Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Rugi Rp 1 Miliar, Pelaku UMKM Laporkan Paguyuban yang Janjikan Program MBG, Minta Tolong Prabowo

Mereka melaporkan penipuan yang mengatasnamakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan bahkan mencatut nama Sekretaris Kabinet (Seskab) Mayor Teddy.

Editor: Torik Aqua
Kolase tribunpriangan.com / Ai Sani Nuraini dan KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati
KORBAN MELAPOR - (kanan) Ilustrasi makan bergizi gratis dan (kiri) sejumlah warga pelaku UMKM di Ciamis mendatangi Polres Ciamis untuk melaporkan dugaan tindak penipuan yang dilakukan oleh Paguyuban Jakwir terkait program Makan Bergizi Gratis, Sabtu (1/2/2025). 

Apalagi, Moena bersama ibunya telah membangun dapur umum yang dijanjikan untuk program MBG sesuai dengan arahan paguyuban itu dengan biaya hingga Rp 800 juta.

Bukannya jadi suplier MBG sesuai janji paguyuban, dapur umumnya malah tidak berfungsi.

"Awalnya ini hanya kebun. Dari kebun kita garap dan percepat pembangunan, ini pakai modal yang tidak ada juga diadakan. Kurang lebih di angka Rp 800 juta, termasuk uang yang sudah masuk ke sana sekitar Rp 8,5 juta saat awal Desember lalu," jelas Moena saat menunjukkan dapur umumnya yang selesai dibangun sesuai arahan para oknum paguyuban di Jalan Mangin, Kota Tasikmalaya, Kamis (30/1/2025).

Baca juga: Pasutri Berhenti Jadi Relawan Makan Siang Gratis karena Gaji Tak Jelas, Tiap Hari Kerja Jam 1 Pagi

Modus paguyuban itu, kata Moena, merayu para korban, yakni pelaku UMKM olahan makanan, untuk menyetor sejumlah uang dan dijanjikan bisa menjadi suplier MBG.

Mereka pun meminta pelaku UMKM untuk masuk ke paguyuban dengan janji manis bahwa mereka akan mudah menjadi suplier MBG.

"Saat cari-cari informasi, ternyata paguyuban ini penipuan. Kami ada 35 orang yang tertipu oleh paguyuban ini di Tasikmalaya," ujar dia.

Moena pun sempat mencari informasi tentang biaya sertifikasi halal makanan ke lembaga resmi dan hanya dipatok Rp 700 ribu.

Sedangkan mereka membebankan biaya itu ke para korban per sertifikat hingga Rp 3,5 juta.

"Sudah ramai begini dan terbongkar kedoknya, mereka oknum paguyuban itu hilang dan susah dihubungi. Makanya, kami akan lapor polisi lagi," ujar dia.

Baca juga: Gibran Anak SD Ogah Santap Makan Siang Gratis karena Sudah Makan Nasi Goreng, BGN: Bukan karena Menu

Moena menambahkan, saat acara sosialisasi di Jalan Pertanian, Kota Tasikmalaya, para pelaku langsung meminta para korban untuk membayar Rp 8,5 juta di awal supaya bisa menjadi suplier MBG.

Saat itu, rekan-rekan lainnya pun sama membayar meski sempat ditanyakan tentang kartu tanda anggota paguyuban yang mengaku utusan Prabowo Subianto tersebut.

"Sebetulnya di sana sudah janggal, karena orang di acara halal itu tidak menyebutkan kartu anggota. Saya juga kaget, baru pertama langsung main uang saja. Kita bayar dan ikut sekitar Rp 8,5 juta, dan saya buka dua dapur bersama ibu saya," kata Moena.

Kemudian, pada pertengahan Desember 2024, sempat mau diadakan acara bimbingan teknis (Bintek) oleh paguyuban itu dan diminta uang lagi hingga total Rp 11 juta per orang.

Namun, mereka malah memaksa untuk membayar dulu, dan sampai saat ini acara Bintek tersebut tidak terlaksana.

"Yang Bintek kemarin diminta uang lagi, karena memang kenyataannya sampai sekarang belum. Alasan mereka banyak. Uang Bintek tetap ditagih dan harus dibayar dulu baru Bintek berlangsung, jadi semuanya uang. Tapi tidak ada," tambah Moena

Kasus Lain

Sementara itu, pasangan suami istri di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur yang menjadi relawan makan siang gratis berhenti kerja karena gaji tak jelas.

Pasutri tersebut adalah Moh Farid (56) dan Asia Wulandari (48), warga Desa Pandian, Kecamatan Kota, yang sehari-hari menjalankan usaha warung nasi.

Farid awalnya bertugas di bagian pemorsian, sementara istrinya, yang akrab disapa Wulan, ditugaskan di bagian penyayuran.

Farid menjelaskan bahwa relawan di bagian penyayuran bekerja sejak pukul 01.00 WIB hingga selesai, memasak sayur bersama relawan lain yang bertugas memasak nasi.

Sementara itu, relawan di bagian pemorsian mulai bekerja sejak pukul 04.00 WIB hingga semua menu selesai dimasak.

Keduanya memutuskan untuk mengundurkan diri setelah dipindahtugaskan ke bagian lain.

Baca juga: Muncul Usulan Modifikasi Makan Bergizi Gratis Selama Ramadan untuk Sekolah di Surabaya: Fleksibel

Farid ditugaskan sebagai sekuriti dapur, sedangkan Wulan dipindah ke bagian pemorsian.

Farid mengungkapkan bahwa istrinya memilih mundur karena jam kerja di dapur makan bergizi gratis bersamaan dengan jadwal buka warung nasi mereka yang telah dirintis selama 13 tahun.

Farid juga merasa tidak nyaman karena harus bekerja sendirian sebagai sekuriti.

Alasan lain di balik pengunduran diri mereka adalah tidak adanya kepastian mengenai gaji yang akan diterima selama bekerja di dapur makan bergizi gratis.

Farid mengungkapkan bahwa sejak mengikuti pelatihan di Kodim 0827 Sumenep pada September 2024, tidak ada dokumen yang ditandatangani terkait besaran gaji.

"Tidak ada sama sekali hitam di atas putih, Mas," kata Farid saat ditemui di rumahnya, Kamis (30/1/2025), melansir dari Kompas.com.

Baca juga: Uji Coba Makan Bergizi Gratis di Trenggalek, Siswa Bawa Alat Makan dari Rumah, Mas Ipin: Ramah

Farid juga sempat menanyakan kepada Kepala Satuan Pemenuhan Gizi Gratis (SPPG), Mohammad Kholilur Rahman, mengenai kepastian gaji saat berkunjung ke rumahnya pada 11 Januari 2025.

Namun, dia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Farid hanya mengetahui bahwa nominal gaji relawan yang bertugas di malam dan siang hari berbeda.

Hingga pengunduran diri mereka, Farid tetap tidak tahu berapa gaji yang akan diterima.

"Relawan yang mengundurkan diri terjadi antara dua pekan setelah program Makan Bergizi Gratis (MBG) dimulai pada tanggal 13 Januari 2025 lalu, tapi sudah ada penggantinya," ujar Kholilur Rahman kepada Kompas.com, Jumat (31/1/2025).

Saat ditanya mengenai tidak adanya kepastian gaji bagi relawan, Kholilur Rahman menyatakan bahwa semua kewenangan terkait hal itu berada di tangan Kodim 0827 Sumenep.

Ia menjelaskan bahwa seluruh proses rekrutmen dilaksanakan oleh Kodim 0827 Sumenep.

"Saya hanya diperkenalkan dengan mereka (relawan), lalu menjalani program sesuai arahan Badan Gizi Nasional (BGN)," pungkasnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved