Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Viral Lokal

Penjelasan Ibu Siswa SD yang Viral Dipaksa Ayah Tiri Jadi Pemulung, Bantah Suami Eksploitasi Anak

Ibu siswa SD viral dipaksa ayah tiri jadi pemulung buka suara. Bocah tersebut bernama Yazid Al-Bustomy.

Kolase KOMPAS.com
Khusnul Khotimah (29) bersama putranya, Yazid Al-Bustomy saat diwawancarai, Jumat (30/8/2024). 

TRIBUNJATIM.COM - Ibu siswa SD viral dipaksa ayah tiri jadi pemulung buka suara.

Bocah tersebut bernama Yazid Al-Bustomy, tinggal di Desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.

Namun belakangan, kisah duka Bustomy yang justru terkuak.

Bahkan hingga Pemerintah melakukan langkah intervensi. 

Kisah dugaan eksploitasi terhadap Bustomy oleh ayah tirinya bermula dari perpisahan kedua orangtua kandung Bustomy beberapa tahun silam.

Setelah itu, Bustomy bersama ibu serta ayah tirinya tinggal di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, karena memang mereka adalah warga Lamongan.

Baca juga: Nasib Siswa SD Viral Dipaksa Ayah Tiri Jadi Pemulung, Kini Dibantu Pemerintah, Ortu Dapat Peringatan

Pada 2018, ibu Bustomy, Khusnul Khotimah (29) menikah dengan Moh. Soleh (40) yang merupakan warga Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.

Setelah menikah, mereka sempat tinggal di Kabupaten Lamongan, sebelum pada akhir 2021, mereka memutuskan untuk pindah ke Kabupaten Bangkalan, tepatnya di Kecamatan Labang.

Pada saat itulah penderitaan Bustomy dimulai.

Bustomy menderita penyakit di saluran pencernaannya, sehingga harus dioperasi.

Mendengar kondisi itu, Pemerintah Bangkalan saat itu berinisiatif untuk membantu Bustomy dengan menanggung biaya operasinya.

Meski Bustomy dan keluarganya masih tercatat sebagai warga Lamongan.

Operasi yang dilakukan di RS Dr Soetomo Surabaya itu pun sukses, sehingga Bustomy bisa sembuh dan bisa beraktivitas seperti semula.

Tak sampai di situ, Pemerintah Bangkalan terus mengintervensi kelangsungan hidup Bustomy dan keluarganya, termasuk pendidikan Bustomy.

Bustomy kemudian menempuh pendidikan di salah satu sekolah dasar (SD) di Kecamatan Labang.

Awalnya, semua berjalan lancar.

Pj Bupati Bangkalan Arief M Edie bersama staf dari Kesekretariatan Presiden mengunjungi kediaman Yazid Al-Bustomy di Desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, untuk memberikan sejumlah bantuan, Kamis (29/8/2024).
Pj Bupati Bangkalan Arief M Edie bersama staf dari Kesekretariatan Presiden mengunjungi kediaman Yazid Al-Bustomy di Desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, untuk memberikan sejumlah bantuan, Kamis (29/8/2024). (KOMPAS.com/GHINAN SALMAN)

Dalam kesehariannya, Bustomy menempuh pendidikan seperti anak-anak lain seusianya.

Sementara ibunya menjadi pedagang es untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Sedangkan ayah angkatnya bekerja serabutan.

Namun seiring berjalannya waktu, perjalanan hidup Bustomy berubah.

Hal itu dikarenakan Bustomy diduga dipaksa oleh ayah tirinya untuk berpura-pura menjadi pemulung demi menarik simpati dan iba dari masyarakat sekitar, sehingga memberikan uang.

Eksploitasi terhadap Bustomy ini diduga sudah terjadi sejak Bustomy berusia delapan tahun atau sudah terjadi sejak 2023 lalu.

Sampai beberapa minggu belakangan, momen Bustomy sedang menggendong karung dengan pakaian lusuh diabadikan konten kreator, diunggah dan lalu viral di media sosial Instagram.

Ibu dari Bustomy, Khusnul Khotimah mengaku tidak tahu anaknya viral di media sosial karena mengaku jarang melihat handphone dan membuka media soaial.

Dia justru seolah senang anaknya viral di media sosial dengan keadaan seperti itu.

Menurut dia, dengan begitu anaknya tidak dipandang sebelah mata oleh orang-orang.

Khusnul Khotimah (29) bersama putranya, Yazid Al-Bustomy saat diwawancarai, Jumat (30/8/2024).
Khusnul Khotimah (29) bersama putranya, Yazid Al-Bustomy saat diwawancarai, Jumat (30/8/2024). (KOMPAS.com/GHINAN SALMAN)

"Kata orang-orang viral, biar semuanya tahu, bukan memandang Tomy (panggilan Bustomy) sebelah mata."

"Semuanya gak mau temenan sama Tomy, tapi saya bilang ke Tomy, gapapa nak, sekarang gak ada yang peduli sama kamu, nanti besarnya kamu jadi orang yang sukses," kata dia saat diwawancarai, Jumat (30/8/2024), dikutip dari Kompas.com.

Ia mengaku sudah melarang anaknya untuk keluar, karena setiap hendak mengais barang bekas di jalanan, Tomy selalu pamit kepadanya.

Menurut dia, meski dilarang Tomy tetap melakukan aktivitasnya memulung barang bekas.

Sehingga, dirinya hanya bisa mendoakan agar anak sulungnya itu bisa mendatapkan rezeki.

"Kalau siang saya suruh tidur atau nonton TV atau main HP, tapi pas saya ngeloni adiknya dia berangkat, sehingga kadang ditanyain sama bapaknya kalau pulang kerja. Bapaknya kan kerja," kata dia.

Cerita tentang dugaan eksploitasi Bustomy ini dibenarkan Komandan Koramil Labang Kapten Inf Parnowo, di mana rumah orangtua Bustomy terletak di belakang markas Koramil Labang.

Menurut Parnowo, eksploitasi kepada Bustomy itu sudah diketahui oleh banyak warga sekitar. Sebab, setiap hari, sepulang sekolah, Bustomy langsung disuruh menjadi pemulung oleh ayah tirinya.

Namun menurut dia, Bustomy tidak benar-benar menjadi pemulung, sebab karung yang biasa digendongnya tidak ada isinya.

Baca juga: Tomy Bocah SD Tak Malu Jadi Pemulung Demi Nabung dan Jajan, Keliling Tanpa Alas Kaki, Ibu Jualan Es

"Memang ketakutan anak itu sama orangtuanya. Sedangkan karung yang dibawa itu enggak ada isinya, jadi settingan saja itu supaya dapat iba gitu dari masyarakat, sehingga memberikan uang kepada anak ini," ujar dia.

Dia juga mengatakan, Pemkab Bangkalan meminta agar Bustomy tidak lagi disuruh menjadi pemulung agar fokus ke pendidikannya.

Namun ayah tiri Bustomy saat itu sempat menolak dengan alasan agar anaknya itu tetap membantu mencari penghasilan untuk kedua orangtuanya.

"Mau disekolahkan bahkan sampai kuliah, tapi dengan syarat saya diberi uang Rp 200.000 setiap hari karena untuk beli rokok kebutuhan saya," kata dia menirukan perkataan ayah tiri Bustomy.

Pj Bupati Bangkalan Arief M. Edie menegaskan, kondisi kedua orangtua Bustomy masih dalam keadaan sehat. Rumahnya juga permanen, sehingga tidak ada alasan untuk tetap menyuruh anaknya menjadi pemulung.

"Makanya kami minta untuk tidak lagi mulung karena tidak pada tempatnya anak kecil itu bekerja memulung, mereka harus sekolah," kata dia.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved