu, Gibran kembali histeris.

Ia pun berteriak 'mau makan' berkali-kali.

Gibran juga melampiaskan emosinya dengan melempar sandal hingga menjatuhkan sebuah kantong plastik di dekatnya.

Baca juga: Ditinggal Ibu Usai Nikah Lagi, Bocah SMP Nangis Rawat Adiknya Tanpa Sosok Ayah, Berusaha Tegar

Lalu sang ibu terlihat keluar dari rumah sambil membawa sebotol air mineral.

Sang ibu meminta anaknya masuk ke rumah sambil menyiramnya dengan air yang ia bawa.

Video itu pun menuai reaksi dari para netizen yang merasa miris melihat kondisi sang bocah.

Namun para netizen juga memahami kondisi mental sang ibu.

Kini bocah asal Bojonggede, Kabupaten Bogor, yang belakangan viral karena menangis kelaparan tersebut bercerita tentang keluarganya.

Diketahui, Gibran tinggal di Kampung Panjang RT 03/RW 06, Desa Rawa Panjang, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor.

Sebuah video memperlihatkan anak bernama Gibran menangis kelaparan dan meminta makan kepada ibunya di Kabupaten Bogor, viral beredar di media sosial
Sebuah video memperlihatkan anak bernama Gibran menangis kelaparan dan meminta makan kepada ibunya di Kabupaten Bogor, viral beredar di media sosial (TikTok/ahmadsaugi31)

Dalam video yang beredar, Gibran merengek meminta makan kepada ibunya.

Tetapi ibunya membentak Gibran dan mengatakan tidak punya uang.

Video tersebut menyita perhatian masyarakat yang merasa miris dengan kondisi Gibran maupun ibunya.

Sementara akun TikTok yang mengunggah video pertama kali, @ahmadsaugi31, kembali mendatangi Gibran di rumahnya.

Melihat Gibran hanya berdua dengan adik-adiknya, pengunggah membawa bocah-bocah tersebut ke sebuah restoran cepat saji.

Di sana, Gibran pun bercerita tentang kondisi keluarganya.

Bocah asal Bojonggede, Kabupaten Bogor, yang belakangan viral karena menangis kelaparan, Gibran (6), bercerita tentang keluarganya
Bocah asal Bojonggede, Kabupaten Bogor, yang belakangan viral karena menangis kelaparan, Gibran (6), bercerita tentang keluarganya (TikTok/ahmadsaugi31)

Gibran memiliki dua adik masing-masing bernama Suta (4) dan Amira (1,5).

Saat ditanya di mana ayahnya bekerja, Gibran mengaku tidak mengetahuinya.

Sehari-hari, Gibran menghabiskan waktu bersama kedua adiknya di rumah.

"Kalau makan, katanya (ibu) makan garam," tutur Gibran.

"Katanya kalau ayah udah pulang baru makan," sambung Gibran.

Gibran saat ini belum bersekolah, tetapi ia ingin masuk ke pesantren.

Setelah makan di restoran cepat saji, Gibran dan adik-adiknya pun dibawa ke sebuah minimarket.

Di minimarket tersebut, Gibran bahkan tidak lupa untuk membeli popok bagi sang adik.

Baca juga: Dibully Bau Tai, Yurika Bocah SD Pilu Diolok Teman Imbas Jualan Tisu sampai Jam 1 Malam Bantu Ortu

Setelah video Gibran menangis karena kelaparan dan meminta makan, pemerintah setempat turun tangan.

Dilansir dari Instagram @kecamatanbojonggede, Camat Bojonggede, Tenny Ramdhani, bersama Kepala Desa Rawapanjang, Mohammad Agus, dan aparat setempat mendatangi lokasi pada Minggu (5/5/2024) siang.

Dari hasil kunjungan tersebut, diketahui bahwa Gibran merupakan anak dari seorang buruh bangunan bernama Hamzah.

Hamzah kerap bekerja di luar kota.

Ketika Camat dan jajarannya berkunjung, ibu Gibran tidak ada di rumah.

Berdasarkan keterangan Ketua RT dan RW setempat, anak-anak Hamzah kerap dititipkan di tetangga.

Tetangga setempat juga kerap memberikan bantuan dan perhatian kepada keluarga Hamzah.

Setelah ini, pihak Kecamatan berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Bogor sebagai tindak lanjut.

Sebelumnya, kisah perjuangan bocah SMP terpaksa merawat adik yang masih kecil tanpa orang tua, jadi sorotan.

Diketahui, ibu kandung mereka telah menikah lagi dan bahagia dengan keluarga baru.

Nasib keduanya kini telantar setelah ditinggal ayah meninggal dunia.

Kakak beradik tersebut berasal dari Kampung Randang, Desa Mokel, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Mereka adalah Yolivia Endeng (15) dan Jerianus Mugar (8).

Ayah Yolivia Endeng dan Jerianus Mugar meninggal dunia pada tahun 2016 silam.

Sementara sang ibu sudah menikah lagi dan merantai ke luar Manggarai Timur.

Semenjak itu, Yolivia Endeng terpaksa mengurus sang adik seorang diri.

"Ayah kami sudah meninggal dunia pada 2016 lalu, sementara ibu mereka memilih untuk memiliki pasangan hidup baru dan merantau ke luar Manggarai Timur."

"Ibu merantau ke Kalimantan saat Yerianus Mugar berusia dua tahun," ujar Yolivia Endeng melalui telepon selulernya, Kamis (2/5/2024), dilansir dari Kompas.com.

Yolivia Endeng yang biasa dipanggil Jein, dan adiknya Yerianus Mugar biasa dipanggil Joi, mengisahkan kehidupan mereka.

Keduanya mengaku sangat menderita saat ibu memilih hidup berkeluarga lagi dengan pasangannya.

Saat ayah meninggal dunia, ungkap Jein, mereka tinggal bersama ibu di rumah peninggalan sang ayah.

Seiring waktu berjalan, kira-kira anak bungsu (adik Joi) baru berusia dua tahun, ibu memilih hidup berkeluarga lagi dan mereka berangkat ke Kalimantan.

Kakak beradik di Kampung Randang, Kecamatan Kota Utara, Manggarai Timur, NTTm hidup telantar setelah ditinggal orang tua, sang ayah meninggal dunia, sedangkan ibu merantau ke Kalimantan setelah menikah lagi
Kakak beradik di Kampung Randang, Kecamatan Kota Utara, Manggarai Timur, NTT, hidup telantar setelah ditinggal orang tua, sang ayah meninggal dunia, sedangkan ibu merantau ke Kalimantan setelah menikah lagi (Dok Hendrikus Gab via Kompas.com)

"Setelah itu, kami tinggal bersama kakak kandung dari ayah bernama Yohanes Nugat di Kampung Randang hingga saat ini."

"Kami berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki dari rumah Bapak Yohanes Nugat."

"Saat ini Bapak Yohanes yang menghidupkan kami berdua di tengah keterbatasan ekonomi keluarga," jelasnya.

Jein mengisahkan, dia selalu membayangkan wajah sang ayah yang begitu sayang kepada mereka.

Ini membuatnya menangis, tetapi, ia selalu berusaha agar tidak dilihat oleh adiknya.

Jein membayangkan kenangan keluarga kecil mereka, apalagi ketika sang ayah masih hidup.

Mereka biasanya makan bersama.

Namun nasib berkata lain, kini keduanya harus hidup tanpa ayah dan ibu.

Bocah SMP Rawat Adik setelah Ayah Meninggal, Ibu Bahagia Nikah Lagi, Pilu Berharap Sekolah Tak Putus
Yolivia Endeng dan Yerianus Mugar (Dok Hendrikus Gab via Kompas.com)

Meski demikian, ia tak mengubur cita-citanya.

Yolivia Endeng kini duduk di kelas III SMP di Kecamatan Kota Komba Utara.

Sedangkan Yerianus Mugar duduk di kelas II SD di Desa Mokel, Kecamatan Kota Komba.

Kakak adik ini memiliki semangat untuk mengenyam pendidikan demi meraih cita-cita bagi masa depan hidup mereka.

Mereka bercita-cita menjadi guru.

"Saya bercita-cita untuk jadi guru. Sementara, adik saya belum tahu cita-citanya," jelasnya.

Namun di balik harapan tersebut, terselip kekhawatiran soal keadaan ekonomi Yohanes Nugat yang memiliki empat orang anak.

"Jadi kami tinggal delapan orang di rumah dengan kondisi ekonomi sangat terbatas."

"Apalagi harga beras saat ini hampir Rp800.000 untuk berat 50 kilogram," ujarnya.

Jein berharap, ada belas kasihan dan kepedulian pemerintah soal biaya hidup dan uang sekolah.

Dengan demikian, dia bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

"Saya selalu berdoa melalui perantaraan ayah yang sudah meninggal dunia agar mengutus orang baik untuk membiayai hidup dan uang sekolah."

"Semoga ada yang peduli dari orang-orang baik untuk membantu kami berdua," ujarnya.

Dia berharap agar pendidikannya bersama sang adik tidak terputus di tengah jalan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved