Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Viral Internasional

Awal Mula 100 Wanita Dijadikan Budak Sel Telur di Georgia, Diperlakukan Bak Hewan Ternak: Kami Takut

Ratusan wanita dijadikan budak sel telur oleh gangster China di Georgia. Mereka mengaku diperlakukan bak hewan ternak.

Editor: Olga Mardianita
Thai PBS Wolrd
BUDAK SEL TELUR: Tiga wanita asal Thailand menceritakan perbudakan di Georgia yang melibatkan ratusan wanita lainnya. Mereka diperlakukan bak hewan ternak dan diambil sel telurnya sebulan sekali tanpa kompensasi. 

TRIBUNJATIM.COM - Ratusan wanita Thailand dijadikan budak sel telur oleh gangster China di Gerogia.

Tiga korban yang berasal dari Thailand pun membongkar sindikat ini.

Selama disekap, mereka diperlakukan bak hewan ternak.

Sel telur mereka diangkat sebulan sekali tanpa ada kompensasi.

Hal ini lantas menjadi sorotan publik hingga viral di media sosial.

Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunJatim.com

Baca juga: BREAKING NEWS : Perampokan di Perumahan Gresik, Lansia Disekap di Kamar Mandi, Barang Berharga Raib

Tiga wanita asal Thailand mengungkap praktik perbudakan oleh gangster China di Georgia.

Pada akhir Januari 2025, tiga korban itu mengaku telah dieksploitasi sebagai budak sel telur selama setengah tahun.

Setidaknya ada 100 wanita yang menjadi budak sel telur manusia di Georgia dan diperlakukan seperti hewan ternak.

Dikutip dari Daily Mail, hal ini bermula saat ketiganya terpikat tawaran pekerjaan di Facebook yang menjanjikan bayaran antara 11.500 hingga 17.000 euro sebagai ibu pengganti bagi pasangan di Georgia yang tak bisa memiliki anak.

Pada Agustus 2024, mereka berangkat ke Georgia bersama 10 wanita Thailand lainnya.

Biaya perjalanan serta pengajuan paspor ditanggung oleh organisasi yang menawarkan pekerjaan itu.

Baca juga: Budak Judi Online Tega Bunuh Majikan saat Kepergok Curi Emas, Korban Merugi Rp 15 Juta

Mereka ditemani seorang wanita yang merupakan karyawanan dari organisasi tersebut.

Tetapi, saat tiba di Georgia, mereka ditempatkan di rumah besar bersama sekitar 100 wanita lainnya.

Ternyata, tawaran pekerjaan di Facebook sebagai ibu pengganti, hanyalah kedok untuk menutupi praktik perbudakan sel telur.

"Mereka membawa kami ke sebuah rumah yang dihuni kebanyakan wanita Thailand."

"Mereka memberi tahu kami, tidak ada kontrak ibu pengganti atau orang tua," kata seorang korban, dilansir Reuters.

Di tempat itu, para wanita dipompa menggunakan hormon untuk merangsang indung telur mereka.

Mereka kemudian dipaksa mengangkat sel telur selama satu bulan sekali.

Salah satu korban mengatakan, mereka diperlakukan seperti hewan ternak dan "beberapa wanita bahkan tidak menerima kompensasi apapun atas sel telur mereka yang diambil."

"Setelah kami mendapatkan informasi ini, kami menjadi takut. Kami mencoba menghubungi orang-orang di rumah," ujar korban yang lain.

Tetapi, jika ingin keluar dari tempat itu, para wanita diwajibkan membayar biaya 2.000 euro untuk pemilik bisnis.

Diketahui, telur-telur yang dikumpulkan dari para korban, telah dijual dan diperdagangkan ke negara lain untuk digunakan dalam fertilisasi in-vitro (IVF), kata pendiri yayasan Thailand untuk anak-anak dan wanita, Pavena Hongsakula, yang mendampingi korban.

Yayasan Pavena bekerja sama dengan Interpol dan behasil membebaskan tiga wanita Thailand yang menjadi korban, setelah membayar uang tebusan.

Tidak diketahui berapa banyak wanita yang masih ditahan di 'peternakan manusia'.

Baca juga: Kisah Pilu Orangutan Dijadikan Budak Seks Disorot, Ashanty Murka Lihat Kondisi Pony: Manusia Biadab

Pihak berwenang Thailand dan Interpol telah meluncurkan penyelidikan, sementara kepolisian Thailand mengatakan kemungkinan ada penyelamatan lain seiring perkembangan kasus ini.

Penyekapan juga dialami oleh Agung Hariyadi.

Dia sempat dijanjikan pekerjaan dengan penghasilan Rp20 juta per bulan di Myanmar. 

Warga Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau ini mengaku dijebak dan dijual untuk bekerja paksa di Kamboja.

Viralnya pengakuan pria ini awalnya diketahui oleh para pengguna media sosial di Kepri sejak Rabu (25/12/2024) lalu.

Dalam video yang beredar, Agung mengaku kini berada di Phnom Penh, Kamboja.

Selain menyebut telah disekap selama beberapa hari, Agung juga tidak dapat berbuat banyak akibat paspor miliknya ditahan, dan wajib membayar denda apabila ingin kembali ke Indonesia.

Pengakuan Agung di media sosial ini kemudian dibenarkan oleh ibu kandung korban, Dessi, yang berhasil dihubungi pada Jumat (27/12/2025).

Dessi mengungkapkan bahwa sebelumnya anaknya berpamitan untuk bekerja di Malaysia.

Tidak hanya itu, Agung yang dijanjikan bekerja di perkebunan sawit ini juga dibantu untuk pengurusan dokumen keimigrasian dan dijanjikan bergaji Rp20 juta per bulan.

"Awalnya ditawari bekerja di Malaysia, di perkebunan sawit dengan gaji yang menjanjikan. Sebelum saya tahu dia di Kamboja, awalnya anak saya pamit ke Batam untuk mengurus paspor oleh pihak yang mengajak," jelasnya, melansir dari Kompas.com.

Setelah dari Batam, Agung masih berkomunikasi dengan keluarga saat perjalanan menuju Malaysia menggunakan kapal ferry.

Namun, saat di Malaysia, Agung menyebut bahwa dirinya diminta untuk melanjutkan perjalanan menuju Kamboja menggunakan jalur darat.

Baca juga: Dapat Janji Digaji Rp 9 Juta, 14 Orang ini Malah Terlantar di Negeri Orang, Kini Jadi Korban TPPO

Setelah tiba di Kamboja, Dessi menyebut masih dapat menghubungi anaknya hingga komunikasi terputus saat anaknya mengaku sudah tiba di daerah bernama Poipet.

"Sejak itu, selama beberapa hari kami keluarga sulit menghubungi Agung. Hingga akhirnya bisa berkomunikasi kembali dengan dia setelah dia akan dipindahkan ke daerah lain," jelasnya.

Terkait komunikasi ini, kepada keluarga, Agung menyebut saat ini berhasil melarikan diri setelah mobil yang ditumpanginya mengalami kecelakaan saat akan dipindahkan ke penampungan lain.

"Kemarin dia ngabarin mau dibawa setelah sempat viral, namun saat perjalanan ada kecelakaan dan anak saya berhasil lari. Alhamdulillah, anak saya sudah diselamatkan orang, sekarang dia ada di Phnom Penh," ujarnya.

Dessi berharap anaknya, Agung Hariyadi, bisa dibantu pemerintah untuk dipulangkan ke Indonesia.

Ia mengaku dirinya dan keluarga telah melaporkan kejadian yang menimpa anaknya ke berbagai instansi.

"Kami sudah lapor ke polisi. Alhamdulillah, direspon baik, BP3MI Kepri, di KBRI sudah. Semoga anakku bisa pulang ke Indonesia dengan baik dan selamat," harapnya.

Baca juga: Nasib Bangunan di Tengah Kawasan Hutan Madiun Kantor Kasus TPPO, Pemilik Rumah : Dulu Ramai para TKI

Terpisah, Kapolda Kepri, Irjen Yan Fitri Halimansyah, mengaku telah mengetahui perihal viralnya postingan Agung yang merupakan warga Kelurahan Senggarang.

Saat ini, pihaknya masih mendalami informasi tersebut.

Apabila postingan tersebut benar, maka Polda Kepri akan segera berkoordinasi dengan Mabes Polri.

"Kalau benar, permasalahan ini sudah menjadi permasalahan nasional, bukan di lokal lagi. Walaupun dia orang Tanjungpinang, tapi ini sudah hubungan antar negara. Nanti akan koordinasi dengan Divhubinter dan Bareskrim Polri," ujarnya

----- 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Berita Jatim dan berita viral lainnya.

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved