Berita Viral
Telan Biaya Rp1 Miliar, Tugu Pesut Samarinda Bikin Warga Bingung, Desain Dikritik: Mirip Angka 0
Tugu Pesut yang jadi ikon baru Kota Tepian ternyata tidak hanya menuai pujian, tapi juga perbincangan di tengah masyarakat.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
"Tugu Pesut berfungsi sebagai elemen estetika kota dan juga menjadi simbol keindahan alam kota, tetapi juga menggambarkan ekosistem khas Sungai Mahakam yang identik dengan Pesut Mahakam.
Tugu Pesut ini diharapkan dapat menjadi ikon baru Samarinda dan menarik lebih banyak wisatawan untuk mengunjungi kota ini," tulis akun Instagram DPUPR Kota Samarinda (@dpuprkotasamarinda).

Pengamat tata kota, Farid Nurrahman turut menanggapi polemik desain Tugu Pesut tersebut.
"Ini jatuhnya kalau di bidang citra tata kota adalah landmark atau penanda. Fungsinya juga untuk estetika kota."
"Tapi kalau bicara soal estetika kota, sebenarnya tidak ada patokannya, hanya mengikuti esensi si pembuat yang disesuaikan dengan karakteristik kota atau budayanya," ujar Farid.
Menurut Farid, desain serupa sudah lazim di kota besar, seperti Denpasar, meskipun selera seni tidak bisa diukur hanya dengan anggaran.
"Namun ini kembali lagi ke selera seni yang tidak bisa dinilai dengan uang, tapi orang yang paham tentang seni pasti paham," sebutnya.
Farid menilai, langkah memperkenalkan Tugu Pesut sebagai landmark baru di Samarinda adalah hal yang positif.
"Kalau kacamata pengamat tata kota, ya itu menjadi sesuatu yang baik saja. Artinya, dari Pemkot punya niatan untuk menaruh suatu landmark di suatu kawasan," katanya.
Baca juga: Bakar Motor Guru Gegara Tak Suka Ucapan saat Upacara, Pemuda Hunuskan Pedang, Pipi Korban Diiris
Keberadaan tugu ini dinilai berhasil menarik perhatian publik, meski tanggapan masyarakat beragam.
"Kalau sekarang tugu itu jadi perhatian orang ya sesuai tujuannya sebagai landmark yang berhasil, karena berhasil mendapat perhatian."
"Sentimentalitasnya, positif atau negatif, itu kembali lagi ke selera masing-masing. Belum tentu pendapat masyarakat yang terdengar di publik menjadi anggapan yang diterima semua masyarakat," tuturnya.
Farid melihat hal ini sebagai proses pembelajaran seni kota bagi masyarakat.
"Masyarakat kita mungkin masih belum bisa menerima, bisa jadi literatur terhadap seni di kota kita masih terbatas, sehingga wajar belum paham, tapi bisa menjadi pelajaran juga," tambahnya.
Farid berharap, masyarakat lebih memahami seni kota dan mendorong partisipasi publik dalam desain kota di masa depan, seperti sayembara logo yang dilakukan di beberapa daerah.
"Misal masyarakat bisa diajak untuk berpartisipasi dalam pemilihan desain di Taman A, Taman B, dan lain-lain," ujar Farid.
Ia juga menyarankan Pemkot melibatkan asosiasi arsitek dalam desain kota.
"Pasti mereka juga punya beribu ide," pungkasnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Briptu Donna Emosi Pecahkan Kaca Truk Curiga Angkut BBM Ilegal, Ternyata Sopir Bawa Semangka |
![]() |
---|
Nasib Aiptu Rajamuddin usai Anaknya Bolos dan Pukul Wakil Kepala Sekolah, Akui Sempat Melerai |
![]() |
---|
Nasib Polisi setelah Anaknya Pukuli Wakil Kepsek di Sekolah usai Emosi Dihukum Karena Bolos |
![]() |
---|
Tempat Gadai Diduga Punya Syarat Harus Ngamar Bareng Karyawan, Polisi Turun Tangan: Pribadi |
![]() |
---|
Cara Curang Pegawai Bank BUMN Tilap Uang Rp2 M Terungkap Lewat Audit BPKP, Manfaatkan Kredit KMK |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.