Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Sejak SMP Sudah Tahu Cara Jahit, Rio Tak Malu 9 Tahun Jadi Tukang Sol Sepatu, Dibayar Rp25 Ribu

Inilah kisah Rio perantau jadi tukang sol sepatu selama 9 tahun. Rio Riyanto mengaku tak malu menjadi tukang sol sepatu.

Penulis: Arie Noer Rachmawati | Editor: Mujib Anwar
Tribun Ternate
Rio tukang sol sepatu dibayar Rp25 ribu. 

TRIBUNJATIM.COM - Inilah kisah Rio perantau jadi tukang sol sepatu selama 9 tahun.

Rio Riyanto mengaku tak malu menjadi tukang sol sepatu.

Terkadang ia keliling dari desa ke desa untuk menjajakan jasanya jahit sepatu.

Rio mengadu nasib di Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Dibekali dengan alat seadanya, Rio membuka lapak kecil di perempatan Traffic Light (lampu merah) di Desa Labuha, Kecamatan Bacan.

Tidak seperti perantau lainnya biasa kerja di pabrik atau kantor mentereng, Rio justru memilih mengembangkan keterampilannya sendiri.

Baca juga: Iis Takjub Perjuangan Muiz Mulung dan Jualan Cakue Demi Rawat 7 Adik dan Ibu, Pengalaman Spiritual

Dikutip dari Tribun Ternate, pria berusia 41 tahun ini mengaku sudah 9 tahun menjadi tukang soul sepatu.

Ini setelah ia dan kedua orang tuanya hijrah dari Kota Ambon, Maluku, pada 2015 lalu.

"Saya asalnya dari Sumatera Barat, cuma besar di Ambon. Saya dan orang tua pindah ke Bacan dari tahun 2015. Sejak itu, saya jadi tukang sol sepatu dan sendal kulit," ujar Rio, Minggu (1/12/2024).

Berprofesi sebagai tukang sol sepatu, Rio mengatakan tidak merasa malu.

Ia justru bangga karena uang yang dihasilkan bersumber dari hasil keringat sendiri.

"Selama 9 tahun ini, saya kadang keliling dari desa ke desa untuk jahit sepatu. Tapi banyak stay di sini (lapak)," ungkapnya.

Menjadi tukang sol sepatu di Halmahera Selatan, menurut dia, pendapatan tidak menentu.

Rio tukang sol sepatu dibayar Rp25 ribu.
Rio tukang sol sepatu dibayar Rp25 ribu. (Tribun Ternate)

Karena pesanan dengan jumlah banyak yang diterima, tergantung pada momentum tertentu, salah satunya Hari Raya Idul Fitri.

"Kalau hari-hari biasa, palingan 2 sampai 5 pasang sepatu dan sendal. Bahkan tidak sama sekali," cerita Rio.

"Kalau satu pasang sepatu yang dijahiit, itu Rp25 ribu sampai Rp30 ribu, tergantung jenis dan ukuran sepatu atau sendal yang dijahit," sambunnya.

Rio mengaku belum berumah tangga meski usianya tidak muda lagi. Ia masih hidup bersama kedua orang tuanya.

"Saya tinggal di Amasing Kota, dengan orang tua. Sudah sekitar 9 tahun kami di sini," jelasnya.

Rio mengatakan pendapatannya sebagai tukang sol sepatu, bisa membantu kebutuhan orang taunya.

Di samping itu, ia juga kerja serbatuan lainnya jika lapak sol sepatu miliknya sepi.

"Kalau sudah sepi sekali, itu saya langsung jalan keliling-keliling. Kalau tidak, biasa cari kerjaan samping seperti buruh bangunan."

"Tapi saya fokus sol sepatu, karena dari SMP saya sudah tahu cara menjahit. Kemudian menjahit ini kan modal seadanya, tapi alhamdulillah sedikit-sedikit bisa ada rezekinya," tandas Rio.

Sementara itu, kisah pedagang jual mie ayam Rp2000 seporsi namun masih dapat untung Rp200 ribu sehari viral di media sosial.

Pedagang bahkan tak menaikkan harga selama 6 tahun.

Padahal biasanya, mie ayam dijual di pasaran rata-rata Rp10 ribu seporsi.

Baca juga: Nelangsa Mbah Dodo Tahan Pusing Pikul Jualan Bakso Sampai Terjatuh, Dagangannya Tumpah: Kepaksa

Kisah ini datang dari Ngatiem (37), warga Dusun Karanglo, Desa Glagahombo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

Ngatiem membuka warung yang dinamai Atik sudah 6 tahun lalu.

Di warungnya, Ngatiem tak cuma jualan mie ayam.

Ia juga jualan bakso kerikil Rp3000 ribu per mangkok.

Kedua menu tersebut dapat menjadi pilihan pas untuk sarapan.

Namun jika dirasa kurang, pelanggan dapat memesan porsi yang lebih besar dengan harga Rp 5.000 hingga Rp 6.000.

"Sengaja dipatok harga 2.000 agar anak-anak bisa beli juga," ungkap Atik, sapaan akrab Ngatiem, dilkutip dari Tribun Jogja, Minggu (24/11/2024).

Atik mengaku sudah enam tahun menjual mie ayam dengan harga seporsi Rp2000. 

Selama itu pula, ia tak menaikkan harga jual mie ayam harga Rp2000 di Magelang ini.

Dari pagi hingga malam tepatnya pukul 10.00-21.00 WIB, ia kadang dibantu suaminya yang juga bekerja sebagai kuli bangunan dan tukang pijat.

Baca juga: TikToker Sujud usai Dagangan Ciloknya Diborong Rp 2 Juta, Banting Setir Jualan Demi Istri Lahiran

Ramainya pelanggan biasanya datang saat jam makan siang.

Sementara pada hari libur, jumlah pengunjung biasanya semakin membludak.

Atik melayani semua kalangan, mulai dari pelajar, pekerja, mahasiswa, hingga warga setempat. 

Banyak juga pelanggan baru yang penasaran setelah mendengar cerita mie ayam yang harganya kelewat murah itu.

Pembelinya mayoritas berasal dari wilayah Magelang. Juga ada dari luar provinsi seperti DI Yogyakarta.

“Setiap hari pasti ada orang yang heran, kok bisa murah banget. Kalau ditanya rugi, ya nggak. Alhamdulillah, rezekinya cukup saja,” katanya.

Atik mengaku tidak memiliki resep khusus dalam meracik hidangan yang ia jajakan.

Namun menurut pengunjung, mie ayam buatannya terkenal segar dan kuahnya tak membuat tenggorokan enek.

Dia melanjutkan, setiap hari dirinya mampu menjual 4 kilogram mie dan 3 kilogram ayam yang diolah menjadi ratusan porsi mie ayam.

Meski harga yang ia patok sangat terjangkau, usaha ini tetap memberinya penghasilan yang cukup untuk membantu perekonomian keluarganya.

Baca juga: Demi Bantu Orang Tuanya, Siswa SMA Jualan Es Gabus di Sekolah, Aksi Imam Dipuji Guru: Bangga

Baginya, keuntungan sedikit yang disyukuri jauh lebih berharga daripada mengeluh tanpa kerja.

"Alhamdulilah nggak (rugi). Dari pada aku nggak kerja, jadi sedikit-sedikit aja disyukuri. Saya per hari dapat hasil bersih Rp 200-150 ribu," katanya.

Ide untuk menjajakan mie ayam murah tidak muncul begitu saja. 

Menurut Atik, gagasan ini berawal dari pengalamannya menghadapi kesulitan ekonomi.

Atik masih ingat masa ketika ia belum bekerja mengelola warung mie ayam.

Saat itu, ia hanya mengandalkan gaji suaminya yang bekerja sebagai kuli bangunan.

Atik pernah membeli mie ayam seharga Rp 13.000 kemudian dibagikan ke seluruh anggota keluarganya di rumah. Penyebabnya karena gaji sang suami belum cair. 

Pengalaman inilah yang kemudian menginspirasi dirinya untuk membuka warung mie ayam murah dengan porsi hidangan yang sedikit.

“Saya pernah merasa berat saat menunggu gajian suami. Waktu itu beli mie ayam harganya Rp 10.000–Rp 13.000, porsinya terlalu banyak kalau untuk satu orang. Dari situ saya terpikir untuk jualan mie ayam murah, supaya orang bisa makan sesuai kebutuhan mereka,” kenangnya.

Selain harga yang murah, Atik kini juga melayani pesanan dalam berbagai porsi sesuai permintaan pelanggan. 

Ada pelanggan yang enggan memesan porsi besar namun meminta sebanyak empat hingga lima mangkok mie ayam mangkok kecil sekaligus.

Sementara untuk anak-anak kadang minta hingga tiga atau empat mangkuk kecil.

Di warungnya, Atik juga menyediakan variasi menu seperti mie ayam dengan bakso seharga Rp 6.000 dan mie ayam porsi besar seharga Rp 5.000. 

Porsi besar ini mulai dijual dua tahun terakhir untuk memenuhi permintaan pelanggan yang ingin makan lebih banyak.

“Kalau kata pelanggan, mie ayam saya ini kuahnya segar, nggak bikin eneg. Itu yang bikin mereka balik lagi,” ujarnya.

Selama enam tahun berjualan, Atik belum pernah menaikkan harga dagangannya.

Namun, untuk tahun depan, dia berencana menaikkan seluruh menu sebesar seribu rupiah.

"Ya karena sekarang ini barang-barang naik terus, jadi mungkin tahun depan akan saya naikkan seribu," katanya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved