Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Viral Internasional

Perjuangan Alaa Lahiran di Jalanan Gaza, Rasakan Kontraksi saat Israel Menyerang, ‘Tolong, Tuhan’

Wanita Palestina bernama Alaa ini melahirkan di jalanan Gaza dan mengalami kontraksi saat Israel menyerang.

Editor: Olga Mardianita
Pexels
Ilustrasi bayi yang dilahirkan seorang wanita di jalanan Gaza di tengah-tengah perang Israel dan Hamas. 

TRIBUNJATIM.COM - Serangan Israel di jalur Gaza tak kunjung berhenti hingga menewaskan 36.171 korban jiwa.

Tak hanya korban jiwa, warga di sana tak habis-habisnya merasakan ketakutan atas perang yang berlangsung.

Salah satunya adalah wanita bernama Alaa al-Nimer yang tengah mengandung anak ketiganya.

Dia bahkan merasakan kontraksi saat bom Israel terdengar di dekatnya.

Lantas, seperti apa perjuangan Alaa saat itu?

Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunJatim.com

Baca juga: Nasib Israel Serang Gaza, Atletnya Dihujat saat Tanding Olimpiade 2024, Bendera Palestina Berkibar

Alaa al-Nimer (34) adalah ibu tiga anak yang sudah beberapa kali mengungsi di Jalur Gaza karena adanya perang.

Dia berbagi pengalamannya ketika harus melahirkan bayinya di jalanan. Kini bayi perempuan itu sudah berusia enam bulan.

"Bayi perempuan saya lahir di jalanan," dia menjelaskan dengan malu-malu, sebagaimana diberitakan Al Jazeera pada Minggu (28/7/2024).

Dia menggambarkannya sebagai hari tersulit dalam hidupnya ketika melahirkan bayi di jalanan.

Dia dan suaminya, Abdullah (36) serta dan putra mereka, Mohanned (7) serta Yamen (5) telah berpindah sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober 2023.

Ketika rumah mereka di lingkungan Zeitoun di Kota Gaza menjadi sasaran pada bulan Oktober, keluarga tersebut pertama-tama pindah ke rumah kerabat dan kemudian ke rumah tetangga.

"Kami mengungsi lebih dari 11 kali," kata Alaa dengan suara lelah.

Keluarganya memutuskan untuk tetap tinggal di Gaza utara meskipun pasukan Israel memerintahkan orang-orang untuk pindah ke selatan.

"Itu adalah masalah prinsip. Kami menyadari bahwa tidak ada tempat yang aman," tutur dia.

Pada suatu kesempatan, tank-tank Israel mengepung gedung tempat mereka tinggal dan melepaskan tembakan.

Baca juga: Kisah Bayi Lahir dari Ibu yang Tewas di Palestina, Selamat Diserang Israel Bersama Ayah: Keajaiban

Wanita di Palestina bernama Alaa bersama bayi perempuannya yang ia lahirkan di jalan di tengah-tengah perang Israel dan Hamas.
Wanita di Palestina bernama Alaa bersama bayi perempuannya yang ia lahirkan di jalan di tengah-tengah perang Israel dan Hamas. (Kompas.com)

Alaa, putra-putranya, dan sekitar 25 orang lainnya yang berada di dalam melarikan diri melalui lubang ketika sebuah peluru menghantam gedung pada awal perang.

Namun saat itu tengah musim dingin dan Alaa sedang hamil delapan bulan.

Dia berjalan ke arah timur selama empat jam dalam cuaca dingin bersama anak-anaknya untuk menghindari tank.

Saat itu, suaminya sedang berada di tempat lain bersama ibunya yang sudah lanjut usia, yang mengalami kesulitan berjalan.

Alaa, putra-putranya, dan orang-orang di gedung tersebut mengambil jalan memutar untuk mencapai Kota Tua, di mana mereka berlindung di sebuah toko dekat masjid sampai situasi aman untuk kembali.

Alaa sangat berharap perang akan berakhir sebelum dia melahirkan.

"Saya tidak pernah membayangkan akan melahirkan selama perang," katanya.

Dia berada di rumah saudara iparnya ketika dia pertama kali merasakan nyeri persalinan.

"Saya mencoba membohongi diri sendiri," tuturnya, dengan bersikeras bahwa dia tidak akan melahirkan. Namun rasa sakitnya semakin parah.

Saat itu sudah lewat jam 10 malam pada bulan Januari yang basah dan dingin, dan Alaa dapat mendengar suara bom Israel yang mendarat di dekatnya. 

Dia menelepon ibu dan saudara perempuannya yang tinggal di dekatnya sementara suaminya pergi mencari mobil untuk membawanya ke rumah sakit.

Alaa menunggu di jalan.

Proses persalinannya berlangsung cepat, namun karena kekurangan bahan bakar dan jam kerja yang larut, Abdullah tidak dapat menemukan mobil, dan jaringan komunikasi terlalu lemah untuk memanggil ambulans.

Alaa berdiri di pinggir jalan sambil berteriak minta tolong.

Dia ingat berdoa dan berpikir: “Tolong, Tuhan, jangan sekarang. Saya ingin berada di rumah sakit,” Dia takut akan nyawa bayinya.

Namun saat suaminya kembali, dia sudah melahirkan.

Ibu dan saudara perempuannya juga datang, berlari ke arahnya karena terkejut.

Abdullah memegang kepala putrinya dengan tangannya dan berteriak meminta gunting untuk memotong tali pusar, yang dibawa oleh sepupunya yang datang bersama saudara laki-laki Alaa dari peralatan medis.

Putus asa mencari perawatan medis untuk istri dan putrinya yang baru lahir, Abdullah akhirnya berhasil menemukan mobil untuk membawa mereka ke rumah sakit bersalin yang berjarak 5,5 km.

Alaa naik bersama bayinya dan ibunya, sementara suami dan saudara lelakinya berlari mendahului mereka. Namun mobil itu berhenti setelah hanya beberapa meter. Itu kehabisan bahan bakar.

"Jalanan di sekitar saya benar-benar gelap. Tidak ada seorang pun yang terlihat," kenang Alaa.

"Sepupu saya menggendong bayi perempuan itu, membungkusnya dengan mantel untuk menahan dingin, dan berjalan cepat di depan kami, mengkhawatirkan nyawanya. Dia membimbing kami dengan senter di ponselnya, sambil berkata, Belok kanan, lalu kiri untuk memandu kami," jelas dia.

Alaa berdarah. Ibu dan saudara perempuannya berjalan di sampingnya sambil menangis.

"Ibuku berjalan di tengah jalan sambil berteriak, 'Tolong, apakah ada orang? Apakah ada mobil untuk membawa kita? Tolong, kami memiliki bayi perempuan yang baru lahir dan ibunya baru saja melahirkan," ungkapnya. Tapi tidak ada jawaban.

Mereka berjalan sekitar satu jam sebelum menemukan minibus yang akan membawa mereka ke rumah sakit.

"Kami masuk ke dalam mobil, menangis karena gembira dan takut," ucap Alaa.

Di depan pintu rumah sakit, seorang dokter telah menunggu, diberitahu oleh suami Alaa dan saudara laki-lakinya yang telah datang sebelum mereka.

Israel akui terowongan buatan Hamas rumit 

Terowongan yang dibuat Hamas membuat bingung tentara Israel.

Israel sampai-sampai menjuluki jaring laba-laba saking rumitnya.

Menurut laporan, dalam terowongan itu, pejuang Palestina kerap tiba-tiba menghilang lantas menyerang.

Dalam laporan investigasinya, Channel 12 mengutip pernyataan para pejabat keamanan dan pertahanan Israel yang mengetahui jaringan terowongan Hamas.

Jaringan terowongan rumit itu disebut memungkinan Hamas melakukan “pertempuran defensif secara sistematis di bawah tanah”.

Baca juga: Sosok Indah G yang Dikecam Imbas Tertawakan Boikot Produk Israel, Dikenal si YouTuber Kontroversi

“Kami menyadari ini adalah dimensi yang sepenuhnya berbeda, yang di dalamnya pertempuran harus dilakukan, seperti dan zona udara, dunia maya, dan zona darat,” kata pejabat keamanan Israel dikutip dari Sputnik News.

“Terowongan itu seperti jaringan laba-laba: Jika anda memotong satu terowongan, terowongan alternatif secara otomatis akan muncul dan jaringan itu terus eksis.”

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga belum mengetahui segala hal tentang terowongan besar Hamas meski perang di Gaza sudah berlangsung selama lebih dari 9 bulan.

“Bahkan kini kami belum mengetahui gambaran besarnya dan kami tidak memiliki pemahaman yang lengkap dan tentang seluruh jaringan terowongan, karena jika kami mengetahuinya, kami bisa melenyapkan keunggulan Hamas di area ini,” kata satu sumber.

Jaringan terowongan di Gaza juga disebut mirip dengan terowongan yang digali oleh pejuang Vietnam Selatan untuk melawan militer Amerika Serikat (AS) tahun 1960-an.

Saat ini strategi “berteknologi rendah” itu kembali digunakan di Gaza. Adapun militer Israel dilaporkan terpaksa beradaptasi dengan strategi itu.

Gambar ini diambil selama tur media yang diselenggarakan oleh militer Israel pada 15 Desember 2023, menunjukkan sebuah terowongan yang dilaporkan digunakan Hamas untuk menyerang Israel melalui penyeberangan perbatasan Erez pada 7 Oktober 2023.
Gambar ini diambil selama tur media yang diselenggarakan oleh militer Israel pada 15 Desember 2023, menunjukkan sebuah terowongan yang dilaporkan digunakan Hamas untuk menyerang Israel melalui penyeberangan perbatasan Erez pada 7 Oktober 2023. (JACK GUEZ / AFP)

Jaringan terowongan Hamas disebut berada di seluruh Gaza sehingga pejuang dan logistik bisa disalurkan secara rahasia dan tidak terdeteksi intelijen Israel.

Menurut laporan itu Hamas berhasil membangun fasilitas produksi senjata di bawah tanah.

Pejabat Israel memperkirakan terowongan biasa milik Hamas memerlukan biaya sekitar $275.000 per kilometer.

Biaya yang lebih besar akan diperlukan untuk membangun terowongan khusus, tempat produksi senjata, dan titik strategis.

“Saya pikir kami belum benar-benar menemui tantangan yang sepenuhnya baru bagi kami di level sistemik,” kata pejabat pertahanan Israel.

“Mungkin ada hal-hal spesifik, seperti fakta bahwa kami dikejutkan oleh kemampuan teknik Hamas dalam membangun elevator di terowongan, beberapa tingkatan, dan lainnya.”

Baca juga: Joe Biden Umbar Janji Soal Perang Israel di Gaza Palestina usai Mundur dari Pilpres AS 2024

Pejabat itu mengakui bahwa kemampuan teknik Hamas sangat bagus dalam hal memahami perilaku dan konektivitas tanah.

“Kami menemui banyal hal yang kami yakini akan kami temui, tetapi dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada yang kami perkirakan: rintangan, pintu atas, pengisi daya, dan jumlah ujung.”

Pejabat itu kemudian ditanya mengenai penyebab militer Israel gagal mengatasi terowongan Gaza meski mengklaim sudah mengetahui besarnya.

Dia membalasnya dengan mengatakan bahwa militer Israel sedang melakukan penyelidikan internal mengenai serangan Hamas tanggal 7 Oktober 2023 dan peristiwa-peristiwa sebelumnya.

Satu sumber mengatakan penghancuran seluruh jaringan terowongan Hamas adalah hal yang memungkinkan secara teknis. Namun, penghancuran itu memerlukan waktu lama.

“Butuh waktu bertahun-tahun,” kata sumber itu.

----

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Berita Jatim dan berita viral lainnya.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved