Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Sosok Sahat Pemilik Bus di Jepang Bertuliskan Pulang Malu Tak Pulang Rindu, Sudah 21 Tahun Merantau

Tengah viral di media sosial video bus di Jepang bertuliskan ' pulang malu tak pulang rindu '. Sosok pemilik bus itu pun terungkap.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TikTok
Sosok Sahat Pemilik Bus di Jepang Bertuliskan Pulang Malu Tak Pulang Rindu, Sudah 21 Tahun Merantau 

TRIBUNJATIM.COM - Tengah viral di media sosial video bus di Jepang bertuliskan ' Pulang Malu Tak Pulang Rindu '.

Sosok pemilik bus itu pun terungkap.

Ia pun rupanya sudah 21 tahun merantau di Jepang.

Ia menceritakan awal mula bisnisnya.

Video penampakan bus di Jepang itu diunggah oleh akun TikTok @bis*** pada Jumat (8/11/2024).

Dalam video itu, terlihat bus dengan nama “ Sahats Trans ” itu berjalanan di jalanan Jepang.

Kepada Kompas.com, Selasa (12/11/2024), pemilik PO Bus Sahats Tran, Sahat Situmorang mengaku memulai bisnisnya itu sejak 2015.

Ia melirik bisnis itu usai terinspirasi oleh kawannya orang Jepang yang memiliki usaha transportasi dan kerap menerima banyak permintaan persewaan dari Indonesia.

Kebetulan, pada satu kesempatan, Sahat diajak ke Indonesia untuk menjadi penerjemah temannya yang akan menghadiri seminar.

Dari acara itu, ia mulai berpikir untuk membuat perusahaan jasa transportasi bagi orang Indonesia yang ingin berkunjung ke Jepang.

Baca juga: Meski Jadwal Padat, Sopir Hentikan Bus Demi Temui Ibunya di Pinggir Jalan, Langsung Peluk Beri Uang

Meskipun demikian, Sahat awalnya mengaku terkendala dengan perizinan bisnis jasa transportasi yang ketat di Jepang.

“Karena izin transportasi di sini susah ya. Di Jepang yang punya lisensi resmi untuk menjalankan bus itu cuma kita,” kata Sahat, melansir dari Kompas.com.

Pada 2015, Sahat memulai usaha PO Sahat’s Trans dengan mobil-mobil kecil.

Usaha penyewaannya pun semakin laris dan berkembang hingga ia berhasil membeli armada bus empat tahun kemudian.

Soal tulisan "pulang malu tak pulang rindu" pada busnya, Sahat menganggap kata-kata tersebut cocok dengan suasana hati para perantau di Jepang.

“Karena kalau kita orang perantauan, kalau pulang enggak menghasilkan uang banyak malu, tapi kalau enggak pulang, kita juga rindu kampung halaman,” jelas dia.

Baca juga: Jelang Libur Nataru, Polantas Ramp Check Bus Umum di Terminal Trenggalek, Tekan Angka Kecelakaan

Menurutnya, tulisan itu ada pada dua bus miliknya di Jepang dan menjadi sebuah identitas tersendiri.

Tak heran, banyak orang Indonesia di Jepang yang kerap berfoto dengan latar belakang busnya.

“Karena itu lucu juga kan, ya. Negara Jepang, tapi ada bus yang ada kata-kata Indonesia-nya. Itu satu keunikan sendiri, dan terbukti banyak orang yang foto-foto dan dibagikan ke media sosial,” terangnya.

Namun, pria yang sudah merantau ke Jepang selama 21 tahun ini mengaku bisnis penyewaan bus tak selalu berjalan mulus.

Usai membeli bus, pandemi Covid-19 justru melanda dunia. Dampanya, armada barunya itu tak terpakai karena kebijakan lockdown di Jepang.

“Pas kita habis beli bus, habis itu Covid-19, akhirnya kita off dulu dan setelah tiga tahun baru bisa dipakai,” ucap Sahat.

Saat keadaan berangsur normal usai pandemi Covid-19, ia kemudian menambah satu armada bus.

Sahat bercerita, bisnisnya berjalan lambat karena rumitnya regulasi terkait transportasi di Jepang.

Kendala yang sering dihadapinya adalah lisensi mengemudi yang berbeda antara Surat Izin Mengemudi (SIM) Indonesia dengan Jepang.

“Kalau di Indonesia kan ada SIM B2 Umum kalau bawa bus. Tapi kalau di sini berbeda, SIM dari Indonesia tidak bisa dipakai dan harus kursus dulu sebelum boleh mengemudikan bus,” ujarnya.

Karenanya, sopir bus yang bekerja di perusahaannya wajib memiliki SIM untuk kendaraan pribadi terlebih dahulu.

Setahun kemudian, para calon sopir baru bisa mengambil kursus selama satu bulan untuk mendapat lisensi mengemudi.

Kini, ia memiliki delapan sopir bus, dua di antaranya merupakan orang Jepang yang fasih berbahasa Indonesia.

“Kita semua driver-nya orang Indonesia karena tamu juga rata-rata dari Indonesia. Terkadang juga menerima dari Malaysia dan Singapura karena bahasanya yang cukup sama,” paparnya.

Saat ini, satu orang sopir bus hanya boleh mengemudi maksimal 12 jam per hari. Karenanya, Sahat harus memberangkatkan dua sopir jika perjalanan jauh.

Kisah Mantan TNI Jadi Bos Perusahaan Bus

Kisah mantan TNI bergaji Rp18 ribu kini miliarder bos perusahaan bus viral di media sosial.

Perusahaan bus yang dimilikinya tahun demi tahun bertambah pesat hingga mempengaruhi asetnya.

Omzet mantan TNI bergaji Rp18 ribu kini mencapai 20 miliar dalam sebulan.

Sebelum menjadi TNI, dulunya ia harus bekerja keras jualan es keliling saat masih SD.

Bahkan ibunya menangis melihat keadaannya karena bekerja menggunakan kaus sobek-sobek.

Kini hidup mantan TNI bergaji Rp18 ribu bergelimang harta.

Ia adalah Haji Haryanto.

Baca juga: Berawal dari Salah Lamar Kerja, Gadis Cantik Dinikahi Bos Perusahaan, Sempat Dikira Tukang Kebun

Haryanto merupakan pemilik dari perusahaan Otobus (PO) Haryanto.

Kesuksesan Perusahaan Otobus (PO) Haryanto yang ada di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, tidak lepas dari kegigihan pemiliknya.

Haryanto adalah seorang Purnawirawan TNI Angkatan Darat dengan pangkat terakhir sebagai Kopral Kepala.

Namun, Haryanto kecil dibesarkan dalam keluarga yang sederhana.

Siapa sangka, sebelum memiliki Perusahaan Otobus (PO) Haryanto, Purnawirawan TNI ini dulu pernah jualan es keliling.

Dia mengisahkan sempat berjualan es keliling saat saat masih sekolah dasar (SD).

"Ibu saya pedagang, sehari makan sehari tidak. Saya jualan es keliling. Dulu saya kausnya sobek-sobek, ibu saya kalau tahu menangis. Saya tidak punya sendal, saya keliling es termos, keliling sampai berkilo-kilo," kata Haji Haryanto, dikutip dari Tribun Style pada Senin (18/12/2023).

Sebab, sebagai anak laki-laki tertua dalam keluarganya, Haryanto mau tidak mau harus ikut membantu orangtuanya menyambung hidup.

Baca juga: Penumpang Bus Kaget Laptopnya Berubah Jadi Buku Tebal, Sempat Merasa ada yang Aneh: Sedih

Kemudian pada saat SMP, Haryanto masuk ke Sekolah Teknik Negeri atau setara dengan sekolah menengah kejuruan teknik pada masa kini.

Dari sinilah, dia bermimpi untuk menjadi tentara.

Dia bahkan rela melakukan apapun, termasuk berjualan es lilin keliling tersebut untuk menggapai mimpinya.

Pada 2002, Haryanto memutuskan untuk mendirikan PO Haryanto.

Sebelumnya, dia memiliki bisnis sampingan dengan membuka agen tiket bus.

Pekerjaan ini dilakukan sejak dirinya masih menjabat sebagai tentara.

Dia mengatakan saat itu gaji TNI terbilang pas-pasan.

Sehingga Haryanto memutar otak untuk mencari pekerjaan sampingan.

"Gaji tentara saat itu berapa, saya gajiannya Rp 18 ribu. Tapi tetap semangat, tidak lelah. Kita sambi bekerja (sambilan)," kata Haryanto mengenangkan masa mudanya.

Sebagian pendapatannya sebagai tentara itu dia tabung.

Hasil tabungannya kemudian untuk membeli mobil angkot.

Saat itu Haryanto harus meminjam uang karena tabungannya masih kurang.

Setelah usaha angkotnya berkembang, Haryanto kemudian melebarkan sayapnya ke bidang transportasi bus yang diberi nama PO Haryanto.

Tahun demi tahun, PO Haryanto mengalami perkembangan pesat.

Yang mulanya memiliki 6 unit bus dari pinjaman Bank dengan rute Cikarang-Cimone.

Kemudian, Po Haryanto terus berkembang dan berekspansi ke beberapa rute, seperti Jakarta-Pamekasan-Sumenep (PP) hingga Jakarta-Solo-Ponorogo.

Baca juga: Sosok Pemilik Bus Viral di Jalan Tol Jepang Pulang Malu Tak Pulang Rindu, Ternyata Orang Indonesia

Bahkan dari data 2021 lalu, PO Haryanto hampir memiliki 300 armada bus Antar Kota Antar Propinsi.

Bus-bus tersebut bermesin Mercedes-Benz dan Hino buatan karoseri Adi Putro.

Sebagai salah satu perusahaan otobus (PO) terbesar, PO Haryanto diketahui memiliki 2.000 karyawan.

Sementara untuk omset dalam sebulan, PO Haryanto bisa menghasilkan Rp 20 miliar.

Adapun total sampai sekarang aset yang dimiliki Haji Haryanto mencapai 600 miliar.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved