Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Ponorogo

Dulu Disebut Kampung Idiot, Kini Desa Karangpatihan Ponorogo Mendunia Lewat Batik Ciprat Disabilitas

Kampung “Idiot” merupakan sebutan Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo puluhan tahun silam.

TribunJatim.com/Pramita Kusumaningrum
Kampung “Idiot” merupakan sebutan Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo puluhan tahun silam. 

Laporan Wartawan Tribunjatim.com, Pramita Kusumaningrum

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Kampung “Idiot” merupakan sebutan Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo puluhan tahun silam.

Kampung “idiot” disematkan lantaran saat itu ada ratusan warga berkebutuhan khusus yang tinggal serba seadanya di Desa Karangpatihan. 

Tahun 2008, Desa Karangpatihan juga sempat menjadi sorotan.

Namun, kondisi puluhan tahun lalu demgan saat ini di Desa Karangpatihan berbeda.

Mereka yang berkebutuhan khusus lebih berdaya.

Baca juga: Tetangga Ungkap Cerita di Balik Duta Sheila On 7 Manggung Acara HUT ke-79 RI di Kampung: Spesial

Bahkan nama Desa Karangpatihan tidak lagi dikenal dengan nama Kampung “Idiot”

Saat ini, Desa Karangpatihan juga kenduni melalui batik ciprat yang diciptakan oleh disabiltas yang tinggal 98 orang ini.

Bagaimana ceritanya?

Matahari masih malu-malu untuk muncul, namun para disabiltas dengan kondisi ringan sampai sedang sudah berkumpul di Rumah Harapan Mulya.

Mereka tidak sekedar berkumpul, namun juga membentangkan kain berwarna putih. Beberapa ada yang mencairkan “malam” untuk membatik.

Baca juga: Meski Disabilitas, Aliman Betah 10 Tahun Tinggali Gubuk di Perkebunan, Cara Bertahan Hidup Terkuak

Juga ada yang menyiapkan tinta. Tak lama, mereka membatik dengan cara diciprat-ciprat.

Pembuatan oleh belasan warga berkebutuhan khusus ini dilaksanakan dengan ceria.

“Ya setelah diciprat diwarnai sesuai keinginan. Semua dilakukan dengan riang dan gembira,” ungkap pendamping di Rumah Harapan Mulya, Sarmuji, Senin (19/8/2024).

Setelah diwarnai lalu dikeringkan dan diwater gloss. Diwater gloss fungsinya untuk perwana tidak luntur ketika terkena air. Kemudian dikeringkan kembali. Dicuci dan direbus lalu dikeringkan kembali.

Baca juga: Demi Makan Sate Gule Kambing, Pria Ponorogo Curi Ban dan Velg Mobil Tetangga, Dijual Laku Rp100 Ribu

“Prosesnya satu hari cukup. Dan semua dilakukan oleh para disabilitas. Saya hanya mendampingi saja,” kata Sarmuji kepada Tribunjatim.com.

Dia menjelaskan semua murni dikerjakan oleh warga disabilitas kategori ringan sampai sedang. Di Desa Karangpatihan sendiri saat ini ada 98 disabilitas.

“Hanya memang beberapa yang ringan sampai sedang. Juga pendamping dari berbagai lapisan masyarakat. Anak-anak muda menjadi volunter,” tegasnya.

Volunter ini tugasnya adalah pemasaran. Dipasarkan melalui media sosial adalah tugas volunter.

“Pasarannya menyebar lumayan jalan lah. Sampai ke luar negeri juga. Ke Inggris juga. Jadi sekarang karangpatihan juga kendunia melalui batik cipratnya,” paparnya.

Baca juga: 4 TPS Khusus saat Pilkada Ponorogo 2024, Ada dari Ponpes hingga Rutan, Beriku Perinciannya

Sekelumit sejarah Desa Karangpatihan

Kondisi Desa Karangpatihansaat ini mengalami banyak perubahan. Selain berkumpul di rumah harapan mulya, mereka huga berdaya.

Mereka juga sibuk beraktivitas layaknya orang normal dengan memberikan makan kambing piaraan. Ada pula, yang membuat keset. 

Beberapa beternak ayam, ditukat dengan gula, cabai, dan garam.

“Saya dulu mengaku dari Desa Karangpatihan saja enggak percaya diri waktu itu," kata Kepala Desa Karangpatihan, Eko Mulyadi 

Dia kemudian membantu para tunagrahita dengan cara sederhana. Eko paham betul bahwa jika tidak dibantu tentu, Desa Karangpatihan tetap dikenal dengan nama Kampung Idiot.

Baca juga: Tak Hadir di IKN, SBY Pilih Upacara Kemerdekaan di Kampung Halaman Pacitan

Eko juga sempat mendemo pemerintah setempat untuk memperjuangkan nasib para penyandang tunagrahita. Karena gencarnya demo, Eko menyebutkan bahwa 2008 kampun idiot masuk ke media. 

Tidak hanya media di Indonesia saja. Tetapi juga berbagai media internasional.  “Sampai 2010 efeknya luar biasa. Namun warga menjadi ketergantungan,” kisahnya,

Yang ebih menyayat hati, karena ketergantungannya, ketika ada mobil masuk ke Desa Karangpatihan selalu dikejar. Para warga tunagrahita menganggap mobil tersebut membawa bantuan. 

Hingga berdiri Karpat Bangkit. Disana masih cara sederhana. Pemuda membeku palu untuk para tunagrahita agar mencari batu sungai. 

Batu-batu yang telah dipecahkan oleh para tunagrahita tersebut kemudian jual dan uang hasilnya diberikan kepada tunagrahita. Ternyata caranya tersebut ampuh

"Dari situ bisa mulai mandiri, hingga Bank Indonesia memberikan bantuan dana CSR yang kemudian digunakan untuk para tunagrahita ternak lele," tegasnya

Eko semakin bisa membantu ketika menjadi Kepala Desa Karangpatihan 2013. Saat terpilih, Eko menciptakan penghasilan harian, bulanan, maupun tahunan. Untuk penghasilan harian, perangkat desa mengajari tunagrahita membuat keset. 

Sementara untuk penghasilan bulanan, desa memberikan ayam kampung untuk dipelihara. Telur ditukar ke toko, dengan ganti garam, gula, cabai, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk penghasilan tahunan, desa memberikan kambing agar dipelihara. 

Eko mengaku, kondisi saat ini sangat bagus. 

Itu terbanding terbalik pada 2002 sampai 2010, masih makan nasi sisa yang dikeringkan atau aking.

Rumah para tuna grahita pun sudah jauh lebih layak. Mereka juga menikah, karena sempat ada larangan pernikahan. Eko justru menikahannya. 

"Ada 8 pasangan, anaknya normal. Makanya ada rumah mereka yang dibangun sendiri karena anaknya ada yang merantau ke luar negeri. Juga dibantu pemerintah,”  tegasnya. 

Menurutnya, disabilitas bukan penyakit. Mereka diciptakan Tuhan dengan spesial dan berkurang karena sudah tua.

“Kami mencegahnya agar tidak ada lagi melahirkan dengan disabilitas. Mereka yang dinikahkan sesama disabilitas dipenuhi gizinya. Sehingga sekarang tinggal 98,” bebernya.

Lalu ada berbagai program yang diterapkan. Bukan hanya menyentuh disabilitas gapi secara keseluruhan.

Ada pendidikan, dimana programnya diberi nama Karpat Smart. Dibidang kesehatan, ada namanya Sarirasa (Santunan Rawat Inap Rakyat Desa).

“Untuk Sarinasa itu, warga miskin masuk rumah sakit biaya memang ditanggung oelh BPJS. Namun, Pemerintah Deaa mensuport dengan membiayai yang menunggu,” tegasnya.

Untuk pendidikan, Eko memilih kerjasama dengan pihak ketiga. Sehingga tidak meluku menyerap APBDes.

“Yang pasti semua yang sekolah SD di Desa Karangpatihan mendapatkan tas dan peralatan sekolah. Juga ketika lulus,” tambah Eko.

Eko kemudian mengutip bait di lagu Indonesia Raya. Bangunlah Jiwanya Bangunlah Badanya. 

“Bukan bangunjalan jembatan. Pendidikan penting. Kemiskinan tidak selesai jika tidak menbangun SDM (Sumber Daya Manusia). Saya fasilitasi mendapatkan pendidikan layak,” urainya.

Eko berpendapat, jika pendidikan layak tentu tingkat kehidupannya juga berbeda “Pendidikan tidak menjanjikan kaya. Minimal pendidikan mencegah kemiskinan,” pungkasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved