Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Ayah Masih Curiga Anak Meninggal usai Jatuh dari Lantai 3 Sekolah SD: Seluncur di Pegangan Tangga

Seorang wali murid masih curiga dengan kematian anaknya yang disebut terjatuh dari lantai 3 sekolahnya.

Editor: Torik Aqua
TribunJatim.com
Ilustrasi garis polisi - Siswa SD meninggal setelah jatuh dari lantai 3 sekolahnya 

Sejumlah warga menyegel sekolah tersebut pada Kamis (24/10/2024) malam.

Tindakan ini dilakukan karena pihak sekolah diduga mengeluarkan siswa secara semena-mena.

Tampak piintu masuk sekolah disegel dengan gembok oleh warga sebagai bentuk protes.

Namun, pada Jumat (25/10/2024), pintu tersebut dibuka kembali setelah terjadi negosiasi antara warga dan pihak sekolah.

"Kami tidak puas dengan kebijakan sekolah yang semena-mena mengeluarkan siswa," ungkap Yuldi, salah seorang warga, melansir dari Kompas.com.

Ia menambahkan, terdapat tujuh siswa yang dihukum tanpa penjelasan memadai.

Baca juga: Guru Marsono Dipaksa Ngaku Pukul Siswa dan Dimintai Uang Damai Rp 30Juta, Padahal Lerai Pertengkaran

Dari jumlah itu, 4 di antaranya telah dikeluarkan dari sekolah.

Yuldi menjelaskan, siswa tersebut dikeluarkan karena diduga mencuri.

Namun pihak sekolah tidak memberikan bukti jelas terkait tuduhan tersebut.

Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Atas Dinas Pendidikan Sumatera Barat, Mahyan, mengaku telah menerima laporan penyegelan tersebut.

"Benar. Tapi sudah diselesaikan. Tadi sudah dibuka lagi segelnya," kata Mahyan.

Ia juga menyatakan, permasalahan ini akan dibahas lebih lanjut pada Senin (28/10/2024), dalam sebuah rapat yang melibatkan pihak sekolah, orangtua siswa, dan komite sekolah.

"Senin diadakan rapat. Nanti dicari solusi yang tepat," jelas Mahyan.

Hal serupa juga terjadi di Makassar.

Para murid di sekolah lain terpaksa numpang sekolah lain karena gedungnya disegel oleh ahli waris tanah.

Adapun kasus ini menimpa murid SD Inpres Pajjaiang, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel),

Baca juga: Pengakuan Guru Agama di Muna yang Dilaporkan karena Diduga Pukul Siswa, Orangtua Korban Tolak Damai

Puluhan ibu-ibu itu demo minta pemerintah segera selesaikan polemik penyegelan sekolah oleh ahli waris, Selasa (15/10/2024) sore. 

Sambil menyampaikan aspirasi, mereka juga membawa spanduk yang berisi berbagai tulisan protes agar para murid diberikan tempat layak dan nyaman untuk belajar. 

Salah satu orangtua murid, Hamdiani (48) mengatakan, para orangtua melakukan unjuk rasa karena sudah merasa tidak nyaman.

Lantaran kurun waktu hampir tiga bulan proses belajar murid dialihkan di beberapa sekolah. 

Hamdiani mengaku, beberapa murid SD Inpres Pajjaiang kerap mendapatkan intimidasi atau bullying oleh murid lain karena dianggap hanya menumpang. 

"Karena anak-anak kami sudah mendapatkan perundungan, istilahnya ada intimidasi. Bentuk intimidasinya, mereka dipalak sama anak SD yang ditempati numpang," ungkap Hamdiani kepada Kompas.com, ditemui usai unjuk rasa. 

Selain dipalak, para guru SD Inpres Pajjaiang juga kerap mendapatkan teror oleh orang tidak dikenal, dalam bentuk surat yang bertuliskan bahasa kotor. 

"Terutama ada juga laporan guru-guru bahwa terlalu banyak surat kaleng yang masuk, terlalu banyak bahasa kotor di dalam surat itu. Ada juga surat yang disimpan di meja guru dengan bahasa yang kotor," ucap dia. 

Hal senada juga disampaikan orangtua murid lainnya yakni Fitri (35).

Dia mengatakan, aksi unjuk rasa yang mereka lakukan guna meminta perhatian pemerintah khususnya Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Makassar. 

Baca juga: 3 Siswa Dipulangkan karena SPP Nunggak Rp42 Juta Awalnya Sekolah Gratis, Ibu Masih Keluarga Yayasan

"Kami minta agar proses belajar anak-anak kami dipindahkan ke lokasi lama (SD Inpres Pajjaiang). Kalaupun tidak bisa, kami mohon untuk Pak Kadis Pendidikan melihat aksi kami, usahakan kami untuk mendapatkan lokasi yang baru, tanpa menumpang di sekolahnya orang," beber dia. 

Kata Fitri, saat ini para orangtua murid bakal melakukan aksi mogok belajar sampai permintaan mereka didengar oleh pihak berwenang. 

"Murid mogok belajar, itu atas dasar protes kami untuk anak-anak kami. Karena untuk apa juga anak-anak kami disekolahkan kalau misalnya mendapatkan intimidasi," kata Fitri. 

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Makassar Muhyiddin Mustakim mengatakan, relokasi murid ke beberapa sekolah lain diperuntukkan agar murid SD Inpres Pajjaiang tetap belajar tatap muka dengan guru. 

"Anak-anak sekarang sudah berproses belajar. Sudah berproses belajar mengajar itu, sudah lama sejak terjadi penutupan sekolah, disarankan untuk mencari alternatif dulu supaya berproses, jadi saya cari sekolah yang terdekat di situ," ungkap Muhyiddin, terpisah.

Menanggapi soal unjuk rasa puluhan orangtua murid terkait intimidasi yang dialami beberapa murid SD Inpres Pajjaiang di sekolah sementara, Muhyiddin mengaku tidak mengetahui hal tersebut. 

"Aman di sana, karena memang ada 11 kelas yang disiapkan di sana dan itu (proses belajar) terpisah. Aman, tidak ada masalahnya, saya kaget juga apa masalahnya ini (sehingga demo). Sekarang yang saya fokus pikir soal belajar mengajar," pungkasnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved