Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Sekolah Didenda Rp 80 Ribu Tiap Hilangkan 1 Wadah Makan Bergizi Gratis, Pemerintah: Pakai Seterusnya

Jika hilangkan wadah makan bergizi gratis yang disebut ompreng itu, sekolah harus bayar Rp 80 ribu per buah.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
Tribunnews/Mario Christian Sumampow
Sekolah Didenda Rp 80 Ribu Tiap Hilangkan 1 Wadah Makan Bergizi Gratis, Pemerintah: Pakai Seterusnya 

TRIBUNJATIM.COM - Ada denda jika sekolah hilangkan wadah Makan Bergizi Gratis (MBG).

Jika hilangkan wadah yang disebut ompreng itu, sekolah harus bayar Rp 80 ribu per buah.

Aturan ini diberlakukan di Magelang, Jawa Tengah.

Denda tersebut merupakan hasil kesepakatan antara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi Kota Magelang dengan para penerima program.

Diketahui, program MBG di Magelang telah dilaksanakan sejak 6 Januari 2025, dengan jumlah penerima mencapai 2.629 siswa di 16 sekolah.

Sejak Senin (20/1/2025), jumlah penerima bertambah sebanyak 316 siswa dari lima sekolah tambahan.

Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi Kota Magelang, M Rauuf Oktavian Nur, menjelaskan bahwa sebelum makanan disalurkan, telah ada kesepakatan dengan pihak sekolah penerima.

"Apabila ompreng hilang, sekolah menanggung denda Rp 80.000 per ompreng yang hilang. Tujuannya agar kita semua menjaga barang punya negara ini. Biar bisa dipakai seterusnya," ujarnya di kantornya, melansir dari Kompas.com.

Rauuf juga menyampaikan bahwa sejak MBG beroperasi, jumlah ompreng yang kembali ke dapur selalu lengkap.

Baca juga: Pengusaha Katering Rugi Rp 3 Juta karena Pesanan Makan Bergizi Gratis Fiktif, Sudah Siap 80 Persen

Mengenai sisa makanan yang dihasilkan setelah dikonsumsi siswa, dia menyebutkan bahwa sampah makanan yang dihasilkan relatif sedikit.

"Food waste ini paling satu kresek kecil. Nggak sampai 1 kilogram dari 16 sekolah," ucapnya.

Dia mengungkapkan bahwa sampah makanan yang paling banyak dihasilkan termasuk dalam kategori food loss, seperti bekas potongan sayur atau buah, yang terjadi pada tahap produksi dan tidak sampai dikonsumsi.

Rauuf menambahkan bahwa pihaknya telah meminta sekolah untuk mengedukasi siswa agar menghabiskan makanan yang disajikan.

Namun, Rauuf mengakui adanya kasus di mana siswa memberikan lauknya kepada teman-teman mereka karena alasan tertentu.

"Memang butuh waktu mengajarkan anak-anak untuk menyesuaikan dengan makanan bergizi karena mereka terbiasa dengan makanan ultra-processed food, instan," pungkasnya.

Baca juga: Program Jalan Hampir 2 Pekan, ini Penjelasan Istana Soal Evaluasi Pelaksanaan Makan Bergizi Gratis

Di sisi lain, program MBG di Kota Yogyakarta hingga saat ini belum terealisasi, meskipun sudah ada implementasi di daerah lain seperti Kabupaten Sleman.

Hal ini memicu keluhan dari siswa-siswi, salah satunya datang dari siswa-siswi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Yogyakarta.

Siska Rahmadani, seorang siswi di SMK N 4 Yogyakarta, mengungkapkan rasa iri karena teman-temannya di Sleman sudah mendapatkan manfaat dari program ini.

"Iya (iri) kita sudah nunggu, teman-teman sudah ada yang dapat. Adik saya juga sudah dapat, adik SD di Sleman sudah dapat," ujarnya saat ditemui di sekolah, Senin (20/1/2025).

Siska berharap program MBG dapat membantunya mengatasi rasa lapar saat sekolah hingga sore hari, mengingat uang sakunya yang terbatas.

"Praktiknya kan sampai sore juga, bisa untuk mengganjal biar gak lapar," tambahnya.

Siswa lainnya, Arga Fikri Yulianto, juga menyampaikan harapannya agar program MBG segera diterapkan di Yogyakarta.

"Uang jajannya bisa digunakan untuk yang lain," kata Arga.

Sebagai siswa di jurusan tata boga, Arga berharap menu MBG bervariasi.

"Menunya kalau bisa bervariatif. Gak cuma goreng-goreng, kalau bisa ada kuah-kuahnya," jelasnya.

Dia juga menginginkan agar program MBG dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah dengan jurusan tata boga, sehingga bisa membantu siswa dalam praktik.

"Iya bisa sekalian untuk praktik," imbuhnya.

Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK N 4 Yogyakarta, Widiatmoko Herbimo, menjelaskan bahwa sekolahnya sebenarnya ditunjuk sebagai pilot project MBG di Kota Yogyakarta.

Namun, hingga saat ini belum ada informasi lebih lanjut mengenai pelaksanaan program tersebut.

"Kemarin dari pihak gizi yang baru ke sini, kemudian minta data siswa, alamat, tinggi badan, berat badan, obesitas atau tidak, dan alergi makanan," ungkapnya.

Baca juga: Aufal Siswa SD di Madura Malah Nangis Dapat Makan Siang Gratis, Panitia Heran: Nanti Dibungkus

Widiatmoko menambahkan, total siswa di SMK N 4 Yogyakarta mencapai 1.900, tetapi saat ini ratusan siswa sedang menjalani praktik kerja lapangan (PKL), sehingga data yang dikumpulkan hanya untuk 1.200 siswa.

"Katanya 1.200 siswa itu akan terus menerus hingga akhir tahun (MBG)," katanya.

Ia juga menyatakan bahwa detail pelaksanaan MBG di SMKN 4 Yogyakarta masih belum jelas.

"Siswa kami kan banyak, belum tahu dari pihak sananya. Semua dari sana (biaya), pelaksana menargetkan 3.000, dapur ada di Sorosutan terdekat kan sekolah kami. Makanya sekolah kami jadi pilot project," ucapnya.

Sebelumnya, tawaran pelaksanaan MBG di SMK N 4 Yogyakarta sempat akan ditolak karena khawatir program ini akan mengurangi penjualan produk kuliner yang dihasilkan siswa.

"Terus terang kami BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) takutnya kalau siswa sudah makan jualan kami berkurang padahal ada target," kata Widiatmoko.

Namun, setelah diminta oleh pihak Dinas Pendidikan untuk menerima program tersebut, akhirnya mereka setuju.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved