Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Sosok Sahat Pemilik Bus di Jepang Bertuliskan Pulang Malu Tak Pulang Rindu, Sudah 21 Tahun Merantau

Tengah viral di media sosial video bus di Jepang bertuliskan ' pulang malu tak pulang rindu '. Sosok pemilik bus itu pun terungkap.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TikTok
Sosok Sahat Pemilik Bus di Jepang Bertuliskan Pulang Malu Tak Pulang Rindu, Sudah 21 Tahun Merantau 

“Karena kalau kita orang perantauan, kalau pulang enggak menghasilkan uang banyak malu, tapi kalau enggak pulang, kita juga rindu kampung halaman,” jelas dia.

Baca juga: Jelang Libur Nataru, Polantas Ramp Check Bus Umum di Terminal Trenggalek, Tekan Angka Kecelakaan

Menurutnya, tulisan itu ada pada dua bus miliknya di Jepang dan menjadi sebuah identitas tersendiri.

Tak heran, banyak orang Indonesia di Jepang yang kerap berfoto dengan latar belakang busnya.

“Karena itu lucu juga kan, ya. Negara Jepang, tapi ada bus yang ada kata-kata Indonesia-nya. Itu satu keunikan sendiri, dan terbukti banyak orang yang foto-foto dan dibagikan ke media sosial,” terangnya.

Namun, pria yang sudah merantau ke Jepang selama 21 tahun ini mengaku bisnis penyewaan bus tak selalu berjalan mulus.

Usai membeli bus, pandemi Covid-19 justru melanda dunia. Dampanya, armada barunya itu tak terpakai karena kebijakan lockdown di Jepang.

“Pas kita habis beli bus, habis itu Covid-19, akhirnya kita off dulu dan setelah tiga tahun baru bisa dipakai,” ucap Sahat.

Saat keadaan berangsur normal usai pandemi Covid-19, ia kemudian menambah satu armada bus.

Sahat bercerita, bisnisnya berjalan lambat karena rumitnya regulasi terkait transportasi di Jepang.

Kendala yang sering dihadapinya adalah lisensi mengemudi yang berbeda antara Surat Izin Mengemudi (SIM) Indonesia dengan Jepang.

“Kalau di Indonesia kan ada SIM B2 Umum kalau bawa bus. Tapi kalau di sini berbeda, SIM dari Indonesia tidak bisa dipakai dan harus kursus dulu sebelum boleh mengemudikan bus,” ujarnya.

Karenanya, sopir bus yang bekerja di perusahaannya wajib memiliki SIM untuk kendaraan pribadi terlebih dahulu.

Setahun kemudian, para calon sopir baru bisa mengambil kursus selama satu bulan untuk mendapat lisensi mengemudi.

Kini, ia memiliki delapan sopir bus, dua di antaranya merupakan orang Jepang yang fasih berbahasa Indonesia.

“Kita semua driver-nya orang Indonesia karena tamu juga rata-rata dari Indonesia. Terkadang juga menerima dari Malaysia dan Singapura karena bahasanya yang cukup sama,” paparnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved