Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pilkada Jombang 2024

Akademisi Soroti Debat Pilkada Jombang, Pemaparan 2 Paslon Dinilai Kurang Menyentuh Isu Strategis

Akademi Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang sebut sebut pemaparan visi dan misi kedua pasang calon (Paslon) Pilkada Jombang normatif dan belum menu

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Ndaru Wijayanto
Tribunjatim.com/Anggit Pujie Widodo
Debat publik perdana pasangan calon (Paslon) Pilkada Jombang digelar di Ballroom Hotel Yusro Jombang pada Sabtu (19/10/2024) malam. 

Ia menjelaskan, jika ingin menjual sumber daya alam, menjual industrialisasi, ia mengatakan tidak ada bedanya dengan daerah lain dan tidak menunjukkan pembeda. Kedua Paslon bahkan tidak menampilkan hal tersebut.

"Kenapa hal itu harus ditampilkan? Karena nanti bentuk programnya akan mengarah ke wisata religi. Contoh seperti Arab Saudi yang dikenal di berbagai negara bukan hanya sebagai penghasil minyak dunia, namun juga karena wisata religinya. Bicara ibadah haji, itu mampu menjadi devisa yang cukup besar," ungkapnya. 

Kenapa Jombang tidak dikemas dalam bentuk peradaban Islam moderat di dunia? Menurutnya, kedua Paslon harus memiliki keberanian untuk menunjukkan wajah Jombang yang sebenarnya. 

Seharusnya isu tersebut bisa dimunculkan oleh kedua Paslon. Indikator yang paling mudah dicerna adalah Jombang yang sangat minim terjadi gesekan mengatasnamakan agama, sekalipun banyak agama, maupun ormas yang moderat atau sedikit radikal. Semua ada di Jombang. 

"Tapi kemudian tidak menjadi indikator terjadinya sebuah konflik yang sampai ke permukaan. Ini yang menjadi nilai lebih dari Jombang dan tidak pernah tersentuh oleh masing-masing Paslon," imbuhnya. 

Kritisi Problem Pendidikan di Jombang

Mukari juga mengkritisi persoalan pendidikan di Kabupaten Jombang yang dari tahun ke tahun belum tuntas. Misalnya banyak Sekolah Dasar (SD) yang kekurangan murid dan banyaknya SD yang di merger. 

"Persoalan pendidikan di Jombang ini problem dari tahun ke tahun yang belum pernah tuntas. Taruh misalnya tentang SD yang muridnya berkurang, kemudian terjadi merger, ini kan banyak hal yang menyebabkan, salah satunya bahwa selain berkurangnya penduduk. Berdirinya sekolah yang di bawah naungan swasta maupun pondok pesantren itu sangat menjamur. Itu persoalan," tukasnya melanjutkan. 

Ia menyebut, dengan banyak berdirinya sekolah di bawah naungan swasta maupun pondok, masyarakat akhirnya punya banyak pilihan dan tawaran yang diberikan kepada peserta didik baru pasti beragam. 

Baginya, kasus terserah merupakan persoalan. Karena akan membuat berkurangnya minat masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah negeri. 

"Pemaparan kedua paslon soal pendidikan saat debat beberapa waktu lalu belum menjawab akar permasalahan dari pendidikan di Kabupaten Jombang," imbuhnya. 

Singgung Tidak Ada Perguruan Tinggi di Jombang yang Bisa Jadi Ikon 

Itu baru bicara soal pendidikan di tingkat dasar, belum membahas bagaimana peran Perguruan Tinggi yang bisa menjadi ikon Kabupaten Jombang. 

"Wewenang pendidikan dasar dan menengah memang kabupaten, kalau untuk menengah ke atas memang provinsi. Belum lagi berbicara soal Perguruan Tinggi, meskipun ini bukan wewenangnya kabupaten. Jombang ini menjamur juga Perguruan Tinggi dan belum tersentuh sama sekali," katanya. 

Ia mencontohkan, bagaimana Perguruan Tinggi di Jombang bisa menjadi ikon bagi masyarakat luar untuk berkunjung ke Kota Santri. Ia mempertanyakan, apakah ada Perguruan Tinggi di Jombang saat ini yang bisa menjadi ikon dari Jombang? 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved