Hikmah Ramadan 2025
Merawat Kemabruran Puasa, Lebih Banyak Diam
Kalangan sufi ada yang pernah mengatakan, diam adalah keselamatan dan itulah yang esensial, sedangkan bicara adalah bukan esensial.
Abu Ali al-Daqqaq juga pernah berkomentar:
“Barangsiapa diam dari kebenaran, maka dia adalah setan bisu.”
Dalam situasi lain, seseorang yang diminta untuk bicara harus bicara, terutama jika pembicaraan itu mendatangkan maslahat dan mencegah mudharat.
Bisa dicontohkan, jika seorang hamba berbicara mengenai sesuatu yang dapat menolongnya dan sesuatu yang mesti dia bicara, maka hal itu masih dikategorikan sebagai diam.
Konon, Abu Hamzah al-Baghdadi adalah seorang yang bagus bicaranya, lalu terdengar suara memanggilnya:
“Engkau berbicara dan bicaramu bagus, sekarang tiggallah engkau diam sehingga engkau menjadi bagus. Setelah itu, ia tidak pernah lagi bicara hingga wafatnya. Terkadang sikap diam bagi seseorang merupakan suatu etika baginya, sebab dengan berbicara, justru ia merusak etikanya sendiri, atau dalam sebuah majelis tersebut terdapat seorang yang lebih patut berbicara, atau terdapat manusia dan jin yang tidak menjadi pendengar terhadap pembicaraan itu, dengan sikap diam seperti ini, maka Allah akan memeliharanya."
Sebagian ulama mengatakan:
“Manusia diciptakan dengan hanya satu lidah, dan dua mata dan dua telinga adalah agar ia melihat dan mendengar lebih banyak dari pada berbicara.” Allahu a’lam.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.