Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Engkus Tutor Bahasa Inggris Gratis Ngajar 98 Ribu Murid Hanya Pakai Jari Kaki, Tak Tagih Pembayaran

Ketulisan dan keikhlasan seorang tutor bahasa inggris yang gratis mengajar di media sosial dan punya 98 ribu murid belakangan jadi sorotan.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
TribunJabar.ID
Perjuangan Engkus jadi tutor bahasa inggris online meskipun disabilitas dan hanya mengajar pakai jari kakinya saja. 

TRIBUNJATIM.COM - Engkus tutor bahasa inggris gratis di media sosial memiliki kekurangan pada fisiknya.

Namun hal itu ternyata tidak membuat Engkus menyerah untuk tetap tulus dan ikhlas mencerdaskan kehidupan anak-anak bangsa.

Memiliki kondisi fisik tak sempurna tidak menghalangi Engkus (36) untuk terus berbuat kebaikan. 

Pria asal Kampung Ciangsana RT 03/03 Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ini membuka les Bahasa Inggris secara cuma-cuma alias gratis. 

Les tersebut diadakan secara online.

Peserta yang tertarik bisa bergabung di grup "Ayo Belajar Bahasa Inggris dari Nol (0).

Engkus (36), seorang difabel asal Kampung Ciangsana RT 03/03, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, viral di media sosial menjadi tutor bahasa Inggris.

Ia menjadi tutor bahasa Inggris ribuan warganet yang tergabung di grup medsos "Ayo Belajar Bahasa Inggris Dari Nol (0)".

Saat ini grup tersebut sudah memiliki lebih dari dua ribu anggota dari berbagai kalangan.

Mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga guru. 

Baca juga: Pengakuan Kepsek Sebelum Guru Honorer Dono Dipecat usai 13 Tahun Ngajar, Disdik Ungkap Kesalahan

Engkus mengaku, menyukai Bahasa Inggris sejak usia 10 tahun. 

"Awal mulanya saya suka bahasa Inggris itu karena suka nonton film-film barat di TV."

"Saya pengin banget mengerti apa yang dikatakan oleh pemain film tersebut. Nah, disitulah saya mulai mempelajarinya," kata Engkus dikutip dari Tribun Jabar, Kamis (18/7/2024), seperti dilansir TribunJatim.com, Senin (22/7/2024).

Kecintaan pada Bahasa Inggris pun membuat Engkus semakin tekun belajar.

Apalagi, Bahasa Inggris menjadi bahasa internasional.

Berjalannya waktu, Engkus pun menjadi tutor bahasa Inggris melalui media sosial.

Ia memanfaatkan berbagai kanal media sosial untuk mengamalkan ilmunya ke khalayak ramai.

Engkus tidak pernah mematok tarif khusus kepada murid-murid online-nya. 

Sementara selama mengajar, Engkus memanfaatkan ponselnya yang dioperasikan menggunakan jari kaki.

Baca juga: Curhat Guru Honorer Kerja Lebih Berat dari PNS, Tahun Ajaran Baru Mendadak Dipecat: Kayak Sampah

Dengan kondisi keterbatasan itu, tidak menjadi halangan bagi Engkus untuk terus berbagi ilmunya.

"Saya mengajar di sosial media seperti facebook, WA, dan lain-lain, dan itu gratis tanpa bayaran," ucap Engkus.

Diketahui, Engkus saat ini tinggal bersama ayahnya, Dadun (81) dan seorang keponakannya.

Tak hanya menjadi tutor di media sosial, Engkus pun kerap mengajarkan bahasa Inggris kepada anak-anak di kampunya yang kerap datang ke rumahnya.

"Saya belum menikah, aktivitas saya sehari-hari itu mengajar bahasa Inggris, ada anak-anak yang suka datang ke rumah gitu," kata Engkus.

Engkus pun bermimpi memiliki infocus alias proyektor untuk memudahkan mengajar anak-anak yang kerap datang belajar bahasa Inggris di rumahnya.

"Mimpi saya ingin punya infocus buat ngajar anak-anak di rumah biar lebih kelihatan oleh mereka," kata Engkus.

Sosok pengajar lain yang juga disoroti karena perjuangannya adalah satu ini.

Hal itu seperti dialami seorang guru honorer di Tasikmalaya, Jawa Bara.

Ia yang telah mengabdi 20 tahun, nasibnya belum sejahtera.

Curhatan guru honorer yang bernama Sudarmono itu pun viral di media sosial.

Diketahui, ia mengabdikan hidupnya untuk menjdi guru dengan tujuan ikut mencerdaskan bangsa Indonesia.

Meski hanya mendapat gaji yang kecil karena statusnya honorer, Sudarmono tetap semangat dan tidak menyerah.

Sambil menjalani profesinya sebagai guru honorer, Sudarmono pun melakoni pekerjaan sampingan untuk menyambung hidup.

Ia mengungkapkannya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi X DPR, beberapa waktu lalu, dikutip dari Kompas.com.

"Di antara kami guru untuk mencukupi kebutuhannya sangat prihatin," ucap Sudarmono.

Sudarmono mengaku, untuk menyambung hidup dan membayar pendidikan anaknya, ia rela harus berjualan kerupuk pagi-pagi buta sebelum berangkat ke sekolah.

Ia keliling berjualan kerupuk mulai dari pukul 04.30 WIB.

Setelah selesai berjualan, ia pun bersiap untuk berangkat ke sekolah untuk mengajar.

"Saya pribadi jam 04.30 WIB mempersiapkan dagang kerupuk. Berkeliling, honor kami sangat kecil.

Untuk memenuhi pendidikan putra putri kami. Sangat sedih kalau diceritakan," kata Sudarmono.

Baca juga: 14 Tahun Jadi Guru Honorer, Hera Pilu Cuma Digaji Rp300 Ribu Tiap Bulan, Minta Diangkat PPPK

Ia berharap bisa ada kehidupan yang baik untuknya dan guru-guru melalui pengangkatan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Selain diangkat menjadi PPPK, Sudarmono juga ingin tidak ada pergeseran posisi guru-guru yang masih berstatus honorer dengan guru PPPK yang baru saja datang ke sekolah.

"Kami linier Bahasa Inggris, kami digeser sementara, tiga tahun mengabdi melamar dengan Sosiologi, mengeeser kami yang Bahasa Inggris.

Mohon kiranya semua ini bisa diperhatikan," ungkap Sudarmono, melansir Kompas.com.

Guru honorer asal Tasikmalaya, Jawa Barat, Sudarmono saat rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR
Guru honorer asal Tasikmalaya, Jawa Barat, Sudarmono saat rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR (YouTube/TVR PARLEMEN)

Di rapat yang sama, guru honorer lain bernama Hera Yunita Sari curhat kisahnya yang selama 14 tahun tidak mendapatkan gaji layak.

Pasalnya selama 14 tahun jadi guru honorer tersebut, ia mengaku cuma digaji Rp300 ribu tiap bulan.

Gaji tersebut dirasa Hera Yunita Sari tidak layak, mengingat dirinya sudah 14 tahun mengabdi.

Baru-baru ini, Hera Yunita Sari mencurahkan isi hatinya ketika menghadiri rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR.

Hera Yunita Sari kurang lebih 14 tahun menjadi guru honorer di Kabupaten Lampung Selatan dengan gaji yang cukup kecil.

Ia mengaku, dirinya hanya mendapatkan gaji Rp300.000.

Bahkan ketika awal menjadi guru honerer, dirinya hanya digaji Rp50.000.

Hera Yunita Sari pun berharap mendapatkan gaji yang layak untuk profesinya tersebut.

"Kasihlah kami gaji yang layak. Saya rasa cukup pengabdian kami (14 tahun jadi guru)," ucap Hera Yunita Sari.

"Sedangkan ada murid saya yang jadi tentara. Sedangkan saya masih menjadi (guru) honor," kata Hera Yunita Sari, seperti dikutip dari tayangan di kanal YouTube TVR PARLEMEN pada Rabu (10/7/2024).

Selama 14 tahun, ia sudah bertahan dengan gaji yang sangat kecil tersebut.

Bahkan gajinya itu pun membuatnya berpikir berkali-kali untuk mendapatkan kebutuhan pokoknya.

Salah satu yang dialaminya adalah saat ingin membeli ban motor.

Motor ini padahal menjadi kendaraannya untuk pergi mengajar ke sekolah dengan waktu perjalanan kurang lebih satu jam.

Baca juga: Wanita Terharu Gurunya Dulu Kini Jadi Pengamen di Terminal, Sang Panutan Malu Ngaku Tinggal di Kosan

"Sedih Pak, beli ban motor saja Pak, nunggu uang. Bapak tahu jarak sekolah saya satu jam dari rumah.

Bahkan itu tidak melewati, hutan ketemu hutan saya jalan Pak, 14 tahun itu," beber Hera Yunita Sari, melansir Kompas.com.

"Belum jajan saya, kadang sudah lah tak usah jajan, yang penting sampai (sekolah). Enggak kasihan bapak (pada guru)," lanjut Hera Yunita Sari pilu.

Ia mengaku sangat ingin bisa diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) untuk bisa mendapatkan gaji yang layak.

Akan tetapi, kenyataanya, lowongan pengangkatan guru PPPK di Kabupaten Lampung Utara hingga kini tidak pernah dibuka karena keterbatasan anggaran.

"Sedih kami Pak. Kami sudah empat tahun kami enggak dibuka formasi di kabupaten kami. Kapan pak kami selesainya pak? Tolong kalian sebagai sebagai bapak orang tua kami, kapan Pak?" ungkapnya.

Guru honorer asal Lampung Utara, Hera Yunita Sari, saat rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR, beberapa waktu lalu
Guru honorer asal Lampung Utara, Hera Yunita Sari, saat rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR, beberapa waktu lalu (YouTube/TVR PARLEMEN)

Lebih lanjut Hera Yunita Sari berharap, pemerintah dapat segera mengangkat guru-guru honorer menjadi guru jabatan PPPK sesuai amanah Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2023 tentang Apartur Sipil Negara.

Sekedar informasi, dalam UU tersebut dikatakan bahwa guru honorer harus diangkat sebagai PPPK paling lambat pada 24 Desember 2024, apabila sudah menjadi guru honorer selama lima tahun.

"Itu kan sudah jelas UU-nya tapi kapan? Kami mau nyatanya Pak.

Sudahlah, saya rasa masa kerja saya sudah cukup lama lah 14 tahun untuk mendapatkan gaji yang layak itu," tandas Hera Yunita Sari.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved