Berita Viral
Nasib Syamsul Tak Digaji Selama 2 Bulan Kerja di Myanmar, Disekap di Ruang Gelap, Makan Cuma Sekali
Inilah pengalaman pahit Syamsul, warga Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang dua bulan kerja di Myanmar tanpa dibayar.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Inilah pengalaman pahit Syamsul, warga Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang dua bulan kerja di Myanmar tanpa dibayar.
Pria berusia 39 tahun itu menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Syamsul dan lima orang rekannya, yang juga merupakan warga Kabupaten Sukabumi, berhasil dipulangkan setelah menjadi korban TPPO.
Mereka tiba di tanah air pada Jumat (29/11/2024) dan mendapatkan pemulihan serta pendampingan dari pemerintah Indonesia sebelum akhirnya bertolak ke Sukabumi dan bertemu keluarga pada Kamis (5/12/2024).
Awal mulanya, Syamsul mengaku diajak oleh temannya untuk bekerja di luar negeri sebagai admin Crypto di Thailand.
Syamsul memutuskan untuk berangkat pada bulan Juni 2024, dengan harapan dapat segera bekerja di Thailand.
Namun, setibanya di sana, ia menyadari bahwa ia tidak bekerja di Thailand, melainkan di Myanmar.
“Info dari teman dijanjikan ke Thailand untuk kerja jadi admin Crypto, terus kita juga enggak tahu (tiba dan kerja) di Myanmar, tahunya ya di Thailand aja,” ungkap Syamsul saat wawancara di Pendopo Kabupaten Sukabumi, Kamis (5/12/2024), melansir dari Kompas.com.
Pada bulan September, video Syamsul bersama teman-temannya menjadi viral di media sosial, berisi permohonan tolong dari mereka.
Selama dua bulan berada di Myanmar, Syamsul mengalami perlakuan yang tidak manusiawi.
Baca juga: Sosok TKW Maryam Bebas dari Hukuman Mati, 15 Tahun Dibui usai Siram Air Panas ke Majikan: Keajaiban
Ia mengaku disekap dalam ruangan kecil dan gelap, serta mengalami kekerasan fisik.
“Ya di sana sempat disekap, kaya dipukul gitu lah, jadi kita itu kaya dikumpulin di dalam satu ruangan enggak dikasih lampu. Dikasih makan juga cuman sekali sehari,” tambahnya.
Syamsul tidak dapat memberikan banyak detail mengenai kejadian yang menimpanya, karena ia harus segera pulang.
Namun, sebelum meninggalkan Pendopo Kabupaten Sukabumi, ia menyampaikan rasa traumanya dan berharap pengalaman buruknya tidak terulang bagi orang lain.
“Trauma, pokoknya cukup lah jangan ada lagi yang kesana (jadi korban) cukup kita aja. Masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Sukabumi, setop lah jangan ke sana lagi (jadi korban TPPO),” tegas Syamsul.
Di sisi lain, selama waktu tersebut, ia tidak menerima upah sepeser pun dan mengalami perlakuan yang tidak layak.
“Enggak pernah dapat upah selama di sana, di sana itu (kurang lebih) dua bulan,” kata Syamsul.
Baca juga: Sosok Nuryati Mantan TKI Arab Lulus S3, Dulu Diimingi Investasi Biar Tetap Kerja: Kuliah Segalanya
Syamsul berharap pengalaman buruknya sebagai korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) tidak akan menimpa orang lain.
Ia merasa lega bisa kembali ke Indonesia dan mengaku sempat tidak percaya bahwa ia dapat dipulangkan dengan selamat.
“Pertama bersyukur banget sama pemerintah telah berusaha untuk memulangkan kita semua. Seneng banget berasa mimpi,” ujar Syamsul.
Kini, Syamsul berharap dapat menemukan pekerjaan yang lebih baik di tanah air.
Sebelumnya, nasib serupa dialami Nestapa Suhendri Ardiansyah (27).
Ia disekap di Myanmar setelah dibujuk akan menjadi TKI di Thailand.
Warga Pesanggrahan, Jakarta Selatan itu semula dibujuk akan menjadi pejerka di Thailand dengan bayaran besar.
Namun, impian pria yang disapa Hendri itu pupus malah disiksa dan disekap.
Peristiwa itu diungkap oleh sepupu Hendri bernama Daniel (39), saat ditemui pada Jumat (9/8/2024).
Apabila Hendri ingin dibebaskan, orang tuanya mesti menebus uang senilai ratusan juta.
"Pelaku minta tebusan USD 30.000, kalau dihitung rupiah kurang lebih Rp500 juta," ujar Daniel.
Kejadian ini berawal saat Hendri diajak bekerja oleh rekannya bernama Risky sebagai staf di sebuah perusahaan di Thailand.
Hendri bahkan diiming-imingi gaji besar, yaitu USD 10.000 atau senilai Rp159 juta per bulan.
Ia lantas berangkat ke Bangkok, Thailand dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten pada 11 Juli 2024 sekira pukul 12.35 WIB.
Baca juga: Nurlela TKW Berhasil Melarikan Diri usai Disiksa dan Disekap di Arab Saudi, Sosok Pelaku Terungkap
Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 16.05 waktu setempat, korban akhirnya tiba di Bangkok.
"Tapi keluarga tidak tahu perusahaan itu di bidang apa. Diiming-imingi gaji lumayan besar lah," katanya.
"Sampai akhirnya berangkat ke sana. Nominalnya USD 10.000 plus fasilitas ditanggung, makan, minum, semua ditanggung," sambung Daniel.
Usai tiba di Bandara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok, korban lalu dijemput dengan mobil.
Ada enam orang di dalam mobil itu, yakni Risky, Hendri serta empat warga negara asing (WNA) asal India.
Hendri kemudian dipisahkan dengan Risky ketika di tengah perjalanan.
"Dia (Hendri) mikirnya mau dibawa ke Maesot, ternyata 8 jam perjalanan enggak sampai-sampai," tutur dia.
"Tiba-tiba sudah ada di Myanmar yang berbentuk seperti rumah susun gitu," lanjutnya.
Baca juga: Dijanjikan Kerja, Belasan Wanita di Surabaya Mengaku Disekap, 1 Pria Penjaga Rumah Diperiksa Polisi
Kondisi rumah susun itu, disebut Daniel, kotor dan tak layak huni.
Korban di sana lalu dilakukan penyekapan dan penyiksaan.
Tebusan diminta pelaku ke keluarga Hendri supaya korban dapat dibebaskan.
Pelaku diduga Daniel merupakan warga negara asing (WNA) asal Malaysia.
Hal itu diketahui dari gaya bicara pelaku dengan bahasa Melayu.
"Hendri makanya enggak bisa ngomong panjang lebar, enggak bisa ngomong macam-macam," kata Daniel.
"Karena bahasanya kan hampir sama. Jadi cuman minta tolong, minta maaf, dia tujuannya mau minta duit USD 30.000," sambung dia.
Penyiksaan dialami Hendri saat disekap, mulai dari dipukul dengan stik golf dan baseball.
Baca juga: 12 Wanita Dijanjikan Kerja Malah Disekap, Iming-iming Dapat Gaji Rp700 Ribu: Kok Gak Jadi LC
Tak hanya itu, Hendri kerap tak diberi makan dan bahkan disuruh minum air hujan.
"Ya dia disiksa, sampai namanya dipukul pakai stik golf, stik baseball," ucapnya.
"Enggak dikasih makan, enggak dikasih minum, kalau hujan minumnya air hujan," lanjut Daniel.
Ia berharap pemerintah dalam hal ini Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), BP2MI, hingga pihak kepolisian dapat membantu kepulangan Hendri.
"Harapan kami dari keluarga, Hendri kembali ke Indonesia," kata dia.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
dua bulan kerja di Myanmar tanpa dibayar
Syamsul
Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)
Kabupaten Sukabumi
berita viral
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Sahroni Mundur Ditantang Salsa Erwina Hutagalung Juara Debat Se-Asia Pasific: Ane Mau Bertapa Dulu |
![]() |
---|
Edi Kaget Istri Beri Akta Cerai saat Mengaji di Rumah Mertua, Tak Tahu Ditalak |
![]() |
---|
Kisah Driver Ojol Riri Terima Pesanan Martabak dari Luar Pulau, Ternyata Salah Orderan |
![]() |
---|
Warga Terdampak Debu Tambang Cuma Diberi Ganti Rugi Sembako Rp200 Ribu, DPRD Tegur Perusahaan |
![]() |
---|
Presiden Prabowo Kasihan Immanuel Ebenezer Diborgol Pakai Baju Oranye: Mungkin Dia Khilaf |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.