Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Pantas Warga Patungan Rp 60 Juta untuk Perbaiki Jalan Rusak 1,6 Km, Pemkot Alasan Defisit Anggaran

Jalan rusak dan berlubang di BTN Grand Boulevard Regency, Kelurahan Mokoau, Kecamatan Kambu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara membuat warga lelah.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.COM/KIKI ANDI PATI
Pantas Warga Patungan Rp 60 Juta untuk Perbaiki Jalan Rusak 1,6 Km, Pemkot Alasan Defisit Anggaran 

Meskipun rutin membayar pajak, akses jalan utama BTN ini tetap terabaikan.

Menanggapi situasi ini, Lurah Mokoau, Aswan, mengaku bahwa pihaknya telah mengetahui upaya warga untuk memperbaiki jalan secara swadaya.

"Kondisi jalan memang sudah lama rusak. Di kelurahan, kami selalu menampung keluhan masyarakat, tetapi eksekusi ada di tangan pihak atas," ujarnya.

Baca juga: Tercemar Limbah Debu, Ratusan Warga Blokade Jalan Proyek Tambang, Tuntut Perusahaan Perbaiki Jalan

Aswan juga menekankan pentingnya perbaikan jalan, mengingat akses tersebut digunakan oleh masyarakat untuk pergi ke sekolah, PAUD, fasilitas ibadah, dan aktivitas lainnya.

"Saya juga diberitahu oleh pak RT bahwa warga harus swadaya memperbaiki jalan. Ada sekitar 3.000 jiwa di sana karena terdapat 2 RT," imbuhnya.

Ia berharap agar pemerintah terkait segera memberikan perhatian dan bantuan kepada warga yang berjuang untuk perbaikan jalan di kompleks perumahan mereka.

Sementara itu, aktivitas proyek tambang galian C membuat warga di desa di Kecamatan Budong-Budong, Mamuju Tengah terancam kesehatannya.

Itu karena para warga terkena dampak pencemaran limbah dembu yang disebabkan proyek tambang tersebut.

Ratusan warga pun memblokade akses jalan desa pada Senin (23/10/2023).

Disebutkan bahwa limba debu tersebut mereka mengalami batuk-batuk dan sesak napas.

Warga mengeluhkan dampak pencemaran lingkungan yang dirasakan, terutama oleh anak-anak yang lebih rentan.

Mereka menuntut pihak perusahaan untuk memenuhi janji perbaikan jalan yang dijanjikan sebelum proyek galian dimulai tiga tahun lalu.

“Dulu katanya jalan akan diperbaiki, namun setelah beroperasi bertahun-tahun, jalan tak kunjung diperbaiki. Sementara asap debu sangat mengganggu warga. Belum lagi ganti rugi lahan untuk pelebaran jalan mobil proyek tambang,” ujar Rosanna, salah satu warga, melansir dari Kompas.com.

Akses jalan desa tersebut merupakan jalur utama bagi angkutan proyek bendungan, yang setiap harinya menghasilkan kepulan debu tebal. Warga merasa kondisi ini sangat mengganggu kesehatan mereka.

“Bayangkan setiap hari menghirup debu tebal akibat aktivitas kendaraan tambang,” tambah Rosanna.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved