Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Imlek 2025

Awal Mula Anggapan Tahun Baru Imlek Identik dengan Hujan yang Bawa Berkah dan Rezeki

Perayaan Tahun Baru Imlek kerap dikaitkan dengan hujan. Namun darimana anggapan itu bermula?

TribunJatim.com/Ipunk Purwanto
Umat membersihkan rupang atau patung Dewa usai melakukan sembahyang Song Shen di Kelenteng Eng An Kiong, Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (23/1/2025). Perayaan Imlek kerap kali dianggap identik dengan hujan. Ternyata ada penjelasan ilmiah dan unsur budaya yang menjadi latar belakang fenomena tersebut. 

TRIBUNJATIM.COM - Perayaan Tahun Baru Imlek kerap dikaitkan dengan hujan.

Namun darimana anggapan itu bermula?

Ternyata ada penjelasan ilmiah dan unsur budaya yang menjadi latar belakang fenomena tersebut.

Dikutip dari kompas.tv, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Rabu (29/1/2025) menegaskan perayaan Imlek yang jatuh pada akhir Januari hingga awal Februari memang bertepatan dengan puncak musim hujan di Indonesia.

Pada periode ini, curah hujan tercatat cukup tinggi di berbagai wilayah.

Faktor meteorologis lain yang berpengaruh adalah hembusan angin muson timur laut di kawasan Laut Cina Selatan.

Berdasarkan data The Strait Times, angin ini menyebabkan penurunan suhu harian selama periode Tahun Baru Imlek, dengan kisaran 22 hingga 30 derajat Celsius.

Baca juga: 15 Link Twibbon Imlek 2025, Lengkap dengan Ucapan Selamat Imlek Bahasa Mandarin, Inggris, Indonesia

Berawal dari Tani

Di sisi lain, masyarakat Tionghoa memiliki kepercayaan tersendiri tentang hujan saat Imlek.

Kartika Ajeng Dewanty dalam penelitiannya tahun 2017 berjudul "Fungsi Budaya Cap Go Meh sebagai Tradisi Masyarakat Tionghoa Perspektif Antropologi Sastra" mengungkapkan adanya mitos di kalangan penganut Kong Hu Cu.

Menurut kepercayaan ini, hujan yang turun sebelum perayaan Cap Go Meh diyakini membawa berkah dan rezeki.

Tradisi agraris juga memiliki pengaruh signifikan dalam kaitan antara Imlek dan hujan.

Menurut catatan Asia for Educator, masyarakat Tionghoa tradisional yang bergantung pada pertanian menggunakan kalender lunar sebagai panduan bercocok tanam.

TOLERANSI DALAM IMLEK - Warga Kampung Tambak Bayan Surabaya merayakan Imlek dengan menggelar pertunjukan barongsai yang berjalan semarak, Rabu (29/1/2025). Pertunjukan juga dirangkai dengan penampilan jaranan rea reo yang menjadi wujud toleransi dan gotong royong.
TOLERANSI DALAM IMLEK - Warga Kampung Tambak Bayan Surabaya merayakan Imlek dengan menggelar pertunjukan barongsai yang berjalan semarak, Rabu (29/1/2025). Pertunjukan juga dirangkai dengan penampilan jaranan rea reo yang menjadi wujud toleransi dan gotong royong. (Tribun Jatim Network/Bobby Constantine)

Kalender ini, yang juga menentukan waktu perayaan Imlek, umumnya bertepatan dengan awal musim hujan.

"Masyarakat Tionghoa pada masa lalu sangat bergantung pada siklus pertanian untuk kehidupan mereka. Mereka tinggal di daerah pedesaan dan hidup dari hasil pertanian," demikian kutipan laporan Asia for Educator.

Halaman
12
Sumber: Kompas TV
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved