Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Nasib Wanita di Tangerang Sering Tahan Marah, Pembuluh Darah Otak Pecah, Stres Tak Tersalurkan

Seorang wanita menderita hipertensi karena disebut selalu memendam marah. Hal ini akhirnya membuat tekanan darahnya naik.

SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com
Ilustrasi stres. Seorang wanita menderita hipertensi karena disebut selalu memendam marah. Hal ini akhirnya membuat tekanan darahnya naik. 

TRIBUNJATIM.COM - Seorang wanita menderita hipertensi karena disebut selalu memendam marah.

Hal ini akhirnya membuat tekanan darahnya naik bahkan mencapai 200 mmHg.

Kisah ini diungkapkan oleh warga asal Tangerang Selatan, Banten bernama Elivia Canica (21) melalui akun media sosial pribadinya @ankbuahjack di X pada Kamis (20/6/2024).

Ia mewanti-wanti agar tidak menahan rasa marah sampai menjadi beban pikiran.

Sebab, hal itu berpotensi menyebabkan pembuluh darah otak pecah.

Menurutnya, kondisi tersebut dialami oleh ibunya

"I learn something, kalo marahh jangan di tahan2, marah aja, jangan dipendam sampe jadi pikiran," tulisnya.

Baca juga: Nasib Guru Asniani Diminta Kembalikan Uang Negara Rp 75 Juta, Tak Tahu Harus Pensiun Umur 58 Tahun

Pecah pembuluh darah otak

Elivia menceritakan, ibunya memiliki riwayat hipertensi, tetapi tidak rutin kontrol ke dokter.

Sang ibu biasanya cukup minum obat saat merasa pusing.

Namun, pada Sabtu (1/6/2024) sore, sang ibu mengeluh lehernya terasa sangat sakit.

Elivia pun memijit leher ibunya.

"Pas malem, (ibu) lagi berdiri tiba-tiba kakinya lemas, enggak sanggup berdiri, lama kelamaan kesadarannya menurun dan muntah-muntah," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (30/6/2024).

Mengetahui kondisi ibunya semakin parah, Elivia langsung menelepon ambulans dan membawanya ke rumah sakit. 

Setelah dilakukan pemeriksaan melalui CT scan, dokter mendiagnosis pembuluh darah di otak ibunya pecah akibat mengalami tekanan darah yang terlalu tinggi.

Sang ibu diketahui memiliki tekanan darah lebih dari 200 mmHg.

Padahal, seseorang disebut menderita hipertensi tingkat 2 atau tingkatan hipertensi terparah jika tekanan sistolik (TDS)-nya lebih dari 160 mmHg dan tekanan diastolik (TDD) lebih dari 100 mmHg.

"Dari hasil CT scan tersebut, memang terlihat ada darah yang menyelimuti otak (ibu). Darah tersebut harus dikeluarkan kurang dari 10 jam. Kalau lewat dari 10 jam, takut darah tersebut merusak fungsi otak yang lain," tutur Elivia.

Sang ibu kemudian menjalani operasi pengangkatan darah dari otak.

Dia berada di ruang intensive care unit (ICU) selama dua minggu sebelum diizinkan pulang.

Ilustrasi pembuluh darah di otak.
Ilustrasi pembuluh darah di otak. (iStockPhoto via Kompas.com)

Masalah kesehatan akibat stres

Menurut penjelasan dokter, ibunya disebut mengalami stres dan tidak tersalurkan.

"Dokter bilang ini karena terlalu banyak pikiran. Orang hipertensi tidak boleh banyak pikiran, apalagi sampai stres," tambah dia.

Dia menjelaskan, penderita hipertensi yang mengalami stres dan kerap memendam rasa marah akan membuat tekanan darahnya naik.

"Karena kalau udah stres, tekanan darah pasti naik. Ini juga salah satu penyebab ibu saya lama di ICU sekitar dua minggu lebih. Tensinya selalu tinggi bahkan sampai 230 mmHg." ungkapnya.

Elivia menambahkan, ibunya saat ini terkena stroke ringan dan anggota tubuh bagian kirinya lumpuh, meski telah menjalani pengangkatan darah di otak.

Menurutnya, kondisi tersebut terjadi karena otaknya terpapar dengan darah dari pembuluh yang pecah.

"Saat ini masih rawat jalan, di rumah masih pakai selang kateter dan selang makan, dan tiap minggu harus fisioterapi untuk tubuh bagian kiri," 

Baca juga: Nasib 739 Ketua RT Kerja Sukarela 6 Bulan, Insentif Rp 3,32 M Tak Jelas Dimana, Pemkot: Menghindari

Penjelasan dokter

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di RS Universitas Sebelas Maret (RS UNS) Surakarta, Habibie Arifianto membenarkan, menahan marah dan stres dapat menyebabkan pembuluh darah pecah.

"Kondisi stres fisik ataupun psikis akan serta merta diikuti oleh peningkatan hormon stres seperti katekolamin, dopamin, epinefrin, dan norepinefrin," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu.

Menurutnya, orang yang sering marah dan stres akan membuat hormon-hormon stres meningkat dan tersirkulasi berkali-kali lipat.

Kondisi ini akan mengakibatkan sistem saraf simpatis dalam tubuh terangsang.

Sistem simpatis adalah bagian dari sistem saraf otonom yang berperan menyiapkan tubuh saat bereaksi dan mempertahankan diri menghadapi situasi yang dianggap mengancam atau berbahaya.

Hal itu dapat mengakibatkan detak jantung semakin cepat dan penyempitan pembuluh darah.

Kedua kondisi itu dapat meningkatkan tekanan darah.

"Pasien yang sebelumnya mengalami tekanan darah tinggi, tensi akan semakin naik hingga pembuluh darah tidak mampu mengkompensasi peningkatan tekanan yang tiba," ungkapnya.

"Nah, kemungkinan besar (pembuluh darah) akan pecah dan menyebabkan stroke," lanjut dia.

Stroke mengakibatkan aliran darah ke otak berkurang karena pembuluh darah bocor atau tersumbat.

Kerusakan otak akibat kekurangan suplai oksigen inilah yang nantinya mengakibatkan kelumpuhan.

Habibie menegaskan, orang yang sehat atau tidak menderita hipertensi tetap berpotensi mengalami pecah pembuluh darah akibat tahan marah dan stres.

"Cuma kalau sudah ada hipertensi sebelumnya, risiko kerusakan organ akibat stres juga akan semakin tinggi," imbuh dia.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved