Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Ibu-ibu Resah Sanggar Jaipong Mengganggu Setiap Malam, Banyak Pria Beri Saweran, Hanya Libur 1 Hari

Sanggar Jaipong yang meresahkan itu berada di Desa Karangmulya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
Laman kemlu.go.id
Ilustrasi tari Jaipong. Foto diunggah Kompas.com pada tahun 2021. 

TRIBUNJATIM.COM - Keberadaan sebuah sanggar Jaipong membuat ibu-ibu resah.

Sanggar Jaipong yang meresahkan itu berada di Desa Karangmulya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Pemerintah setempat pun angkat bicara soal masalah ini.

Pemilik sanggar pun juga dihubungi.

Pada Minggu (26/1/2025), belasan emak-emak Kampung Leuweung Kaung, Desa Mekarmulya, menggeruduk sanggar Jaipong tersebut.

Dalam video yang viral di media sosial, warga meminta aktivitas pentas Jaipong dihentikan karena dinilai mengganggu warga setiap malam.

Terlebih lagi, diduga banyak laki-laki yang melakukan saweran.

Sekretaris Desa Mekarmulya, Yusup Tonjiri, membenarkan soal keluhan warga.

"Sebelumnya memang banyak warga yang mengeluhkan," kata Yusup saat dikonfirmasi, Selasa (27/1/2025), melansir dari Kompas.com.

"Memang lokasinya itu dekat dengan permukiman warga kami, tetapi itu berada di luar desa," tuturnya.

Baca juga: Ribuan Siswa dari SD hingga SMA Antusiasi Ikut Seleksi Penari Festival Gandrung Sewu Banyuwangi

Yusup mengatakan, pihak desa sudah melayangkan penolakan terhadap aktivitas Jaipong yang dinilai cukup mengganggu masyarakat tersebut. Sebab, kegiatan itu berlangsung setiap malam dan liburnya hanya saat malam Jumat.

Saat ini, Pemerintah Kecamatan Telukjambe Barat telah merespons aktivitas panggung hiburan yang dinilai cukup meresahkan masyarakat Mekarmulya itu.

Pemilik sanggar telah diminta untuk menutup lokasi tersebut.

Sementara itu, sebelumnya media sosial dihebohkan dengan detik-detik pria mendadak ambruk di panggung.

Pria itu diketahui baru akan menyawer biduan.

Namun urung terjadi karena si pria mendadak pingsan.

Peristiwa menghebohkan tersebut terjadi di Desa Patenteng, Modung, Bangkalan.

Baca juga: Pertunjukan Keren Desa Yosomulyo di Banyuwangi, Gelar Atraksi Kolosal Seribu Penari

Dalam video yang viral di media sosial, terlihat beberapa orang membopong korban turun dari panggung.

Terdengar pembawa acara meminta doa dari penonton untuk kesembuhan korban.

"Mari kita doakan agar beliau diberikan kesembuhan," ucapnya, dikutip dari Serambinews, Kamis (27/6/2024).

Kejadian ini terekam dalam dua video yang beredar di grup-grup WhatsApp pada Selasa, 25 Juni 2024.

Dalam video berdurasi 26 detik, terlihat sejumlah warga menggotong tubuh MR dari panggung.

Terdengar suara yang mengatakan, "Mateh kanak, mateh kanak, mateh gellek se a joger" (Mati, mati, mati tadi yang berjoget).

Dalam video lain berdurasi 49 detik, selain proses menurunkan tubuh MR, terdengar pula suara MC yang mengajak penonton berdoa,

"Kita semua sama-sama berdoa, sama-sama memohon doa restu mudah-mudahan oleh Allah diberikan yang terbaik. Mudah-mudahan oleh Allah diberikan yang betul-betul kesembuhan yang sangat total, capek mungkin, mudah-mudahan cepat sembuh."

Kapolsek Modung, Iptu Suyanto, mengonfirmasi acara dangdutan tersebut berlokasi di Desa Patengteng.

MR yang ber-KTP Padang Aro, Desa Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat, belum sempat nyawer sebelum pingsan.

"Belum sempat nyawer, masih tukar uang kemudian pingsan. Ditolong masyarakat dari atas panggung. Setelah dibawa turun dari panggung, ia dibawa ke rumah sakit, tetapi saat masuk mobil sudah meninggal," ungkap Suyanto.

Suyanto menjelaskan MR datang ke Madura untuk berobat karena memiliki riwayat penyakit jantung.

Ia juga menunggu istrinya yang masih mengurus proses sekolah anak mereka.

"Tadi malam saya sudah bertemu dengan kepala desa, saya konfirmasi bahwa korban ada penyakit lemah jantung. Setelah sampai sini ada hiburan orkes, kemudian mau bersenang-senang, nyawer. Tetapi belum sempat nyawer, ia pingsan dan meninggal," pungkas Suyanto.

Kasus Lain

Puluhan warga geruduk balai Desa Badegan Ponorogo, Selasa (14/1/2025).

Mereka ke balai desa yang berlokasi di Jalan Raya Ponorogo-Wonogiri dengan berjalan kaki dan membawa sejumlah poster.

Poster tersebut bertuliskan bermacam. Seperti “Usut tuntas oknum penyalahgunaan PTSL 2023 di Dukuh Kroyo Badegan”, “Kami Menuntut Kepala Desa Untuk Memberhentikan Sementara Sesuai Perbup No 76 tahun 2024 Pasal 58”

“Dasare ra duwe isin betah isin (Memamg tidak punya malu tahan malu)”, “Muelekk kakean drama (Berbelit-belit kebanyakan drama), “Tampilannya bersih tingkahnya kotor”, “Rai gedek (tidak tahu malu)”.

Warga geruduk balai desa menuntut kepala dusun (Kasun) Kroyo berinisial WW dipecat. Ini merupakan buntut dugaan WW melakukan pungutan liar (pungli) terhadap proses pembuatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).

“Karena kami sudah bosan diberi janji, sudah tujuh bulan. Tetapi dia (Kasun WW) tidak segera diberhentikan (dipecat),” ungkap koordinator aksi, Kiki Winarno, Selasa (14/1/2025).

Baca juga: Aksi Pria Hidung Belang Beri Saweran Pakai Mulut ke Penari Bali Dihujat, Berakhir Malu Disuruh Turun

Dia menjelaskan kasun berinisial WW itu terindikasi terlibat pungli PTSL.

Kiki mengaku bahwa pungli tidak banyak, tetapi prosesnya yang akhirnya menarik pungli itu yang diprotes.

“Tuntutan warga itu, permintaan maaf dan teguran tertulis yang penting itu mundur. Tuntutannya pemberhentian kasun, sesuai dengan perbup 76/2024,” tambahnya.

Kepala Desa Badegan, Didik Suyanto mengatakan bahwa warga ke kantornya untuk menuntut salah satu perangkat desanya untuk diberhentikan.

“Kami pegang peraturan desa untuk langkah selanjutnya. Pemberhentian masih proses pasal pasal mana yang diberlakukan,” pungkasnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved