Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

35 Tahun Jualan Koran, Djajam Mampu Sekolahkan Anaknya sampai Jadi TNI, Kini Punya 8 Anak Buah

Sejak sang istri meninggal dunia, Djajam kini berjuang untuk menafkahi dirinya sendiri.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
Wartakotalive.com/Nuri Yatul Hikmah
Djajam (73) sosok penjual koran di kawasan Kota Tua, Tamansari, Jakarta Barat 

TRIBUNJATIM.COM - 35 tahun masih setia menjajakan surat kabar untuk masyarakat di Indonesia, kisah Djajam (73) menarik perhatian.

Lantaran dari pekerjaannya jualan koran, Djajam juga mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ke berbagai tingkatan.

Bahkan salah satu anak Djajam ada yang saat ini berprofesi sebagai tentara.

Baca juga: Awal Kisah Cinta Mbah Agus Nikahi Gadis Muda 26 Tahun, Direstui Ayah Mertua Meski Lebih Tua 33 Tahun

Djajam menyebut jika dari koran lah berbagai kenangan baik didapatkannya.

Pasalnya selain bisa untuk menafkahi anak dan istri yang sudah meninggal dunia tifa tahun lalu, Djajam juga mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ke berbagai tingkatan.

Namun diakui Djajam, pembaca koran sudah tak seramai dahulu. 

"Dulu kan yang belinya banyak, bisa buat nyekolahin anak," ungkap Djajam saat ditemui di kawasan Kota Tua, Tamansari, Jakarta Barat, Sabtu (28/9/2024) lalu.

"Alhamdulillah untuk anak saya sudah pada kerja semua. Cuma ada 1, dia tentara," imbuh dia.

Menurutnya, masa perjuangannya menyekolahkan tiga anaknya tersebut adalah saat dirinya menjadi loper koran.

Kala itu, ia menjajakan surat kabar dari satu rumah ke rumah lainnya.

Djajam (73), penjual koran di kawasan Kota Tua, Tamansari, Jakarta Barat saat ditemui Warta Kota, Sabtu (28/9/2024).
Djajam (73), penjual koran di kawasan Kota Tua, Tamansari, Jakarta Barat saat ditemui Warta Kota, Sabtu (28/9/2024). (Wartakotalive.com/Nuri Yatul Hikmah)

Saat ini, taktala usianya memasuki senja, Djajam memilih melibatkan anak buahnya untuk menjadi loper koran.

"Saya ada anak buah delapan orang, kalau enggak gitu saya mungkin enggak dagang kali, kalau anak buah enggak ada, langganan enggak ada," jelas Djajam.

Ya, Djajam mengaku ia tak bisa sendirian untuk menjual surat kabar.

Pasalnya saat ini, peminat koran sudah tidak sebanyak dulu.

Bahkan, lanjut Djajam, beberapa perusahaan media telah tutup dan tak lagi memproduksi koran.

"Mungkin udah banyak saingannya, karena online juga. Sekarang jenisnya jadi tinggal sedikit," tutur Djajam.

"Zaman dulu tahu sendiri ada di lampu merah, di terminal-terminal banyak, sekarang mah jarang," lanjutnya.

Kini ia mengaku berjualan koran hanya untuk kehidupannya sehari-hari.

Pasalnya sejak sang istri meninggal dunia, Djajam berjuang untuk menafkahi dirinya sendiri.

Sembari sesekali, ia memberi uang jajan untuk cucu-cucunya tatkala sedang mendapat rezeki lebih.

"Ya buat nafkahin diri sendiri, buat jajan cucu aja," katanya sedikit terkekeh.

Baca juga: Meski Usianya 80, Abah Yudin Masih Kuat Jualan Keripik Gendar Sehari Dapat Rp75 Ribu, Pengin Pensiun

Lebih lanjut, Djajam bercerita bahwa tak semua koran yang distoknya di hari tersebut habis terjual.

Menurutnya, setiap hari ada saja koran yang tak laku terjual.

Sehingga harus ia kumpulkan dan putar otak agar barang tersebut tetap bisa menjadi uang.

Alhasil, Djajam banyak menjual murah untuk berbagai koran yang sudah lewat edisi. 

Biasanya, ia melepas koran-koran tersebut kepada orang-orang yang memerlukannya untuk mengecat atau alas pakaian.

"Kalau sekarang saya enggak kiloin kalau enggak laku. Tali, yang lama-lama udah lewat bulannya, saya jual murah," kata Djajam.

"Saya jual Rp2.000 untuk koran Kompas dan Rp1.000 untuk Warta Kota dan Pos Kota," imbuhnya.

Sementara untuk majalah, Djajam menyebut jika jumlah peminatnya sekarang sangatlah sedikit.

Oleh karena itu, ia jarang menyetok majalah untuk dipasarkan kepada publik.

Beberapa koleksi majalahnya saja nampak sudah usang dan merupakan edisi lama.

"Karena mikir lah orang beli, daripada keluar Rp50 ribu (buat majalah)."

"Mending koran kan Rp5.000 bisa dapat 10 tiap hari-hari beli," ucap Djajam.

"Dulu pas masih murah majalah Tempo Rp15.000, Rp20.000, masih banyak yang beli, sekarang enggak," pungkasnya.

Mbah Djajam berjualan koran, akui punya kenangan manis selama menjadi loper koran
Mbah Djajam berjualan koran, akui punya kenangan manis selama menjadi loper koran (Warta Kota)
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved