Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

33 Tahun Melarat, Pria Syok saat Tahu Dirinya Anak Konglomerat, Ayah Kandung Nangis Beri Rp2,7 M

Pria 33 tahun hidup melarat syok saat tahu dirinya anak konglomerat, ayah kandung nangis beri uang Rp2,7 M.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
YouTube
Pria 33 tahun hidup melarat, ternyata anak konglomerat 

TRIBUNJATIM.COM - 33 tahun hidup melarat, seorang pria syok saat tahu jika dirinya selama ini adalah anak konglomerat.

Kisah pemudah yang hidup miskin selama 33 tahun hingga putus sekolah pada usia 17 tahun ini pun menjadi sorotan publik.

Momen saat ia bertemu ayah kandungnya yang kaya raya itu pun membuat warga terharu.

Pria tersebut bernama Zhang Huaiyuan.

Ternyata pria tersebut hidup terpisah dengan kedua orang tuanya.

Zhang Huaiyuan diculik dari Rumah Sakit Provinsi Zhejiang, China, setelah dilahirkan pada 1991.

Peristiwa ini berawal saat orang tua Zhang Huaiyuan, Li Shijie, datang ke rumah sakit.

Mereka menantikan kelahiran anak kedua mereka yaitu Zhang Huaiyuan.

Zhang Huaiyuan mempunyai kakak laki-laki yang baru berusia satu tahun.

"Karena anak pertama lahir melalui operasi caesar yang belum sembuh sepenuhnya, sayatan istri saya terbuka lagi saat usia kehamilan enam bulan," kata Li Shijie, dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Minggu (23/6/2024).

Ironisnya, saat Zhang Huaiyuan lahir, dokter mengatakan ke Li Shijie jika anaknya meninggal dunia.

Namun faktanya, anaknya tidak meninggal.

Dokter yang menangani kala itu justru memberikan bayi yang baru lahir tersebut kepada seorang kerabat direktur rumah sakit yang tidak dapat hamil.

Sejak saat itu, Zhang Huaiyuan dibesarkan di sebuah pedesaan miskin di Provinsi Anhui, China Timur.

Baca juga: Ngemis Tiap Hari, Ibu dan Anak Ternyata Punya Rumah 3 Lantai, Buat Surat Janji Tak Menggelandang

Tempat tinggalnya berjarak sekitar 400 kilometer dari Provinsi Zhejiang tempat orang tua kandungnya tinggal.

Pasangan yang mengadopsinya berusia 50 tahunan dan ayahnya cacat.

Kondisi tersebut membuat keluarga Zhang Huaiyuan menghadapi kesulitan keuangan.

Dia putus sekolah pada usia 17 tahun dan harus bekerja untuk menghidupi orang tua angkatnya.

Setelah ayah angkatnya meninggal tahun 2023, Zhang Huaiyuan baru mengetahui jika ia bukanlah anak kandung.

Ia pun diberi tahu oleh ibu angkatnya cerita sesungguhnya.

Ibu angkat Zhang Huaiyuan khawatir jika ia tidak akan punya keluarga lagi jika ibunya juga meninggal, dikutip dari The Sun, Kamis (27/6/2024).

Setelah berpisah selama puluhan tahun, Zhang Huaiyuan akhirnya bertemu orang tua kandungnya pada Mei 2024 dengan bantuan polisi.

Zhang Huaiyuan bertemu dengan orang tua kandungnya setelah 33 tahun diasuh oleh keluarga miskin yang membawanya dari rumah sakit
Zhang Huaiyuan bertemu dengan orang tua kandungnya setelah 33 tahun diasuh oleh keluarga miskin yang membawanya dari rumah sakit (filipinotimes)

Sebuah perayaan besar diselenggarakan di Zhejiang pada 20 Mei 2024.

Keluarga Li Shijie dan tetangga lain menyambut kepulangan Zhang Huaiyuan.

Zhang Huaiyuan memeluk ayah kandungnya, Li Shijie, ibu, dan saudara laki-lakinya, ia berdiri sambil menangis.

Sementara ratusan orang berkumpul di sekitar mereka untuk menyaksikan reuni mengharukan tersebut.

Sebuah selempang dipasangkan ke Zhang Huaiyuan dan dia menerima dua karangan bunga.

"Saya tidak tahu bagaimana anak itu menjalani bertahun-tahun ini, apakah dia makan dengan baik, apakah dia pernah diganggu."

"Betapa beratnya bagi seorang anak tanpa orang tua," kata Li Shijie yang mengkhawatirkan keadaan sang anak.

Baca juga: Kagetnya Petugas Dinsos Lihat Pengemis Punya Rumah Tiga Lantai, Modus Ngemis Dikuak

Ayah kandung Zhang Huaiyuan tampak menangis saat memberikan putranya sebuah kartu bank dari rekening yang berisi 1,2 juta yuan atau lebih dari Rp2,7 miliar.

Uang ini berasal dari orang tua Zhang Huaiyuan yang merupakan pedagang kaya.

Pada akhir Mei 2024, keluarga Li Shijie mengunjungi rumah Zhang Huaiyuan di Tianjin, China Timur.

Mereka bertemu menantu perempuan dan cucu lelaki yang berusia sembilan tahun.

"Anak saya yang malang hidup selama lebih dari 30 tahun tanpa mengetahui hari ulang tahunnya sendiri."

"Tahun ini, keluarga kami akhirnya akan merayakannya bersama," kata Li Shijie.

Meskipun tumbuh dalam kemiskinan, Zhang Huaiyuan mewarisi bakat bisnis orang tua kandungnya.

Dia terbilang sukses karena memiliki sebuah pabrik kecil.

Publik juga memuji Zhang Huaiyuan karena membangun bisnisnya melalui kerja keras, alih-alih hanya mengandalkan kekayaan orang tua kandungnya.

Sementara itu, seorang crazy rich membuat heboh publik karena ingin wafat dalam keadaan miskin.

Lantaran ia mengungkapkan keinginannya sebelum meninggal dunia agar dalam kondisi miskin.

Sosok crazy rich tersebut bahkan rela menyumbangkan harta Rp150 triliun miliknya.

Lantas siapakah sosok crazy rich tersebut?

Dia adalah Charles Feeney atau Chuck Feeney.

Ia merupakan pendiri toko ritel internasional Duty Free Shoppers.

Diketahui, Chuck Feeney telah menghembuskan napas terakhirnya pada bulan Oktober 2023 lalu.

Chuck Feeney meninggal di usia 92 tahun di San Francisco, Amerika Serikat.

Kabar meninggalnya Chuck Feeney disampaikan langsung oleh Atlantic Philanthropies.

Atlantic Philanthropies merupakan organisasi amal yang didirikan Chuck Feeney untuk menghabiskan seluruh hartanya demi kepentingan kemanusiaan.

Di akhir masa hidupnya, Chuck Feeney tinggal bersama istrinya di sebuah apartemen sederhana di San Francisco.

Ia menikmati hari tuanya dengan menonton bisbol.

Selama hidup, Chuck Feeney dikenal tajir melintir.

Ia menghasilkan miliaran dolar dengan mengoperasikan jaringan toko global yang menjual minuman keras, parfum, perhiasan, dan barang-barang lainnya di pusat-pusat wisata.

Kendati tajir, Chuck Feeney mengaku tidak memerlukan harta berlimpah untuk menopang selera hidupnya yang sederhana.

Untuk itulah, Chuck Feeney mendirikan yayasan amal yang menyumbangkan sekitar Rp124 triliun.

Ia bahkan hanya menyimpan Rp31,6 miliar untuk menutupi masa pensiunnya.

Menjadi orang kaya, Chuck Feeney ternyata pernah berada di titik kebosanan.

Dengan hartanya, ia sudah melakukan banyak hal, melansir TribunnewsMaker.com.

Ia bahkan sudah berkeliling ke puluhan negara di dunia.

Sosok Chuck Feeney, crazy rich yang ingin meninggal dalam keadaan miskin
Sosok Chuck Feeney, crazy rich yang ingin meninggal dalam keadaan miskin (Forbes)

Chuck Feeney sudah berada di puncak kesuksesan dan telah menikmati segalanya.

Namun Chuck Feeney teringat satu kegiatan yang belum dilakukannya, yakni beramal.

"Tak ada alasan untuk menunda beramal. Kegiatan ini bisa membuat kita mendapat tujuan yang bermanfaat."

"Lebih menyenangkan beramal saat kita hidup dibanding saat meninggal," ujarnya kepada Forbes.

Karena pemikiran tersebut, ia pun mendirikan organisasi Atlantic Philanthropies pada tahun 1982.

Organisasi ini bertujuan sebagai wadah pendistribusian kekayaannya untuk tujuan positif di berbagai proyek internasional yang didukungnya.

Sektor utama gerak organisasi tersebut adalah kesehatan, pendidikan, rekonsiliasi, dan hak asasi manusia.

Baca juga: Nasib Aktor Tinggalkan Indonesia, Kini Banting Setir Jadi Tukang Besi, Gaji Sebulan Bisa Rp 100 Juta

Menariknya, Chuck Feeney beramal secara diam-diam.

Selama 15 tahun pertama, yayasan tersebut bergerak secara senyap.

Tak banyak yang mengetahui bahwa ada yayasan bernama Atlantic Philanthropies yang didanai oleh Chuck Feeney.

Namun akhirnya identitasnya terungkap pada tahun 1997 silam.

Dunia gempar saat tahu yayasan misterius yang mendanai aksi kemanusiaan di Vietnam dan beberapa negara Afrika adalah milik Chuck Feeney.

Pengusaha asal Amerika tersebut sudah menyumbangkan hampir Rp134 triliun ke seluruh dunia.

Ia juga memberikan Rp8,5 triliun ke Irlandia Utara selama empat dekade.

Sejak abad ke-21, dia secara resmi mengeluarkan kampanye Giving While Living.

Dalam laman resminya, kampanye tersebut mendorong orang-orang kaya untuk berdonasi ketika masih hidup.

Forbes menyebut, ia sudah beramal di banyak sektor seperti pendidikan, bidang HAM, kesehatan, serta perubahan sosial.

Chuck Feeney tercatat sudah mengeluarkan uang lebih dari Rp150 triliun dalam beramal.

Besarnya pengeluaran tersebut membuat dirinya menyatakan sudah jatuh miskin pada akhir tahun 2020.

Namun hal itu membuatnya senang dan puas.

Kini semangat Chuck Feeney menginspirasi banyak orang kaya di seluruh dunia.

Mereka menyumbangkan sebagian hartanya selama masih hidup, begitu juga dengan Bill Gates dan Mark Zuckerberg.

Chuck Fenney
Chuck Fenney (via TribunnewsMaker.com)
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved