Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Nasib Santri Digunduli Istri Pimpinan Ponpes, Teriak Kepanasan Disiram Air Cabai, Pelaku Ditangkap

Tak hanya disiram air cabai sampai kepanasan, santri tersebut juga digunduli istri pimpinan ponpes.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
Instagram
Santri digunduli dan kesakitan disiram air cabai oleh istri pimpinan ponpes 

TRIBUNJATIM.COM - Video seorang santri di Aceh Barat merintih kesakitan lantaran disiram air cabai viral di media sosial.

Tak hanya disiram air cabai sampai kepanasan, santri tersebut juga digunduli wanita yang ternyata istri pimpinan ponpes.

Kini pelaku telah ditangkap polisi.

Adapun wanita pelaku yang tega menyirami santri pakai air cabai sampai menjerit kepanasan ternyata istri pimpinan pondok pesantren (ponpes) di Aceh Barat.

Sosok istri pimpinan pondok pesantren (ponpes) di Aceh Barat tersebut berinisial NN (40).

NN merupakan istri dari pimpinan pesantren.

Atas kejahatannya, NN mengakibatkan korban merasakan sakit yang parah, termasuk rasa panas di bagian tubuhnya.

Alasan NN melakukan kekerasan kepada santri tersebut karena korban melakukan kesalahan.

Ksus ini terkuak setelah videonya viral beredar di media sosial.

Terlihat video menunjukkan kondisi santri yang menangis kesakitan saat dibersihkan oleh keluarganya menggunakan sabun mandi.

Dalam video tersebut, korban terlihat berusaha meredakan rasa perih dengan meloncat ke dalam bak mandi.

Kini Polres Aceh Barat memeriksa wanita berinisial NN, istri pimpinan salah satu dayah di Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat.

Wanita ini diperiksa sebagai terlapor atas dugaan menyiram air cabai terhadap seorang santri berusia 13 tahun di dayah tersebut pada Senin (30/9/2024).

Terlapor melakukan hal ini sebagai hukuman karena santri ini ketahuan merokok.

Baca juga: Santri Tewas Dilempar Ustaz Pakai Kayu Berpaku, Nasib Pelaku Tak Dilaporkan? Nenek Korban Ikhlas

Kasus yang videonya tersebut sudah viral akhirnya dilaporkan pihak keluarga korban ke Polres Aceh Barat, Selasa (1/10/2024) malam.

Kapolres Aceh Barat, AKBP Andi Kirana, melalui Kasat Reskrim, Iptu Fachmi Suciandy, menyampaikan hal ini kepada Serambinews.com, Rabu (2/10/2024).

Menurutnya, pelaku diperiksa setelah pihak keluarga korban melapor kasus ini ke Polres Aceh Barat, Selasa (1/10/2024) malam.

"Saat ini pelaku sedang kita mintai keterangan lebih lanjut terkait dugaan penyiraman air cabai ke salah satu santrinya," ujar Iptu Fachmi Suciandy.

Pemanggilan terhadap NN (40) dilakukan sesuai dengan Laporan Polisi Nomor: LP/B/123/X/2024/SPKT/POLRES ACEH BARAT/Polda Aceh, yang berkaitan dengan dugaan tindak pidana kekerasan terhadap anak.

"Petugas kami dari unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) tengah mendalami kasus ini,” tambah Iptu Fachmi Suciandy.

Istri pimpinan ponpes di Aceh yang siram santri pakai air cabai ditangkap, korban menjerit kepanasan
Istri pimpinan ponpes di Aceh yang siram santri pakai air cabai ditangkap, korban menjerit kepanasan (Instagram)

Proses kasus ini masih berjalan dan pihak kepolisian berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus yang viral di media sosial maupun media online di Aceh Barat tersebut. 

Jika terbukti bersalah, NN akan terancam dikenakan Pasal Kekerasan terhadap Anak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76.c jo Pasal 80 ayat (1) UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Hingga saat ini, NN masih menjalani pemeriksaan di Mapolres Aceh Barat untuk mendalami lebih lanjut terkait dugaan penyiraman air cabai tersebut.

Pihak kepolisian berkomitmen untuk menindaklanjuti kasus ini agar dapat memberikan keadilan bagi korban.

Mereka juga mengingatkan bahwa tindakan kekerasan dalam bentuk apapun tidak dapat dibenarkan dan harus ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku.

Dalam laporan keluarga santri, korban mengalami penyiksaan yang berupa penyiraman air cabai dan pencukuran rambut.

Penyiksaan ini sebagai bentuk hukuman setelah ketahuan merokok di lembaga pendidikan tersebut.

Terkini, korban harus dijemput oleh keluarganya dan dirawat oleh neneknya setelah mengalami kesakitan akibat insiden tersebut.

Santri di Aceh disiram air cabai oleh istri pimpinan ponpes.
Santri di Aceh disiram air cabai oleh istri pimpinan ponpes (Instagram)

Kekerasan di lingkungan pondok pesantren juga terjadi di ponpes Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.

Bahkan santri inisial MKA (13) meninggal dunia setelah dilempar kayu berpaku oleh ustaz atau guru ngajinya.

Kayu yang berpaku tersebut menancap kepala santri hingga tewas meski sempat dirawat dua hari di RSUD Kabupaten Kediri (RSKK).

Ketika dirawat di RSKK, kondisi korban koma dan masih kritis.

"Korban meninggal di RSKK pada Selasa (17/9/2024) sekitar pukul 08.00 WIB," kata paman korban, Iqwal Rikky Susanto (29), Jumat (27/9/2024).

Iqwal mengatakan, peristiwa yang dialami keponakannya terjadi pada Minggu (15/9/2024), sekitar pukul 06.00 WIB.

Keluarga mendapat kabar dari pihak pondok sekitar pukul 07.00 WIB.

Saat itu, pengurus pondok sudah membawa korban ke RSUD Srengat Kabupaten Blitar.

"Neneknya ditelepon pihak pondok. Waktu itu, neneknya masih siap-siap mau sambangan (ke pondok)" ujarnya.

"Dikabari kalau korban masuk rumah sakit. Dikira sakit apa, karena korban punya riwayat sesak napas," sambung Iqwal.

"Neneknya langsung ke rumah sakit (Srengat). Saya masih kerja dan baru menyusul ke rumah sakit sekitar pukul 10.30 WIB," lanjutnya.

Ketika sampai di RSUD Srengat, Iqwal melihat kondisi korban kritis dan dirawat di ruang IGD.

Kondisi korban sempat drop dan diberi oksigen oleh rumah sakit.

"Korban kritis, dirawat di ruang IGD. Pertama hanya diinfus, lalu kondisinya ngedrop. Dikasih alat selang (oksigen) sempat stabil, habis itu kondisinya naik turun," beber Iqwal.

Baca juga: Ponpes Serahkan Proses Hukum Kasus Santri Tewas Dilempar Kayu Berpaku di Blitar ke Polisi: Dipecat

Dikatakannya, RSUD Srengat Kabupaten Blitar kemudian merujuk korban ke RSKK hari itu juga.

"Siang itu juga dirujuk ke RSKK. Antara pukul 15.00 WIB atau pukul 16.00 WIB sudah di RSKK."

"Kondisi korban masih kritis dan korban meninggal pada Selasa (17/9/2024), sekitar pukul 08.00 WIB," ujarnya.

Menurutnya, RSKK sebenarnya hendak melakukan operasi kepada korban.

Namun RSKK menunggu kondisi korban stabil untuk melakukan operasi.

"Rumah sakit belum berani melakukan operasi kalau kondisi korban masih drop. Tapi, sebelum dilakukan operasi, keponakan saya meninggal dunia," katanya.

Iqwal mengatakan, selama ini korban tinggal bersama neneknya.

Ayah dan ibu korban sudah bercerai.

Ibu korban kerja di Taiwan, sedang ayah kandungnya kerja di Malaysia.

Korban berada mulai belajar di pondok sejak kelas 3 SD sampai sekarang kelas 8 MTs.

"Sejak kelas 3 SD, keponakan saya sekolah dan mondok di sana. Sekarang keponakan saya kelas 2 MTs."

"Keponakan saya tidurnya juga di asrama pondok," tutur Iqwal.

Nenek MKA, Suparti mengatakan, setelah peristiwa yang menimpa cucunya terjadi, banyak orang memberi saran agar keluarga menuntut ke pelaku. 

"Tapi saya terima apa adanya. Karena (cucu saya) ditakdirkan begitu, saya terima apa adanya," ujar Suparti. 

Nenek korban dan paman korban menunjukkan foto korban (kanan) di layar ponsel di Blitar, Jumat (27/9/2024). 
Nenek dan paman korban menunjukkan foto korban (kanan) di layar ponsel di Blitar, Jumat (27/9/2024).  (TRIBUNJATIM.COM/SAMSUL HADI)

Kini nasib ustaz yang melempar kayu berpaku tersebut jadi sorotan.

Plt Kasi Pendidikan Madrasah (Penma) Kantor Kemenag Kabupaten Blitar, M Syaikhul Munib mengatakan, sudah berkomunikasi dengan pengurus pondok terkait kasus ini.

"Memang kejadiannya di waktu pagi hari menjelang kegiatan sambangan (orang tua di pondok). Ini kejadian tidak di madrasah, tapi di lokasi pondok," kata Munib, panggilan M Syaikul Munib, Jumat (27/9/2024). 

Menurutnya, berdasarkan penjelasan pengurus, waktu itu para santri sedang antre untuk segera melaksanakan salat dhuha di pagi hari.

"Biasa, waktu itu, anak-anak ada yang sedang bermain. Lalu, ada salah satu pengasuh yang mungkin sudah mengingatkan (para santri) berkali-kali dan mungkin tidak diindahkan, lalu melempar potongan kayu."

"Tidak menduga (potongan kayu) mengenai seorang santri," ujarnya.

Dikatakannya, di belakang kayu ada paku dan mengenai kepala salah satu santri. 

"Sebetulnya, sudah ada tindakan cepat (dari pengasuh), santri itu dibawa ke rumah sakit. Namun kondisinya mungkin sudah kritis, dua hari sempat dirawat di rumah sakit dan meninggal dunia," katanya.

"Yang jelas (kejadian) ini sebuah musibah, tidak ada unsur kesengajaan dan ini sudah kami komunikasikan dengan pihak lembaga dan pihak lembaga kooperatif siap untuk melakukan perbaikan sistem di internal mereka," lanjutnya. 

Kantor Kemenag Kabupaten Blitar, kata Munib, merasa prihatin dan ikut berbelasungkawa kepada korban. 

Selain itu, Kemenag juga menegaskan kekerasan dalam lembaga pendidikan, apapun bentuknya tidak selayaknya dilakukan.

"Kami berharap kejadian ini yang terakhir, jangan sampai terulang lagi, baik di lembaga yang sama maupun di lembaga lain. Kemenag berkomitmen untuk mendukung lembaga pendidikan yang ramah terhadap anak," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved