Berita Viral
Tak Punya Rumah 2 Lantai, Ayun Sekeluarga Tidur di Kandang Ayam Tiap Banjir Datang: Anggap Musibah
Ayun tinggal di kandang ayam beserta suami dan cucunya tiap banjir datang. Rumah Ayun tak memiliki dua lantai.
Penulis: Arie Noer Rachmawati | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Ayun, warga Kampung Cijagra, Desa Bojongsoang, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengungsi di kandang ayam tiap banjir datang.
Ini dilakukan lantaran ia tak memiliki rumah dengan dua lantai.
Rumah Ayun berada di bawah tanggul Sungai Citarum.
Jika sungai meluap, ketinggian air tak bisa diprediksi, mulai dari 60 centimeter hingga setinggi dada orang dewasa.
Untuk itu, Ayun bersiasat dengan menyiapkan 'golodog', sebuah papan kayu berukuran tebal yang ditempel di dinding untuk menyimpan barang.
Golodog juga digunakan Ayun untuk tempat tidur di malam hari.
Baca juga: Dulu Lahir di Bekas Kandang dan Hidup Susah, Pria ini Kini Jadi Konglomerat, Kekayaannya Rp 32,4 T
Jarak rumah Ayun dengan tanggul Sungai Cikapundung yang juga anak Sungai Citarum hanya beberapa meter saja.
Ia menyebut seperti memelihara bom waktu, manakala tanggul sudah tak kuat, maka air akan tumpah.
Nahasnya, lantaran Ayun tak memiliki lantai dua untuk berlindung, ketika malam ia memilih tidur di sebuah saung di kandang ayam milik putranya.
Golodog digunakannya untuk mengamankan barang berharga.
Saung tersebut berada beberapa meter dari tanggul sungai.
Sang anak sengaja membangun kandang ayam dengan saung di dalamnya.
Awalnya saung itu diperuntukkan ketika ingin melihat istirahat.
Belakangan, dua hari setelah Kabupaten Bandung diguyur hujan sejak Selasa dan Rabu, Ayun kembali memanfaatkan saung itu untuk tempat tidur di malam hari.

"Saya ngungsi di saung, karena golodog di pake barang. Sama kandang ayam. Enggak apa-apa yang penting bisa istirahat aja," ujarnya, ditemui di lokasi, Kamis (12/9/2024), dikutip dari Kompas.com.
Ayun tidur di saung tersebut beserta suami dan cucunya.
Jika malam hari dalam kondisi hujan, dan saung penuh, sebagian dari mereka meminta bantuan tentangga untuk sekadar bermalam.
Rasa malu, sudah tak berlaku untuknya.
Warga yang lain juga ikut merasakan bagaimana penderitaan hidup berdampingan dengan banjir selama puluhan tahun.
"Iya gimana daripada tidur di (tempat) banjir, sekarang mah enggak ada pengungsian kayak dulu," kata dia.
Tidur di saung bersama ayam, atau tidur di tetangga merupakan dua pilihan sulit.
Namun ia mesti berdamai dengan kondisi tersebut.
"Ya kalau banjir ke sini, kalau rumah kebanjiran. Kalau enggak kebanjiran mah biar di rumah. Ya sekarang harus ke mana," ungkap dia.
Dulu, ketika banjir datang warga Kampung Cijagra yang tak memiliki rumah lantai dua dipersilahkan untuk mengungsi di sebuah garasi milik dermawan bernama Joko.
Baca juga: Dibangun Rp33 Miliar, Gerbang Kendari Kini Jadi Kandang Ayam, Pemprov Bongkar Alasan Bangunan Kopong
Warga, sambung Ayun, dipersilahkan Joko untuk menggunakan fasilitas kamar mandi dan air bersih untuk bertahan hidup sampai banjir surut.
"Kalau dulu pengungsian ke Pak Joko, di sana di jalan, cuman baiknya Pak Joko dulu warga boleh pakai WC dan lainnya, listrik juga, itu kadamg lama 20 hari lebih," kata dia.
Ayun mengatakan, hampir semua warga di RW 10 Kampung Cijagra terdampak banjir luapan Sungai Cikapundung.
Meski tetap bertahan dengan segala kondisi, hingga hari ini pemerintah belum memberikan bantuan bagi warga yang terdampak.
"Ya kalau disebut butuh tempat mengungsi ya butuh, tapi sekarang belum ada," katanya.
Ayun yang sejak lahir sudah berada di Kampung Cijagra mengatakan, sejak kecil kampungnya merupakan langganan banjir.
Bahkan ia merasakan betul bagaimana perubahan banjir dari tahun ke tahun.
"Ibu mah asli orang sini, si bapak orang sini, kakek nenek buyut ibu asli, orang sini. Iya dari kecil saya tahu gimana kondisi banjir," ungkap dia.
Sebelum adanya perhatian dari Balai Besar Wilyah Sungai (BBWS) Citarum, warga mesti menunggu waktu yang cukup lama untuk menunggu air surut.
Kini warga diberi pompa penyedot air dari BBWS.

Serta pemerintah pusat sudah membangun beberapa folder air yang mengakibatkan banjir luapan sungai Citarum tak separah belasan tahun lalu.
"Dulu sebelum ada pompa, sampai 21 hari ibu ngungsi di pinggir jalan, banjirnya besar lama. Tapi sekarang alhamdulillah udah ada pompa dari BBWS. Tapi ya kaya gitu semampunya kita para warga memaksimalkan bantuan itu," beber dia.
Hujan yang melanda Kabupaten Bandung sejak Selasa hingga Rabu pagi menyebabkan RW 10 Kampung Cijagra terendam banjir setinggi 1,5 meter.
Namun, jika hari ini tak ada hujan, kemungkinan air surut hanya dalam waktu 2 hari saja.
"Ya kadang-kadang kalau hujannya besar di rumah 1,5 meter. Tergantung hujannya, kalau enggak hujan sekarang juga surut," tutur dia.
Ia mencontohkan, hari ini, petugas BBWS sudah menyedot banjir pake pompa dari pukul 05.00 WIB.
Baca juga: Dulu Tertembak saat Bela Negara, Veteran Sudarno Kini Tinggal di Kandang Sapi, Camat-Kades Ditantang
Bila tidak hujan, air akan surut.
Dulu, jika hujan lagi, banjirnya akan semakin besar.
Karena menerima limpahan air dari Bandung dan hujan di sini.
"Iya paling 2 hari agak lumayan sekarang mah, semasa ada pompa jadi satu enggak lama, enggak terlalu besar," katanya.
Ayun dan warga Kampung Cijagra harus berdamai dengan banjir.
Caranya dengan menganggap realita ketika musim penghujan datang sebagai musibah.
"Keinginan ibu mah ga banjir, keinginan. Tapi sekarang akhirnya kita anggap ini musibah aja, karena bukan hanya di Bojongsoang aja, kan sekarang mah kalau hujan ke mana-mana kan banjir ya keinginan enggak banjir, tapi udah gimana anggap musibah saja," pungkasnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com
Bandung
banjir
kandang ayam
Kampung Cijagra
Tribun Jatim
TribunJatim.com
jatim.tribunnews.com
berita viral
Kondisi Bayi Zafa usai Yusuf Kolong Jembatan Ditangkap Polisi karena Curi Motor Kerabat |
![]() |
---|
Ingat Aipda Robig? Polisi yang Tembak Pelajar itu Masih Anggota Aktif dan Terima Gaji |
![]() |
---|
Kekayaan Kepala PPATK yang Meroket Ketika Rekening Rakyat Ramai Diblokir, Naik 2 Kali Lipat |
![]() |
---|
Sial Penjual Rujak Niatnya Nazar Siswa Malah Muntah-muntah, Kepsek Tak Tega Lihat Istrinya |
![]() |
---|
Sosok Firman Soebagyo yang Sebut Pengibaran Bendera One Piece adalah Makar: Harus Ditindak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.