Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Sosok dan Karier Soesalit Djojoadhiningrat, Anak Semata Wayang RA Kartini yang Terlupakan Sejarah

Sosok Raden Ajeng Kartini ternyata memiliki anak semata wayang yang tak banyak dikenal masyarakat. Ia adalah Soesalit Djojoadhiningrat.

KOLASE Dok KOMPAS.com dan WIKIMEDIA COMMONS/GPL FDL
ANAK KARTINI - Kolase potret Soesalit Djojoadhiningrat (13 September 1904) dan Raden Ajeng Kartini. Soesalit merupakan anak semata wayang Kartini anak semata wayang yang tak banyak dikenal masyarakat. 

TRIBUNJATIM.COM - Setiap 21 April diperingati sebagai Hari Kartini.

Sosok Raden Ajeng Kartini ternyata memiliki anak semata wayang yang tak banyak dikenal masyarakat.

Ia adalah Soesalit Djojoadhiningrat.

Namanya seakan tenggelam di balik popularitas sang ibu, pelopor emansipasi perempuan Indonesia.

Padahal, perjalanan hidup Soesalit penuh dengan cerita pahit, dari menjadi yatim piatu sejak kecil, hingga dituduh terlibat dalam pemberontakan dan berakhir sebagai tahanan rumah.

Dikutip dari Kompas.com, Soesalit Djojoadhiningrat lahir di Rembang, Jawa Tengah, pada 13 September 1904. 

Baca juga: Sosok Dokter Diani Kartini yang Viral usai Protes Masalah Dugaan Kebijakan Jilbab di RS Medistra

Ia adalah anak dari RA Kartini dengan suaminya, RM Adipati Ario Singgih Djojoadhiningrat, Bupati Rembang kala itu.

Namun, hanya empat hari setelah melahirkannya, RA Kartini wafat.

Soesalit pun tumbuh tanpa kasih sayang ibu.

Tragedi serupa kembali terjadi ketika Soesalit baru menginjak usia delapan tahun.

Sang ayah meninggal dunia, menjadikannya yatim piatu.

Setelah itu, Soesalit diasuh oleh neneknya, Ngasirah, serta kakak tirinya yang tertua, Abdulkarnen Djojoadhiningrat.

Abdulkarnen-lah yang membiayai pendidikan Soesalit dan mengatur jalannya kehidupan sang adik tiri.

Layaknya RA Kartini, Soesalit mengenyam pendidikan di Europe Lagere School (ELS), sekolah elite yang diperuntukkan bagi anak-anak Belanda dan kaum bangsawan pribumi.

Pada 1919, ia lulus dari ELS dan melanjutkan ke Hogere Burger School (HBS) di Semarang, kemudian masuk Rechtshoogeschool (RHS) di Batavia—sekolah tinggi hukum bergengsi pada masa kolonial.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved