Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Air Mata Dono Dipecat Hari Pertama Ajaran Baru, 13 Tahun Mengabdi Digeser Guru Baru, Kepsek: Maaf

Nasib guru Dono yang dipecat hari pertama mengajar tahun ajaran baru sungguh miris, padahal dirinya sudah 13 tahun mengabdikan diri.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
TribunJatim.com
Ilustrasi air mata guru honorer Dono yang dipecat di hari pertama kerja tahun ajaran baru, padahal sudah mengabdi selama 13 tahun. 

Anak Muhidin, Gigih Indah Sukma Halwai dinyatakan diterima di program studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM).

Diketahui, Gigih menjadi satu-satunya murid MAN 1 Lombok Timur yang berhasil lolos UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Presasi atau SNBP 2024.

Gigih mengaku perasaannya campur aduk saat tahu ia diterima di kampus impiannya.

"Deg-degan, nangis, bahagia, semuanya campur. Saya masih tidak percaya bisa diterima di UGM lewat SNBP. Di sekolah saya, jarang ada yang lulus SNBP,” ceritanya haru saat ditemui di rumahnya yang berada di Desa Tirtanadi, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, dari laman UGM via TribunJabar.

Ibu Gigih telah meninggal sejak tahun 2019.

Sejak kecil, ia memperlihatkan tekad dan kegigihannya dalam mengejar pendidikan.

Baca juga: Guru Sudarmono Jual Kerupuk sebelum Ngajar Selama 20 Tahun, Gaji Kecil Tak Cukup Bayar Sekolah Anak

Mimpi berkuliah di UGM ia upayakan dengan rajin belajar dan mengikuti berbagai perlombaan.

Gigih berhasil meraih berbagai prestasi, termasuk medali perak dan perunggu di olimpiade fisika dan gelar juara 1 di kompetisi inovasi sains tingkat provinsi.

Anak ketiga dari empat bersaudara ini memang gemar belajar fisika. Ia aktif mengikuti klub belajar fisika di sekolahnya.

Di klub ini, ia terbiasa membahas soal-soal olimpiade maupun membuat kreasi alat inovasi. Meski terkenal sulit, soal-soal fisika membuatnya merasa senang dan tertantang.

Sebagai orang tua, Muhidin selalu mendukung cita-cita sang anak.

Ia menjadi sosok yang memantik semangat sang anak untuk mengejar pendidikan setinggi-tingginya.

Muhidin tidak pernah memaksa Gigih untuk menjadi juara kelas, yang terpenting baginya ialah rajin belajar dan memiliki karakter yang baik.

“Saya sebagai orangtua selalu memberikan motivasi, apa pun pandangan atau pendapatnya tidak pernah saya bantah. Kalau cita-cita Gigih baik bagi hidupnya di dunia dan akhirat, saya berdoa semoga Tuhan mengabulkan. Kalau kuliah di UGM baik untuk hidup Gigih ke depan, keluarga tentu mendukung,” ucap Muhidin.

Baca juga: Meski Beda Usia 14 Tahun, Siswa SMA Kejar Cinta Bu Guru, Sengaja Remidi & Datang Terlambat

Bagi Muhidin tidak mudah menjalani peran sebagai ayah sekaligus ibu setelah istrinya, Purnawati, meninggal dunia.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved