Berita Viral
5 Fakta Siswa SD Dihukum Duduk di Lantai Gegara Nunggak SPP, Malu Ogah Sekolah, Kepsek Buka Suara
Siswa SD ini dihukum duduk di lantai gegara belum membayar SPP. Hal ini lantas menjadi sorotan publik.
TRIBUNJATIM.COM - Belakangan ini video siswa SD dihukum duduk di viral di media sosial.
Hal ini menjadi sorotan publik lantaran alasan hukuman tersebut adalah nunggak SPP.
Tak hanya sehari, hukuman itu diterima sang siswa selama lebih dari sehari.
Dia juga mengaku malu kepada orang tuanya sehingga ogah berangkat sekolah.
Lebih lanjut, simak 5 fakta siswa SD dihukum duduk di lantai gegara SPP nunggak di bawah ini.
Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunJatim.com
Baca juga: Klarifikasi Sekolah soal Lulusan SMK Disuruh Bayar SPP Nunggak Rp1,5 Juta untuk Ijazah: Salah Paham
5 fakta siswa SD dihukum duduk di lantai gegara SPP nunggak
1. Viral di media sosial
Video seorang siswa SD dihukum duduk di lantai kelas karena belum bayar SPP viral.
Kejadian itu terjadi di Kota Medan, Sumatera Utara.
Dalam vidoe itu tampak seorang bocah laki-laki mengenakan seragam merah putih.
Bocah berinisial MA (9) itu duduk di lantai sedangkan teman-temannya tampak berdiri.
Seorang wanita yang merekam video itu tampak menangis sambil berbicara.
"Ini lho bu, dia disoraki di luar, bu ambil raport Mahesa malu duduk di bawah, dia nangis lho bu. Mamak, Mahesa malu duduk di bawah.
Saya bilang, mamak belum punya duit nak, sabar ya," ucap perekam video.
"Sedih, Adik Mahesa usia 9 tahun anak sekolah dasar yang berada di kota Medan, di hukum oleh oknum guru untuk mengikuti pembelajaran dengan duduk di lantai kelas di depan teman teman lainnya.
Sedangkan orang tuanya hanya buruh bangunan, yang berpenghasilan hanya cukup untuk makan sehari hari saja, dan mereka tinggal di rumah kontrakan.," tulis akun Instagram @majelikopi08.
Baca juga: VIRAL TERPOPULER: Agusyadi 5 Tahun Tidur di Balai RW - 3 Siswa SD Dipulangkan karena SPP Nunggak

2. Trauma tak mau sekolah
Kamelia, ibu korban, bercerita anaknya itu dihukum sejak hari pertama sekolah yakni Senin (6/1/2025).
Namun, ia baru sadar pada Rabu (8/1/2025) saat anaknya tidak mau berangkat ke sekolah.
“Rabu pagi ya kan saya suruh anak saya sekolah, saya bilang kamu duluan nanti mamak (nyusul ke sekolah), mamak jual handphone biar bayar SPP,” kata Kamelia saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Medan Maimun pada Jumat (10/1/2025).
“Dia bilang enggaklah mak, aku malu, aku duduk di semen (lantai), (saya tanya) kenapa? Sejak kapan? (Dijawab) Senin. Hah masa? Ingat ya, Nak, kalau mamak tanya karena gak buat PR mamak gak akan marah,” sambungnya.
Kamelia yang merupakan seorang ibu rumah tangga (IRT) itu sebelumnya mengaku memang hendak ke sekolah untuk membayar SPP anaknya itu.
Sebab, hari Senin ia sudah diingatkan oleh wali kelas untuk melakukan pembayaran.
Terlebih, anaknya itu juga belum menerima rapor lantaran ditahan oleh pihak sekolah. Di sekolah, kata dia, aturannya yang berlaku memang demikian.
Namun, kata dia, ia sudah izin ke wali kelas soal SPP yang menunggak itu.
“Selasa ada di grup, buat ibu-ibu murid tolong kerja sama yang belum melunaskan tolong datang sekolah temui Kepsek kalau tak ada raport tak dibenarkan ikuti pelajaran,” kata dia.
“Akhirnya saya voice note via WhatsApp saya izin belum bisa datang itulah rencana saya rabunya saya datang,” jelasnya.
Pada Rabu, Kamelia pun menyusul anaknya dan mendapati anaknya itu duduk di lantai.
Saat itu, kondisi anaknya berbeda dari teman-teman lainnya yang duduk di atas kursi.
“Saking penasaran saya coba tengok ke sekolah. Begitu saya masuk ke gerbang, temennya ngejer semua sambil megang tangan saya. (Mereka bilang) Bu ambillah rapor dia, kasihan loh duduk di semen. Di situ saya nangis Ya Allah kok gini kali,” kata dia.
“Kalau satu jam sudahlah (tak apa), ini dari pagi bener-bener diasingkan,” kata dia.
Saat itu, Kamelia pun langsung mempertanyakan aksi gurunya itu.
“Sampai saya langsung datang ke depan pintu kelas (saya bilang) Ya Allah, Nak, kejam kali gurumu,” kata dia.
Akhirnya wali kelas dan Kamelia pun cekcok. Kamelia pun merekam momen itu.
“Saya bilang kok tega, kata dia (wali kelas) kan sudah saya bilang, saya sudah suruh anak ibu pulang tapi anak ibu tak mau pulang kata dia,” kata dia.
“Akhirnya kami dibawa sama kepsek ke kantor untuk diluruskan. Saya tanya ke kepsek bener peraturan (kalau tak bayar SPP dihukum duduk di lantai)? Dijawab tidak ada,” kata dia.
Atas insiden ini, Kamelia pun mengaku sangat kecewa dengan pihak sekolah. Sebab, anaknya sempat menjadi trauma tidak mau sekolah.
“Ya Alhamdulillah sejak kejadian itu, anak saya Kamis sekolah dan duduk di kursi,” kata dia.
“Ayah mereka pergi ke Riau untuk bekerja bangunan, belum lama juga,” kata dia.
Baca juga: Sosok Anan Anak Tukang Nasi Goreng Jualan Risol Demi Bayar SPP, Ada Rekannya Tega Utang Rp1 Juta
Sebab hukuman ini, siswa SD ini tak mau berangkat sekolah.
“Rabu pagi ya kan saya suruh anak saya sekolah, saya bilang kamu duluan nanti mamak (nyusul ke sekolah), mamak jual handphone biar bayar SPP,” kata Kamelia saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Medan Maimun pada Jumat (10/1/2025).
“Dia bilang enggaklah mak, aku malu, aku duduk di semen (lantai), (saya tanya) kenapa? Sejak kapan? (Dijawab) Senin. Hah masa? Ingat ya, Nak, kalau mamak tanya karena gak buat PR mamak gak akan marah,” sambungnya.

3. Alasan menunggak SPP
Kamelia mengungkap kenapa dirinya belum membayar biaya sekolah anaknya yaitu karena dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) sebesar Rp 450 ribu belum cair.
Selama ini, uang sekolah anaknya dibayar menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).
"Pokoknya, enam bulan dibiayai pakai dana bos, 6 bulan bayar dari Juli sampai Desember. Kalau cair, 450.000 itu saya habiskan untuk biaya sekolah, gak pernah saya ambil."
Sebelum anaknya disuruh duduk di lantai dan tak boleh ikut pelajaran, Kamelia sempat meminta dispensasi kepada wali kelasnya supaya Mahesya bisa ikut ujian semester pada Desember 2024 lalu.
Permohonan keringanan ini karena ia tidak punya uang, ditambah sedang sakit.
Kemudian, pihak sekolah mengizinkan anaknya ujian meski saat pembagian rapor, tak dibolehkan mengambil.
4. Miskomunikasi
Kepala sekolah SD tersebut, Juli Sari mengungkap kalau persoalan tersebut sebenarnya telah selesai.
Diselesaikan baik-baik antara kedua belah pihak.
Menurut Juli, awalnya dirinya tidak mengetahui siswa kelas 4 SD tersebut duduk di lantai saat proses belajar mengajar di sekolah.
Dikatakan Juli, pihak yayasan, tidak pernah mengeluarkan kebijakan siswa yang belum bayar SPP untuk duduk di lantai.
"Jadi sebenarnya ada mis komunikasi. Saya juga baru mengetahui siswa tersebut didudukkan di lantai setelah wali muridnya datang ke sekolah menemui saya sambil menangis," katanya saat dikonfirmasi Tribun Medan, Jumat (10/1/2025).
Menurutnya, wali kelas tersebut membuat peraturan sendiri tanpa ada konfirmasi ke pihaknya terlebih dahulu.
"Wali kelasnya membuat peraturan sendiri di kelasnya bahwa kalau anak tidak ada menerima rapor tidak boleh menerima pelajaran dan mendudukkan siswa tersebut di lantai saat pelajaran berlangsung, tanpa kompromi dengan pihak sekolah," terangnya.
Baca juga: Pantas Sekolah Anak Vincent Rompies Ada Geng Anak Kaya? Uang Masuk Rp105 Juta, Ini SPP Binus School
5. Sanksi untuk guru
Lebih lanjut, Juli mengaku sudah melakukan pemanggilan terhadap wali murid dan wali kelas secara langsung.
"Wali murid juga sudah kita panggil. Saat kejadian itu orang tuanya nangis-nangis. Dan permasalahan ini sudah kami selesaikan hari itu juga," terangnya.
Dikatakan, sebagai kepala sekolah, pihaknya sudah meminta maaf pada orang tua siswa tersebut.
"Saya sebagai kepala sekolah sudah memohon maaf sama orang tua sudah selesai sebenarnya permasalahan ini," terangnya.
Untuk tindakan tegas terhadap Wali Kelas, kata Juli pihaknya belum bisa memutuskan secara langsung.
"Kami sudah rapat tadi dengan guru-guru dan pihak yayasan sudah diberi peringatan, dan sudah ada peringatan tertulisnya," jelasnya.
Dikatakannya, hari Senin depan, pihaknya akan melakukan rapat kembali dengan ketua yayasan dan bendahara untuk memutuskan sanksi kepada wali kelas tersebut.
"Iya (pemecatan belum ada). Cuman sudah ditegur bahwa tidak boleh seperti itu, dan jangan diulangi lagi. Sementara kemungkinan dipecat atau tidak itu keputusan dari yayasan, saya tidak berani bilang iya atau tidak karena Senin rapat lagi untuk memutuskan yang baik untuk sekolah dan wali kelas," jelasnya.
-----
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com
Berita Jatim dan berita seleb lainnya.
Medan
siswa SD dihukum guru belajar di lantai
nunggak SPP
viral di media sosial
berita viral
Sumatera Utara
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Mardi Dagang Siomay Sambil Was-was di Lokasi Demo Bisa Dapat Rp 500.000, Apes Kalau Rusuh: Saya Lari |
![]() |
---|
Sosok Jerome Polin Ajak Tolak Tawaran Jadi Buzzer Rp150 Juta, Singgung Uang Rakyat dan Gaji Guru |
![]() |
---|
Warga Arak Sepasang Kekasih Jalan 2 Km, Pergoki Wanita Bawa Anaknya di Rumah Pria Lajang Usia 39 |
![]() |
---|
Muncul Slogan ACAB dan Kode 1312 di Media Sosial Pasca Demo 28 Agustus, Apa Maknanya? |
![]() |
---|
Bukti Mbah Endang Gelar Nobar Liga Inggris Tanpa Izin, si Pemilik Kafe Tetap Ogah Bayar Rp 115 Juta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.