Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Tiap Hari Gendong Minuman dan Tisu Jualannya, Pak Nana Bisa Sekolahkan 5 Anak, Pendapatan Tak Tentu

Saat ditemui di alun-alun Kota Bogor, pria 50 tahun itu tampak berjalan kaki sambil menggendong dagangan.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
Kompas.com/ Ruby Rachmadina
Tiap Hari Gendong Minuman dan Tisu Jualannya, Pak Nana Bisa Sekolahkan 5 Anak, Pendapatan Tak Tentu 

Pekerjaan Sukir sebagai tukang sol sepatu itu menjadikan lima anaknya tamat bersekolah.

Sukir tampaknya sudah banyak makan asam garam dunia persolan sepatu lantaran pengalamannya puluhan tahun.

Berbagi ceritanya setelah bekerja puluhan tahun, Sukir mengaku ogah ketika ditawari menjadi kuli bangunan.

Di tengah hiruk-pikuk gempuran sepatu second impor yang lebih murah tak membuat Sukir berhenti untuk menjalani profesinya sebagai tukang sol sepatu.

Sukir Sol biasa ia dikenal sudah mengabdikan hidupnya untuk memperbaiki sepatu sejak 1982 menghadapi suka duka dalam menjalani profesi yang menjadi penopang ekonomi keluarganya.

Warga RT 01 Kelurahan Suka Jadi Kecamatan Lubukinggau Barat I ini kerap berkeliling kota Lubuklinggau, Sumsel menjajakan jasa sol sepatu.

Baca juga: Kisah Dimas Anak Yatim Penjual Dawet yang Sukses Kuliah di UNY, Uang Hasil Ngarit Dibelikan Kambing

Sukir mempunyai lima orang anak dan semuanya telah menamatkan pendidikan hingga SMA.

Semuanya sudah bekerja meski penghasilan sehari-harinya tidak menentu.

Sukir bercerita ia menggeluti jasa sol sepatu sejak muda, dimulai dengan belajar mengesol sepatu secara otodidak kemudian menjadi tukang sepatu keliling.

"Dulu awalnya ngesol sepatu ini otodidak ketika dijalani ternyata menjadi profesi sampai sekarang," ceritanya pada Tribunsumsel.com, Minggu (15/12/2024), seperti dikutip TribunJatim.com, Senin (16/12/2024).

Awalnya Sukir mangkal jalan menuju pasar Inpres Lubuklinggau, kemudian karena ramainya tukang sol sepatu saat itu ia memutuskan untuk berkeliling.

"Karena yang mangkal banyak akhirnya keliling. Waktu kereta ekonomi masih bebas, kita ikut kereta ngesol sepatu sampai wilayah Lahat," ujarnya.

Kemudian sejak kereta ekonomi mulai ada batasan tahun 2013 silam.

Sukir hanya berkeliling di wilayah Lubuklinggau dan paling jauh ke wilayah Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas (Mura).

"Karena sekarang umur tidak muda lagi walaupun tidak pernah sakit-sakit sekarang wilayahnya hanya keliling Lubuklinggau, sore pulang," ungkapnya.

Baca juga: Ibu-ibu Penjual Balon Nangis Ditampar Pesaing, Dianggap Jualnya Terlalu Murah: Saya Sakit Hati

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved