Debat Perdana Pilkada Malang 2024, Tiga Paslon Adu Gagasan soal Memajukan Pendidikan

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Benni Indo

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Malang menggelar debat publik Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang Tahun 2024 di Hotel Grand Mercure Malang, Sabtu (26/10/2024).

M Anton-Dimyati, Wahyu Hidayat-Ali Muthohirin, dan Heri Cahyono-Ganisa Pratiwi Rumpoko, tiga pasangan calon yang menjadi peserta Pilkada Malang 2024 hadir bersama para pendukungnya.

KPU menetapkan tema "Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan Memajukan Daerah" dalam debat pertama.

Debat publik ini menjadi ajang pertarungan ide dan gagasan dari masing-masing pasangan calon.

Debat diawali dengan pemaparan visi dan misi.

Paslon nomor urut 1, 2, dan 3 saling menunjukkan keunggulan visi dan misinya.

Para pendukung yang hadir bersorak-sorai ketika pasangan yang mereka dukung menyampaikan visi dan misi.

Seakan tak mau kalah, sorak-sorai satu pendukung dibalas oleh pendukung lainnya. Pembawa acara berulang kali mengingatkan agar para pendukung tetap tenang.

Ketua KPU Kota Malang, M Toyib mengatakan, debat publik itu telah direncanakan jauh-jauh hari. Panitia telah menyiapkan materi yang dibahas dalam debat. Materi bersumber dari panelis yang terdiri atas akademisi dan praktisi.

"Debat ini sebagai sarana pengetahuan kepada masyarakat Kota Malang untuk mengetahui calon-calon yang akan dipilih," kata Toyib, Sabtu (26/10/2024).

Pertanyaan pertama dari moderator diberikan kepada pasangan Heri Cahyono dan Ganisa Partiwi Rumpoko. Pertanyaan itu membawa isu pendidikan di Kota Malang.

Baca juga: Debat Pertama Pilkada Tulungagung Kurang Greget, KPU Akan Evaluasi Untuk Debat Kedua

"Sesuai level kewenangan pemerintah, bagaimana langkah strategis memajukan pendidikan, khususnya keberimbangan afirmasi kebijakan pendidikan antara sekolah swasta dan negeri?" kata moderator.

Calon Wali Kota Malang nomor urut 2, Heri Cahyono menjawab, ia memiliki rencana program bernama city of talent. Program tersebut merupakan bentuk keseriusan membangun sumber daya manusia (SDM).

"Memperkuat sekolah tidak sekadar sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai mesin cetak generasi. Saya belajar ke Australia, bagaimana mencetak generasi terbaik. Zonasi, memang sekolah terbaik adalah sekolah terdekat, di negara maju infrastruktur sudah baik. Di sini, infrastruktur belum baik. Satu sisi daerah kosong, daerah lainnya berlebih keberadaan sekolahnya. Kami akan beri manajemen pendidikan satu atap," ujarnya.