Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

UMKM Business Expo 2025

Mengenal Griya Kembang Ungu, Batik Tulis Custom di Surabaya, Unik Sesuai Personalisasi Karakter

Sebuah hobi mendesain batik untuk beberapa teman, menjadi langkah awal bagi Ary, membuka jalan kembangkan lini Griya Kembang Ungu

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM/HABIBUR ROHMAN
UMKM BUSINESS EXPO - Sejumlah UMKM dari berbagai kota di Jawa Timur yang meramaikan "UMKM Business Expo 2025" yang berlangsung di Trans Icon Mall Surabaya, Sabtu (14/2/2025). Kegiatan hasil kerjasama Tribun Jatim dan PT Venteny ini diisi berbagai kegiatan untuk UMKM yang diantaranya diskusi serta penghargaan untuk UMKM 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Nurika Anisa

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA- Sebuah hobi mendesain batik untuk beberapa teman, menjadi langkah awal bagi Ary, membuka jalan kembangkan lini Griya Kembang Ungu.

Usaha yang dirintis sejak 2023 itu menawarkan desain batik custom dengan kain-kain pengrajin lokal.

Berangkat dari hobi tersebut dan kebutuhan para teman-temannya yang ingin memiliki busana custom, unik, tidak banyak dimiliki orang dan tampil beda.

“Saya dulu anggota Jalasenastri, melihat dari pengalaman kami sewaktu mendampingi suami membutuhkan baju berbahan khas daerah. Waktu itu ada tugas mengumpulkan motif desain, saya dalami, kreasikan, dan padupadankan dan ternyata disambut pesanan beberapa temannya,” ucap Ari Dwi Kart dikonfirmasi Selasa (25/3/2025).

Baca juga: Ghila Usung Busana Edgy dari Koleksi Nocturne Edge, Tampil Stylish Bernuansa Monokrom

Desain-desain yang dibuat semula potongan daster, lalu ia tingkatkan pada kain batik sesuai dengan kebutuhan rekanan yang menginginkan penampilan busana beda dari lainnya.

Tak butuh waktu lama, melihat minat pasar yang berdatangan, Ari semakin memantabkan usahanya.

Hal itu dimulai saat berpindah ke Surabaya. Menjadi seorang ibu rumah tangga membuatnya ingin terus berkarya.

Ia mencari informasi terkait pengembangan UMKM, mulai dari kelurahan, kedinasan, maupun ruang pelatihan lainnya.

Berbeda dengan fesyen lainnya, UMKM ini mengangkat budaya lokal khas kedaerahan.

Desainnya dibuat secara personal mengikuti karakter pemesan. Sehingga tampilannya unik dan ekslusif, berbeda satu sama lain.

“Kami membuat batik yang unik, khusus bagi pribadi yang personal ingin tampil sesuai karakter dan tampil beda,” ujarnya.

Ia membuat desain busana yang terbatas. Hal ini lantaran semua busana masih buatan tangan.

Ciri khas kain tenun, juga dinilai memiliki tantangan tersendiri sebab pola kain bolak balik dan rapi membutuhkan tindakan khusus.

Meski demikian, Ari mengaku kini usahanya mengalami peningkatan. Diawal hanya lima potongan busana. 

Seiring berjalannya waktu, kuantitas bertambah hingga 15 desain dan aktif mengikuti seminar, pelatihan maupun pameran.

Baca juga: Semarak Modest Fashion di Surabaya, Mufway Tampilkan Puluhan Koleksi Busana Sambut Lebaran 2025

“Yang tadinya saya sibuk dengan segala kegiatan, tiba-tiba 100 persen menjadi ibu rumah tangga. Dari situ saya ikut pelatihan, kemudian harus tahu marketing, digital marketing, 2025 saya punya tim,” ujarnya.

Ia memimpikan lini bisnisnya berkembang dengan menjadi brand besar dan dikenal banyak kalangan di nusantara maupun global.

Meski lulusan Sarjana Pertanian dan perbankan, Ary mengaku perlu belajar lebih banyak dengan serius terkait industri fesyen.

Untuk mematangkan konsepnya dengan permintaan pelanggan, ia terus belajar dan mendalami materi dari beberapa inkubasi UMKM.

“Saya tidak punya basic, dulu saya enggak ngerti kalau misal busana ini harus ada furing. Saya tanya, saya belajar, saya pengen tahu,” ujarnya.

Kini ia dibantu empat orang ibu-ibu dan satu orang dari generasi Z yang membantu mewarnai batik.

Pemilihan bahannya tidak terbatas. Namun tetap pada garis batik etnik nusantara seperti Kalimantan, Papua, maupun Surabaya.

Karyanya kini mengisi outlet mitra Dekranasda Juanda, Griya Karya Jalastrenasti Jakarta, dan Siola Surabaya.

“Pernah dibawa ke Belanda, Australia, Malaysia, dan banyak permintaan dari Papua. Semua saya buat by hand karena saya belum besar,” ujarnya.

Kini, Ary bertekad mengembangkan bisnisnya. Salah satunya dengan menggandeng pengrajin lokal Jawa Timur, untuk membantu proses batik.

Proses batik itu bisa dilakukan di bahan dasar tenun. Tenun yang memiliki tekstur lebih tebal, dinilai memakan waktu lebih lama dibanding membatik di bahan dasar pda umumnya.

Tak hanya itu, informasi terkait pasar luar negeri juga ditampung untuk bahan persiapannya mempersiapkan ekspor.

“Kami ingin mempelajari standart ekspor, update bagaimana kualitas kita bisa lebih unggul dari yang lain,” tekadnya.

Beberapa potongan yang dihadirkan seperti jaket, atasan, outer, maupun daster. Dalam setiap prosesnya, ia juga mengarah pada go green.

Recycle diambil dari bahan sisa yang dijadikan barang bernilai ekonomis. Reuse dari bahan malam organik untuk membantik dan reduce diaplikasikan pada pewarna sintetis colek.

“Saya bukan industri tapi ibu rumah tangga yang mengolah, bagaimana limbah kain bisa lebih dinetralkan sebelum masuk ke saluran air. Masih diupayakan, pengennya 2026 juga bisa gaji teman bukan upah, mendapat mitra luar negeri, dan go green,” pungkasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved