Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

2 Mitos Tradisi Penyapu Koin di Jembatan Sewo, Ini Penyebab Pengedara Kendaraan Melempar Uang Receh

Salah satu penyapu di Jembatan Sewo menyebut ada dua mitos yang menyebabkan pengedara kendaraan melempar uang receh.

YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL/ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
PENYAPU KOIN - (Kiri) Para penyapu koin di jalan Pantura, Indramayu. (Kanan) Warga menunggu pengendara motor memberi sedekah dengan melempar uang di Jembatan Sewo, Jalur Pantura Sukra, Indramayu, Jawa Barat pada Sabtu (9/6/2018). Terungkap mitos di balik tradisi menyapu koin di Jembatan Sewo. 

"Jika melalui Kali Sewo, kesaktiannya punah," terang Agus.

Ada pun kini, dia mengungkapkan, orang-orang Indramayu yang baik dan pulang merantau akan memberikan sebagian rezeki pada penduduk penjaga perbatasan.

"Tradisi itu agaknya telah lama mungkin dikaitkan dengan awal berdirinya Indramayu, tapi orang-orang yang ramai berderet itu baru belakangan saja," tuturnya.

Ia menjelaskan, orang-orang akan berjejer di Jembatan Sewo di hari-hari yang dianggap baik untuk bersedekah.

"Seperti pada Kamis malam Jumat, hari Jumat, bulan Ramadan, dan lain-lain," ujarnya.

PENYAPU KOIN - (Kiri) Para penyapu koin di jalan Pantura, Indramayu. (Kanan) Warga menunggu pengendara motor memberi sedekah dengan melempar uang di Jembatan Sewo, Jalur Pantura Sukra, Indramayu, Jawa Barat pada Sabtu (9/6/2018).
PENYAPU KOIN - (Kiri) Para penyapu koin di jalan Pantura, Indramayu. (Kanan) Warga menunggu pengendara motor memberi sedekah dengan melempar uang di Jembatan Sewo, Jalur Pantura Sukra, Indramayu, Jawa Barat pada Sabtu (9/6/2018). (YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL/ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)

Baca juga: Garap Sawah, Petani Mendadak Temukan Uang Koin Kuno 100 Kg di Guci, Diduga Peninggalan Dinasti Qing

Mitos buaya putih hingga cerita kecelakaan transmigran

Sementara itu Mak Iye salah satu penyapu di Jembatan Sewo menyebut ada dua mitos yang menyebabkan pengedara kendaraan melempar uang receh.

Salah satunya adalah kisah Saedah dan Saeni, saudara kembar yang menjadi penari ronggeng. Karena mengingkari janji, Saeni menceburkan diri ke sungai dan berubah menjadi buaya putih.

Mendengar hal itu, ayah Saeni yakni Sarkawi dan istrinya, Maemunah menceburkan diri ke Kali Seo untuk mencari sang putri. Namun mereka tak pernah kembali.

Sementara Saedah yang menunggu di atas jembatan berubah menjadi bambu.

Masyarakat sekitar pun menyakini bahwa penghuni Kali Sewo adalah penjelmaan keluarga Sarkawi, Maemunah dan Saeni sang penari ronggeng.

Sebagai tolak bala, pelintas pun memberikan uang receh sebagai saweran kepada Saeni.

Lalu mitos kedua adalah tragedi kecelakaan yang menimpa salah satu rombongan bus yang hendak membawa transmigran asal Boyolali ke Sumatera Barat pada 11 Maret 1974.

Namun, salah satu bus yang membawa rombongan tersebut tergelincir dan masuk ke sungai dan terbakar di kali Sewo Desa Sukra Kabupaten Indramayu.

"Musibah tersebut terjadi pada pukul 04.30 dini hari. Sebanyak 67 orang yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak tewas akibat kejadian tersebut," ujar dia.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved